Internasional
Mantan Sipir Wanita Penjara Sanaa Ungkapkan Kekejaman Milisi Houthi ke Tahanan Wanita, Ini Kisahnya
Milisi Houthi yang menguasai sebagian wilayah Yaman, terutama Ibu Kota Sanaa memperlakukan tahanan wanita dengan sangat kejam.
SERAMBINEWS.COM, ALEXANDRIA - Milisi Houthi yang menguasai sebagian wilayah Yaman, terutama Ibu Kota Sanaa memperlakukan tahanan wanita dengan sangat kejam.
Seorang mantan sipir wanita penjara Sanaa mengungkapkan berbagai kejaman yang dilakukan milisi Houthi.
Diawalnya pada malam hari, sekelompok pria bertopeng megawal beberapa wanita mengenakan Abaya dengan tangan dan mata tertutup.
Kemudian dimasukkan ke sebuah bangunan terisolasi untuk narapidana wanita di Penjara Sanaa yang dikuasai milisi Houthi.
Tak lama setelah memasuki gedung, narapidana dan pekerja penjara di bangsal tetangga mendengar teriakan wanita dan pria sepanjang malam.
Fawzia Ahmed yang pernah menjadi kepala bagian wanita di Penjara Sanaa sebelum ditahan oleh pemberontak telah melarikan diri dari Yaman.
Bercerai dari seorang pria yang bergabung dengan Houthi dan seorang ibu dari dua anak, Fawzia secara langsung melihat pelecehan mengerikan Houthi terhadap tahanan wanita di dalam penjara.
“Saya bisa mendengar jeritan para tahanan, jeritan anak-anak," katanya.
"Segala sesuatu yang terjadi di sana; pemerkosaan dan segalanya,” katanya kepada Arab News di Kairo, Mesir, Minggu (11/7/2021).
Saat ini, dia tinggal di Kaori setelah melarikan diri dari Yaman.
Satu-satunya hal yang dia tahu tentang pria dan wanita itu adalah mereka adalah penyelidik Houthi yang ditemani oleh polisi wanita Houthi yang dikenal sebagai Zaynabiat.
Dimana dengan kasar menanyai narapidana wanita di dalam Penjara Sanaa.
"Kami tidak tahu siapa yang mengirim mereka dan kami tidak diizinkan untuk menanyakan identitas mereka," katanya.
Fawzia telah bekerja di dalam penjara wanita selama hampir dua dekade sebelum melarikan diri dari ibu kota pada akhir 2019.
Pemberontak sepenuhnya menguasai Pusat Penjara Sanaa pada akhir 2017, segera setelah membunuh mantan Presiden Ali Abdullah Saleh.
“Houthi membersihkan pekerja, dokter, perawat dan penjaga dan mengerahkan Zaynabiat di dalam penjara,” katanya.