Internasional

Mantan Wakil Menteri Wanita Afghanistan Ingin Pulang, Masih Banyak Wanita Dalam Bahaya

Seorang mantan Wakil Menteri Wanita Afghanistan, Ghazaal Habibyar ingin pulang kembali ke negaranya. Dia berada di sebuah resor wisata Albania

Editor: M Nur Pakar
AP
Mantan Wakil Menteri Afghanistan, Ghazaal Habibyar yang telah dievakuasi ke Albania 

SERAMBINEWS.COM, GOLEM - Seorang mantan Wakil Menteri Wanita Afghanistan, Ghazaal Habibyar ingin pulang kembali ke negaranya.

Dia berada di sebuah resor wisata Albania, bersama suami dan tiga anaknya, setelah dievakuasi dari Afghanistan.

Aktivis wanita Afghanistan itu pikirannya tidak tenang, karena banyak orang lain yang dia tahu masih dalam bahaya dari Taliban.

Habibyar (38) prihatin dengan keluarga besarnya dan putus asa tentang lebih dari 180 orang yang tewas di bandara Kabul, hanya satu jam sebelum dirinya lepas landas.

Keluarganya, termasuk seorang anak perempuan berusia 2 bulan, dan aktivis hak asasi manusia lainnya mengendarai bus selama 36 jam.

Mereka mencoba menemukan pintu masuk ke Bandara Hamid Karzai di Kabul.

Baca juga: Taliban Menembak dan Membunuh Wanita Afghanistan Tanpa Burqa

Tepat sebelum naik pesawat pada Kamis (26/8/2021) mereka mendengar begitu banyak kebisingan di udara.

Sehingga mereka mengetahui, penerbangan dapat dibatalkan.

Setelah 40 menit, mereka dibawa ke dalam pesawat, yang lepas landas dengan cara vertikal yang menakutkan untuk menghindari tembakan.

Bom bunuh diri Kamis (26/8/2021) di bandara oleh afiliasi kelompok Negara Islam menewaskan 169 warga Afghanistan dan 13 tentara AS.

“Ada saat-saat dalam hidup Anda ketika Anda merasa bersalah karena masih hidup," ujarnya.

"Itu bisa saja kita, pasti, ”katanya kepada The Associated Press.

Baca juga: Taliban Mulai Tebar Ancaman ke Wanita Afghanistan

“Orang-orang yang kehilangan nyawa, mereka memiliki keluarga, mereka masih sangat muda," tambahnya.

Dia dan keluarganya termasuk di antara 457 warga Afghanistan yang ditempatkan di Albania sejak Jumat (27/8/2021).

Sekarang menjadi aktivis Open Society Foundation, Habibyar tidak bisa lulus dari sekolah ketika dia masih muda, takut Taliban.

Jadi dia lulus di Australia.

Meskipun mendapat kesempatan di luar negeri, dia kembali ke Kabul pada tahun 2006.

Sejak itu dia telah bekerja di banyak posisi publik, termasuk menjadi Wakil Menteri Pertambangan dan Migas.

"Saya berusaha membuat perbedaan, mungkin kecil, tetapi apa pun yang saya bisa untuk membuat tempat itu menjadi tempat yang lebih baik," katanya.

Baca juga: Wanita Afghanistan Disarankan Pakai Burqa dan Tinggalkan Ponsel Saat ke Bandara Kabul

Dia mengatakan Afghanistan telah berubah menjadi lebih baik dalam dua dekade terakhir.

Dia menyatakan itu bukan Afghanistan tahun 1996.

Tetapi di provinsi-provinsi yang diperintah oleh Taliban, sekolah perempuan ditutup dan wanita tidak diizinkan bekerja.”

“Jika itu adalah kesaksian tentang apa yang akan terjadi di seluruh negeri, kami harus pergi,” katanya.

Namun, dia kritis tentang bagaimana AS dan NATO meninggalkan negara itu.

“Bencana ini, bencana kemanusiaan yang terjadi saat ini, sebenarnya bisa dicegah,"katanya.

"Seluruh proses evakuasi ini bisa dikelola dengan lebih baik,” harapnya.

Habibyar tidak yakin dengan apa yang akan terjadi di masa depan.

Baca juga: Wanita Afghanistan Melahirkan di Dalam Pesawat Militer AS

Dia mengatakan akan membutuhkan waktu lama untuk pulih secara psikologis, mental, emosional dari semua yang telah dilaluinya.

Dia sudah merindukan ibu kota Afghanistan, Kabul.

Dimana, buah-buahan di pinggir jalan yang biasa dia lewati ketika pergi ke kantor dan suara burung di pagi hari.

Habibyar membuat janji kepada putranya ketika pesawat lepas landas. Hamzah (6) yang menangis dan tidak mau pergi.

"Saya mengatakan kepadanya bahwa Anda akan membuat janji kepada saya: untuk belajar, menjadi seseorang dan kembali," katanya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved