Pemimpin Taliban Haibatullah Akhundzada Bakal Jadi Otoritas Tertinggi Afghanistan, Berikut Profilnya

Kelompok itu mengatakan, diskusi mengenai pembentukan pemerintahan baru telah usai dan mereka akan segera membuat pengumuman.

Editor: Faisal Zamzami
AP
Pemimpin baru Taliban Haibatullah Akhundzada 

SERAMBINEWS.COM - Pemimpin Tertinggi Taliban Haibatullah Akhundzada Dikabarkan bakal menjadi otoritas tertinggi Afghanistan di mana presiden atau perdana menteri akan menjalankan negara di bawah otoritasnya.

Hal itu disampaikan anggota komisi kultural Taliban, Anamullah Samangani, sebagaimana diwartakan outlet berita Afghanistan ToloNews dan dikutip Al Arabiya.

Kelompok itu mengatakan, diskusi mengenai pembentukan pemerintahan baru telah usai dan mereka akan segera membuat pengumuman.

“Konsultasi hampir selesai tentang pemerintahan baru, dan diskusi yang diperlukan juga telah diadakan tentang kabinet,” kata Samangani.

“Pemerintah Islam yang akan kami umumkan akan menjadi model bagi rakyat," sambung Samangani sebagaimana dilansir Al Arabiya.

Dia menambahkan, tak disangkal lagi bahwa Akhundzada akan berada di dalam pemerintahan Afghanistan.

“Dia (Akhundzada) akan menjadi pemimpin pemerintahan dan seharusnya tidak ada pertanyaan tentang ini,” ujar Samangani.

Al Arabiya melaporkan, model pemerintahan yang diterapkan Taliban di Afghanistan tersebut tampaknya sama seperti model Iran.

Dalam sistem politik Iran, negara tersebut menggabungkan teokrasi dan sistem presidensial.

Meski presiden dan parlemen Iran dipilih langsung oleh rakyat, kekuasaan keduanya masih berada di bawah pemimpin tertinggi.

Pemimpin tertinggi Iran memiliki kekuasaan untuk mendikte kebijakan dan memiliki keputusan akhir dalam semua masalah negara.

Analis politik Afghanistan dikutip oleh ToloNews mengatakan, “Nama sistem baru seharusnya bukan republik atau emirat.”

Analis tersebut juga tidak kaget jika Akhundzada bakal berada di puncak pemerintahan Afghanistan.

“Dia akan menjadi pemimpin Afghanistan. Di bawahnya akan ada perdana menteri atau presiden yang akan bekerja di bawah pengawasannya,” ujar analis tersebut.

Baca juga: Taliban Minta Dunia Buka Hubungan Baik, Siap Menjaga Kemerdekaan, Kebebasan dan Nilai-nilai Islami

Baca juga: Jaminan Taliban Belum Mampu Hilangkan Keraguan Warga Afghanistan

Sosok Hibatullah Akhundzada

Mengutip BBC, Haibatullah Akhundzada adalah seorang ulama garis keras yang dianggap tidak mungkin mengubah arah Taliban.

Ia lahir di Distrik Panjwai di Kandahar, Afghanistan pada tahun 1961.

Akhundzada bergabung dengan Taliban sesaat setelah kelompok itu berdiri di tahun 1990-an, menyusul penarikan pasukan Uni Soviet.

Saat Taliban merebut Provinsi Farah di barat Afghanistan, ia ditugaskan memerangi kejahatan di daerah itu.

Ia kemudian diangkat ke pengadilan militer Taliban di Kandahar.

Setelahnya, Akhundzada ditunjuk menjadi kepala pengadilan militer di Provinsi Nangarhar timur.

Ketika Taliban mengonsolidasikan kekuasaannya di Afghanistan, ia menjadi kepala pengadilan militer kelompok itu dan wakil kepala pengadilan tertinggi.

Lalu, Akhundzada dipercaya menjadi kepala dewan ulama Taliban setelah kelompok itu digulingkan AS pada 2001.

Ia ditunjuk sebagai pemimpin Taliban pada 2016, setelah pendahulunya, Mullah Mansour Akhtar, tewas akibat serangan pesawat tak berawak milik Amerika Serikat (AS).

