Internasional

Jaminan Taliban Belum Mampu Hilangkan Keraguan Warga Afghanistan

Taliban telah bersumpah untuk membentuk pemerintahan yang mencakup semuanya. Termasuk menghormati hak-hak perempuan, memaafkan yang memerangi mereka,

Editor: M Nur Pakar
AFP/Hoshang Hashimi
Sejumlah wanita berjalan di area pasar yang tampak sepi pembeli di Kabul, Afghanistan, Rabu (1/9/2021) 

SERAMBINEWS.COM, KABUL - Taliban telah bersumpah untuk membentuk pemerintahan yang mencakup semuanya.

Termasuk menghormati hak-hak perempuan, memaafkan yang memerangi mereka, dan memastikan Afghanistan tidak menjadi surga bagi teroris.

Namun, jaminan itu tidak banyak membantu meredakan ketakutan warga sipil.

Banyak yang merasa Washington telah meninggalkan negara itu dan Afghanistan menghadapi banyak tantangan baru.

Mohammad Ibrahim, seorang penjaga toko berusia 35 tahun di Kabul kepada Arab News, Rabu (1/9/2021) mengatakan:

“Tidak ada yang istimewa tentang hari ini."

"Bank tidak bekerja, kami tidak punya uang, dan tidak ada pemerintah untuk menanggapi kebutuhan warga Afghanistan.”

Baca juga: Wanita Afghanistan Tetap Ingin Kabur, Hidup Dibawah Taliban Masih Berbahaya

Dia menunjukkan keprihatinannya atas keadaan kritis ekonomi dan dampaknya terhadap mata pencahariannya.

“Sebelumnya, saya menjual setidaknya 5.000 barang per hari, tetapi sekarang hanya bisa menjual 500 barang," ujarnya.

Yang lain mengingat saat-saat tragis dan mengerikan dalam 20 tahun terakhir, dan khawatir tentang hari-hari hitam di depan.

Hampir 2.500 tentara AS dan sekitar 240.000 warga Afghanistan telah kehilangan nyawa mereka dalam konflik terpanjang di Amerika, menurut Costs of War Project di Brown University.

Termasuk hampir 50.000 warga sipil Afghanistan, lebih dari 400 pekerja bantuan, dan 72 jurnalis.

Masih ada kekhawatiran yang meningkat atas keadaan minoritas di negara berpenduduk 38 juta orang itu selama dua dekade yang bertahan dengan bantuan miliaran dolar dari luar negeri

Baca juga: Jurnalis Wanita, Pembuat sejarah Mewawancarai Juru bicara Taliban Juga Kabur dari Afghanistan

Ali Reza Husseini, seorang penduduk 24 tahun dari daerah Taimany di Kabul, mengatakan:

“Bagi publik, tidak ada yang berubah, kami masih dalam ketakutan.

"Kami percaya hak minoritas tidak akan diberikan oleh Taliban.”

Situasinya juga halus dan bermasalah bagi jurnalis Afghanistan, dengan 72 orang tewas di masa lalu.

Sehingga, puluhan orang ingin melarikan diri dengan cara apapun, dengan bantuan penyelundup.

Mumtaz Haidari (55) seorang aktivis hak media, mengatakan:

“Tidak ada yang akan tinggal di sini."

"Kami tahu, pintu masuk kami tertutup."

"Tidak ada harapan, jadi kami mencari alternatif untuk melarikan diri."

"Bahkan melalui darat untuk menjadi imigran di negara tetangga.”

Baca juga: Taliban Telah Janjikan Amnesti, Warga Tetap Ingin Pergi dari Afghanistan

Sedangkan Taliban mengatakan tetap berkomitmen untuk mengizinkan warga Afghanistan dengan dokumen yang sah untuk bepergian ke luar negeri.

Tetapi mendesak mereka untuk tinggal dan bekerja untuk pembangunan negara.

Namun, para ahli mengatakan beberapa hari ke depan akan menjadi ujian sejati bagi para penguasa baru Afghanistan.

Abdul Waheed Farzayee (34) seorang analis politik yang berbasis di Kabul, mengatakan hari ini adalah hari pertama Afghanistan tanpa kehadiran pasukan asing.

"Kami berharap Taliban akan memenuhi komitmen mereka yang diberikan kepada warga Afghanistan,” ujarnya.

Dia menambahkan kepergian AS dari Afghanistan adalah kenyataan.

Sehingga, Taliban perlu membentuk pemerintahan baru dengan kehadiran semua pemain politik di negara itu.

Qais Zaheer, seorang pakar internasional yang berbasis di Kabul, mengatakan keluarnya Washington telah melemparkan negara itu ke dalam kekacauan politik dan militer massal.

Baca juga: Amerika Serikat Minta Taliban Izinkan Evakuasi Warga Dilanjutkan Usai 31 Agustus 2021

Dia menyatakan Afghanistan tidak memiliki pemerintah, dan ada kesenjangan politik-ekonomi.

"Kami berharap di hari-hari mendatang, kami akan memiliki pemerintahan," katanya.

"Tetapi masih ada beberapa keraguan tentang kebijakan Taliban," ujarnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved