Internasional

Wanita Afghanistan Disarankan Pakai Burqa dan Tinggalkan Ponsel Saat ke Bandara Kabul

Wanita Afghanistan yang merasa terancam dengan Taliban dan ingin keluar dari negeri itu, disarankan pakai burqa dan tidak membawa ponsel

Editor: M Nur Pakar
Adobe Stock
Wanita Afghanistan yang memakai burqa berjalan-jalan di Kabul, Afghanistan. 

SERAMBINEWS.COM, KABUL - Wanita Afghanistan yang merasa terancam dengan Taliban dan ingin keluar dari negeri itu, disarankan pakai burqa dan tidak membawa ponsel

Saat ini, evakuasi sedang diselenggarakan oleh kedutaan, memprioritaskan warga negara mereka sendiri dan Afghanistan yang bekerja langsung dengan mereka.

Dilansir The Independent, Selasa (24/8/2021), ribuan warga Afghanistan lainnya yang berisiko tidak segera memenuhi syarat.

Mereka yang disetujui untuk dievakuasi menghadapi kerumunan besar di bandara Kabul.
.
Namun, patroli Taliban mempersulit warga yang ingin mencapai gerbang bandara Kabul.

Banyak cerita tentang upaya yang gagal selama beberapa hari berturut-turut.

Banyak orang lain bahkan berjuang untuk mencapai bandara.

Baca juga: Kondisi Afghanistan Kian Kacau, ISIS Ganggu Proses Evakuasi, Diduga Ingin Rebut Kekuasaan Taliban

Humaira Sadeq, salah satu pendiri Jaringan Media Wanita Afghanistan, mengatakan wanita yang takut berada di radar Taliban disarankan mengambil tindakan pencegahan.

Dikatakan, ketika melakukan perjalanan ke Kabul dari daerah terpencil, harus meninggalkan ponsel dan menutupi tubuh dengan burqa.

Sadeq berhasil keluar dari Afghanistan setelah Taliban merebut ibukota dan melakukan perjalanan ke negara lain.

Dia berbicara dengan syarat negara itu tidak disebutkan namanya.

Sekarang dia menghabiskan malam tanpa tidur, berjuang mengeluarkan rekan-rekan aktivisnya.

Dia mengajukan 22 nama ke sebuah organisasi yang membantu orang pergi.

Baca juga: Pemerintah Barat Tidak Dapat Perpanjang Program Evakuasi dari Afghanistan

Tetapi belum ada yang berhasil masuk ke daftar evakuasi.

Sadeq mengatakan beberapa perempuan tidak memiliki paspor atau terjebak di provinsi.

Aktivis hak-hak perempuan mengatakan dunia tampaknya mengabaikan nasib mereka.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved