Internasional
Turki Khawatirkan Masuknya Pengungsi Afghanistan, Ribuan Tentara Dikerahkan ke Perbatasan
Pemerintah Turki sangat mengkhawatirkan masuknya pengungsi Afghanistan yang dinilai akan menjadi krisis baru di negaranya.
Turki sudah menjadi rumah bagi sekitar 4 juta migran, kebanyakan dari mereka adalah pengungsi Suriah yang melarikan diri dari perang saudara di negara tetangga.
Sentimen anti-migrasi sudah tinggi di negara itu karena bergulat dengan kesengsaraan ekonomi, termasuk pengangguran yang tinggi yang diperburuk oleh pandemi virus Corona.
Gambar video yang beredar di media sosial selama beberapa bulan terakhir menunjukkan sekelompok pemuda yang diduga tiba di Turki dari Iran.
Baca juga: Jerman, Inggris dan Swedia Tata Ulang Bantuan ke Afghanistan
Beberapa media melaporkan hingga 1.000 migran telah melintasi perbatasan dengan Iran setiap hari.
Partai-partai oposisi telah meminta pemerintah untuk mengambil alih perbatasan dan mencegah gelombang migrasi baru.
Mereka juga telah memperingatkan terhadap setiap perjanjian migrasi baru antara Turki dan negara-negara Barat seperti yang dicapai Ankara dengan UE pada 2016.
Berdasarkan kesepakatan itu, Ankara setuju untuk mencegah aliran migran ke Eropa.
Sementara UE berjanji, antara lain untuk mengirim miliaran Euro ke Turki untuk para pengungsi Suriah.
Partai oposisi utama juga mengklaim Erdogan membuat kesepakatan rahasia dengan Presiden AS Joe Biden.
Di mana Turki akan menerima warga Afghanistan yang telah bekerja dengan pasukan AS.
Kedutaan Besar AS merilis sebuah pernyataan pada Rabu (18/8/2021) yang mengatakan klaim itu sama sekali tanpa dasar.
Baca juga: Taliban Bersumpah Hormati Hak Perempuan, Harus Seusai Hukum Islam
Akar, yang memeriksa perbatasan dengan Iran mengatakan bahwa 62.000 orang dicegah melintasi perbatasan itu sejak awal tahun ini.
“Kami akan mengintensifkan upaya kami dan memperkuat pemahaman bahwa perbatasan kami tidak dapat dilewati,” katanya.
Surat kabar Yeni Safak, yang dekat dengan pemerintah, melaporkan bentangan tembok sepanjang 155 kilometer (96 mil) dari rencana 241 kilometer telah didirikan di perbatasan.
Hampir 200 menara pengawas yang dilengkapi dengan pengawasan elektro-optik juga telah dibangun, kata surat kabar itu.(*)