Viral Medsos
Apa Itu Body Shaming? Ungkapan Negatif pada Nurul Akmal setelah Pulang dari Olimpiade Tokyo 2020
Mengenal apa itu body shaming, ungkapan negatif yang ditujukan pada Nurul Akmal setelah pulang dari Olimpiade Tokyo 2020.
Penulis: Firdha Ustin | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM - Mengenal apa itu body shaming, ungkapan negatif pada Nurul Akmal setelah pulang dari Olimpiade Tokyo 2020.
Atlet angkat besi putri, Nurul Akmal mendapat perlakukan tak menyenangkan saat tiba di Indonesia pada Rabu (4 Agustus 2021) malam.
Ia menjadi korban body shaming oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Videonya saat acara penyambutan atlet yang digelar di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Kamis (5/8/2021) dini hari pun menjadi viral di media sosial.
Nurul Akmal sempat trending di Twitter pada Kamis (4/6/2021).
Dikutip dari video yang diunggah di Instagram @timindonesiaofficial, Nurul Akmal menjadi atlet ketiga yang muncul dalam sesi penyambutan.
Baca juga: Respon Nurul Akmal Setelah Alami Body Shaming: Itu Mungkin hanya Candaan, Biar Suasana Sumringah
Ia pun mendapatkan karangan bunga.
Dalam video itu terdengar celetukan yang kurang pantas dari salah satu oknum yang hadir pada acara tersebut.
"Yang paling kurus," ucap oknum tersebut.
Sontak saja hal itu membuat warganet geram karena dinilai body shaming.
Lantas, Apa itu Body Shaming?
Melansir dari laman Anad.or pada Jumat (6/8/2021), body shaming adalah tindakan atau praktik mengekspresikan penghinaan terhadap bentuk atau ukuran tubuh orang lain.
Body shaming termasuk suatu bentuk bullying yang dapat mengakibatkan trauma emosional yang parah, terutama pada usia muda.
Baca juga: Nurul Akmal Kena Body Shaming, Imigrasi Soetta: Akan Dicek Dokumentasi Internal, Semoga Ada Petunjuk
Body shaming dapat dilakukan oleh siapa saja seperti orang tua, saudara, teman, musuh, dan teman sekolah dan sering ditampilkan di media.
“Kenapa dia memakai itu? Itu tidak cantik.” Atau "Saya sangat jelek dibandingkan dengan dia, saya tidak akan pernah menemukan pasangan" ini adalah salah satu pemikiran dan kata-kata yang sering digunakan dari body shaming.
Mengomentari secara negatif tentang ukuran atau bentuk tubuh seseorang dapat sangat merusak.
Bagi yang menerima body shaming nantinya akan berpotensi menyebabkan harga diri rendah, kemarahan, menyakiti diri sendiri dan bahkan gangguan kesehatan mental, khususnya gangguan dismorfik tubuh.
Cakupan body shaming sangat luas, dan dapat mencakup, meskipun tidak terbatas pada, mempermalukan gemuk, mempermalukan kurus, mempermalukan tinggi badan, mempermalukan rambut (atau kekurangannya).
Juga mempermalukan warna rambut, bentuk tubuh, dan otot (atau kekurangannya), mempermalukan penampilan (fitur wajah), dan dalam arti luas bahkan mungkin termasuk mempermalukan tato dan tindikan atau penyakit yang meninggalkan bekas fisik seperti psoriasis.
Baca juga: Sosok Nurul Akmal, Atlet Angkat Besi yang Kena Body Shaming di Bandara
Manifestasi body shaming dalam banyak cara:
- Mengkritik penampilan diri sendiri, melalui penilaian atau perbandingan dengan orang lain.
- Mengkritik penampilan orang lain di depan mereka
- Mengkritik penampilan orang lain tanpa sepengetahuan mereka.
- Body shaming sering mengarah pada perbandingan dan rasa malu, dan melanggengkan gagasan bahwa orang harus dinilai terutama karena fitur fisik mereka.
Sayangnya, body shaming terjadi di antara pria dan wanita dengan berbagai bentuk dan ukuran tubuh.
Contoh kata-kata body shaming seperti "terlalu gemuk" , atau "terlalu kurus", sering memilih kekurangan yang sama sekali tidak relevan.
Baca juga: Netizen Kecam Pelaku Body Shaming Terhadap Nurul Akmal
Mengapa terjadi body shaming?
Opini publik tentang standar kecantikan yang telah melekat di dalam diri menjadi salah satu pemicu terjadinya body shaming.
Saat ini, seseorang lebih menerima menjadi berbeda dari orang lain namun dengan tekanan dari media sosial, individu muda lebih cenderung ingin terlihat dengan cara tertentu.
Komentar negatif dan gambar yang memprovokasi dapat mendorong orang-orang muda untuk terlibat dalam perilaku tidak sehat untuk mengubah tipe tubuh mereka agar sesuai dengan norma-norma masyarakat sekarang ini.
Hal ini dapat menyebabkan perilaku melukai diri sendiri, makan berlebihan dan membersihkan atau bahkan gangguan makan yang parah.
Seseorang dengan riwayat trauma, depresi, menyakiti diri sendiri, rendah diri, atau gangguan kepribadian ambang lebih mungkin untuk terpengaruh oleh body shaming dan berpotensi mengembangkan gangguan makan atau terlibat dalam perilaku menyakiti diri sendiri.
Baca juga: Tiba di Indonesia, Nurul Akmal Dapat Perlakuan Tak Menyenangkan, Body Shaming Warnai Penyambutan
Cara mengatasi body shaming
Seperti halnya bullying lainnya, body shaming akan selalu ada kecuali Anda membela diri dengan cara yang positif dan sehat.
Penting untuk melatih mencintai diri sendiri dan mencoba untuk tidak membiarkan komentar negatif yang mengganggu Anda.
Selanjutnya jika Anda menyaksikan body shaming di media sosial, Anda dapat melaporkannya dan menandainya untuk konten yang tidak pantas.
Bahkan, beberapa lembaga di luar negeri seperti National Eating Disorder Association (NEDA) juga telah ikut memerangi body shaming di media sosial dan mendorong individu yang menyaksikan body shaming untuk melaporkan kepada lembaga tersebut. (Serambinews.com/Firdha Ustin)
Baca juga berita lainnya
Baca juga: Janda Tewas Dibunuh Kekasih, Pelaku Sakit Hati Korban Tak Mengangkat Telpon
Baca juga: Fabio Quartararo Tak Sanggup Bayangkan Jika Balapan Tanpa Valentino Rossi: Sungguh Menyedihkan
Baca juga: Stok Darah Golongan AB di UDD PMI Aceh Utara Kosong, Ini Syarat Pendonor Bila Telah Vaksin