Berita Luar Negeri
Lembah Panjshir Bakal Jadi Arena Perang, Taliban Kerahkan Pejuang Untuk Serang Pasukan Ahmad Massoud
Taliban telah mengirim ratusan pejuangnya menuju ke Lembah Panjshir Untuk Serang Pasukan Ahmad Massoud
“Kami ingin membuat Taliban menyadari bahwa satu-satunya jalan ke depan adalah melalui negosiasi,” katanya kepada kantor berita Reuters melalui telepon dari kubunya di Lembah Panjshir.
Di mana ia telah mengumpulkan pasukan yang terdiri dari sisa-sisa unit tentara reguler dan pasukan khusus. serta pejuang milisi lokal.
“Kami tidak ingin perang pecah,” sambungnya.
Baca juga: Getol Dukung Taliban, Ternyata Hanya Siasat China Agar Bisa Serang Taiwan, Kok Bisa?
Massoud, putra Ahmad Shah Massoud, salah satu pemimpin utama perlawanan anti-Soviet Afghanistan pada 1980-an, mengatakan para pendukungnya siap berperang jika pasukan Taliban mencoba menyerang lembah itu.
“Mereka ingin membela, mereka ingin bertarung, mereka ingin melawan rezim totaliter mana pun,” tambahnya.
Namun, ada beberapa ketidakpastian tentang apakah operasi oleh pasukan Taliban telah dimulai.
Seorang pejabat Taliban mengatakan kepada Reuters bahwa serangan telah diluncurkan di Panjshir.
Namun seorang ajudan Massoud mengatakan tidak ada tanda-tanda bahwa pasukan itu benar-benar memasuki celah sempit ke lembah dan tidak ada laporan pertempuran.
Baca juga: Waduh! Main Gituan Saat Rapat Zoom, Peserta Konferensi Guru Berteriak: Apa-apaan ini?
Sebuah video pendek menunjukkan barisan truk yang ditangkap dengan bendera putih Taliban tetapi masih membawa tanda pemerintah mereka bergerak di sepanjang jalan raya.
Dalam satu-satunya pertempuran yang dikonfirmasi sejak jatuhnya Kabul pada 15 Agustus.
Pasukan anti-Taliban merebut kembali tiga distrik di provinsi utara Baghlan, yang berbatasan dengan Panjshir, pekan lalu.

Namun, Massoud mengatakan dia tidak mengorganisir operasi yang dia katakan telah dilakukan oleh kelompok-kelompok milisi lokal yang bereaksi terhadap “kebrutalan” di daerah tersebut.
Massoud menyerukan pemerintah yang inklusif dan berbasis luas di Kabul yang mewakili semua kelompok etnis Afghanistan yang berbeda.
Ia mengatakan "rezim totaliter" tidak boleh diakui oleh masyarakat internasional.
Baca juga: Adik Presiden Afghanistan Dukung Taliban, Hashmat Ghani Akui Tatanan Baru di Kabul
Warga Afghanistan harus aman