Breaking News

Akidi Tio

Penyumbang Rp 2 T Asal Aceh Tak Populer di Kalangan Pengusaha, Dahlan Iskan: Luar Biasa Rendah Hati

Hasilnya, pengusaha yang disebut-sebut asal Langsa, Aceh, tersebut hampir tak dikenali oleh kalangan pengusaha dan pejabat....

Editor: Eddy Fitriadi
Kompas.com
Dahlan Iskan. Mantan Menteri BUMN yang juga Tokoh Pers Indonesia itu pun menelusuri jejak Akidi Tio dengan menghubungi sejumlah kenalannya. 

Mereka punya 7 orang anak. Hanya seorang, putri, yang masih tinggal di Palembang. Yang lain tinggal di Jakarta.

"Semua jadi pengusaha sukses," ujar Prof Hardi.

Tio adalah pasien Prof Hardi. Istri Tio pasien istri Prof Hardi, yang juga seorang dokter.

"Saya dan istri akrab dengan keluarga Pak Tio," ujar Prof Hardi.

Menurut Prof Hardi, keluarga Pak Tio sudah bersahabat dengan Kapolda Irjen Eko Indra Heri jauh ke masa belakang. Yakni ketika Eko masih perwira dan masih bertugas di Direskrim Polda Sumsel.

Ketika Eko pindah tugas menjadi kapolres di Langsa, hubungan itu tetap akrab.

Tio adalah orang Aceh. Ia lahir di Langsa, Aceh Timur.

Salah satu adiknya punya pabrik di Langsa.

Saya pun menghubungi Bupati Aceh Timur Rocky Hasbalah Thaib. Siapa tahu kenal dengan keluarga Tio.

"Beliau sudah lama meninggalkan Langsa. Kami tidak kenal di sini. Yang jelas di Langsa memang banyak penduduk Tionghoa sejak dulu," katanya.

Dilihat dari marganya (Tio), berarti Akidi dari suku Tiuchu. Di Palembang memang banyak juga suku Tiuchu. Laksamana Cheng Ho –dengan armadanya yang besar– cukup lama singgah di Palembang.

Nama Palembang dalam bahasa Mandarin disebut Ju Gang (巨港) –pelabuhan besar. Sebagian armada Cheng Ho pilih menetap di Palembang –tidak meneruskan pelayaran ke Jawa dan kembali ke Tiongkok.

Prof Hardi sendiri lahir, besar, dan sekolah di Palembang. Pun gelar dokternya dari Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

Setelah itu dr Hardi memperdalam ilmu penyakit tropik di Amerika Serikat. Yakni di New Orleans.

Prof Hardi ingat persis sosok Tio yang rendah hati.

"Setiap datang ke tempat praktik saya selalu hanya mengenakan baju dan celana putih," ujarnya.

"Tapi mengapa semua teman saya yang Tionghoa di Palembang tidak mengenal Tio?" tanya saya.

Itu, katanya, karena Tio sangat rendah hati. Juga tidak mau menonjol.

"Beliau banyak sekali menyumbang. Tapi selalu hanya atas nama hamba Tuhan," ujarnya.

Beliau, katanya, pernah punya pabrik kecap, pabrik mebel, kebun sawit, dan juga kontraktor bangunan.

Saya pun menghubungi teman lama. Nihil.

"Saya tidak kenal nama itu sama sekali," jawab Alex Noerdin –dua kali menjadi Gubernur Sumsel yang sukses.

Lalu saya menghubungi seorang mantan menteri asal Palembang. Jawabnya sama.

Saya juga menghubungi lima orang pengusaha Tionghoa di sana. Tidak ada yang mengenal nama itu.

Saya hubungi juga seorang Tionghoa bermarga Tio.

"Saya tidak tahu siapa beliau. Tapi sebagai sesama marga Tio saya ikut bangga," katanya.

Berarti pengusaha ini memang luar biasa rendah hatinya. Low profil high profit. Dan yang seperti itu banyak sekali di lingkungan masyarakat Tionghoa.

Saya punya banyak teman Tionghoa seperti itu. Sehari-hari hanya pakai sandal. Bajunya pun lusuh dan dari kain yang biasa-biasa saja. Namanya tidak pernah disebut di mana-mana. Tapi uangnya luar biasa banyaknya. Saya malu kalau pakai baju bagus di depan mereka. (*/Dahlan Iskan)

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul "Catatan Dahlan Iskan soal Sosok Akidi Tio: Banyak Menyumbang Selalu Atas Nama Hamba Allah"

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved