Sudah Lepas dari Indonesia, Ternyata Rupiah Masih Digunakan Oleh Orang Miskin di Timor Leste
Timor Leste menggunakan dolar AS sebagai mata uang nasional, maka nilai dan bentuknya sama dengan yang beredar di Amerika Serikat.
SERAMBINEWS.COM - Sudah lepas dari Indonesia, ternyata rakyat Timor Leste masih menggunakan Rupiah sebagai alat transaksi.
Meski Dollar menjadi alat pembayaran yang sah di negara tersebut.
Sejarah Timor leste merdeka dimulai tahun 1999 saat dilakukan Referendum pemisahan diri Timor Timur diizinkan Presiden BJ Habibie pada Agustus 1999.
Baru pada 20 Mei 2002 terbentuklah negara Timor Leste sebagai negara dengan kedaulatan penuh, lepas dari Republik Indonesia.
Hanya saja sejak nama Timor Timur berubah menjadi Republik Demokratik Timor Leste, mata uang dolar Amerika Serikat dipakai dan juga Rupiah Indonesia.
Baca juga: Bersikeras Merdeka dari Indonesia, Timor Leste Malah Krisis Besar-besaran Berakhir Kudeta
Ada beberapa wilayah yang masih menggunakan Rupiah Indonesia sebagai alat pembayaran selain dollar Amerika.
Hanya saja Rupiah bisa digunakan untuk bertransaksi sementara dengan biaya transaksi yang belum ditentukan nilainya.
Melansir dari Tribunnews yang mengutip Ajaib.co.id, sistem mata uang dollar menjadikan negara tersebut punya muatan kelas yang berbeda.
Ya, Timor Leste menggunakan dolar AS sebagai mata uang nasional, maka nilai dan bentuknya sama dengan yang beredar di Amerika Serikat.
Dolar menggantikan rupiah Indonesia pada tahun 2000 sebagai mata uang yang digunakan dalam transaksi resmi.
Pada tahun 2003, dolar diperkenalkan ke ekonomi umum sebagai mata uang resmi negara.
Keputusan untuk mengadopsi dolar dibuat oleh PBB dan pemerintah Timor Leste untuk menyelamatkan negara dari ketidakstabilan politik dan ekonomi.
Baca juga: Pandemi Ubah Indonesia jadi Negara Menengah ke Bawah, Turun Kelas Selevel dengan Timor Leste
Sekarang Dollar AS bersama dengan dolar Australia dan Escudo, sudah jadi mata uang Timor Leste di kalangan ekonomi elit yang mengelilingi operasi UNTAET dan lembaga-lembaga bantuan lainnya.
Mirisnya, kebanyakan warga miskin yang tinggal di wilayah hancur dan terpinggirkan masih menggunakan Rupiah atau menggunakan sistem barter.
Contohnya, Hotel terapung Olympia di Pelabuhan Dili yang dipakai oleh para personal PBB.