Penunjukkannya dilakukan oleh tokoh senior Taliban, yang dikatakan bertemu di suatu tempat dekat Quetta di Pakistan.

Namun, saat itu tidak semua anggota syura (dewan) ada di sana ketika Akhundzada ditunjuk menjadi pemimpin baru.

Dilansir India Today, ia mendapat janji kesetiaan dari pemimpin Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri, setelah diangkat menjadi pemimpin Taliban.

al-Zawahiri menghujani Akhundzada dengan pujian, menyebutnya sebagai "emir orang beriman".

Akhundzada merupakan lima dari anggota penting Taliban, sesuai hierarki yang ada.

Selain Akhundzada, ada Abdul Ghani Baradar dan Mohammad Yaqoob.

Baca juga: Taliban Izinkan Wanita Afghanistan Lanjutkan Pendidikan, Kelas Tidak Boleh Dicampur deng Pria

Baca juga: Taliban Arak Peti Dibungkus Bendera Amerika Serikat, Perayaan Usai NATO Angkat Kaki dari Afghanistan

Apakah Wanita akan Bergabung dalam Pemerintahan?

Sebelumnya, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengungkapkan berbagi kekuasaan bukanlah prioritas Taliban untuk saat ini.

"Tidak ada kesepakatan dengan pemimpin politik manapun untuk memasukkan mereka ke dalam pemerintahan," katanya.

"Saya ingin memperjelas bahwa ini bukan fokus kami untuk berbagi pemerintahan dengan orang lain," imbuhnya.

Saat ditanya apakah akan ada perempuan dalam kabinet baru Afghanistan, Mujahid menjelaskan hal tersebut menjadi keputusan kepemimpinan.

Mengutip Reuters, ia tidak bisa mengantisipasi apapun keputusan para petinggi.

Disisi lain, Mujahid mengungkapkan para pejabat telah ditunjuk untuk menjalankan lembaga-lembaga utama, termasuk kementerian kesehatan dan pendidikan masyarakat, serta bank sentral.

Sementara itu, pemimpin senior Taliban mengatakan Rahbari Syura telah melontarkan gagasan bahwa pengumuman kabinet harus dilakukan Akhundzada sendiri lewat pidato yang disiarkan secara nasional.

"Jika Amirul Mukminin tak ingin tampil di depan umum, dia bisa mencalonkan orang kepercayaan dan pemimpin senior untuk mengumumkannya," ujarnya.

Rahbari Syura juga berpandangan bahwa kabinet harus diumumkan pada minggu pertama September dan nama pemerintahan baru Taliban harus Imarah Islam Afghanistan.

Namun, keputusan itu memerlukan persetujuan Akhundzada.

Taliban Izinkan Wanita Afghanistan Melanjutkan Pendidikan

Taliban akan mengizinkan wanita Afghanistan untuk menempuh studi di perguruan tinggi.

Namun, pihaknya melarang keras kelas campuran.

Hal ini disampaikan Menteri Pendidikan Tinggi Taliban, Abdul Haqi Haqqani, Minggu (29/8/2021).

Taliban sendiri sebelumnya sudah berjanji akan memerintah dengan sistem berbeda dibandingkan 1990-an silam, di mana anak perempuan dan wanita dewasa dilarang mengenyam pendidikan.

"Orang-orang Afghanistan akan melanjutkan pendidikan tinggi mereka berdasarkan hukum Syariah secara aman, tanpa berada di lingkungan campuran pria dan wanita," katanya pada pertemuan dengan para tetua, dikutip dari AFP.

Ia mengatakan Taliban ingin "menciptakan kurikulum yang masuk akal dan Islami yang sejalan dengan nilai-nilai Islam, nasional dan sejarah kami, serta disisi lain mampu bersaing dengan negara lain."

Anak perempuan dan laki-laki juga akan dipisahkan di sekolah dasar dan menengah.

Tak hanya itu, Haqqani mengungkapkan Taliban melarang pria untuk mengajar siswa perempuan.

"Laki-laki tidak akan diizinkan untuk mengajar anak perempuan," ujarnya, dilansir India Today.

Haqqani diketahui mengkritik sistem pendidikan saat ini, dengan mengatakan sistem di Afghanistan gagal mematuhi prinsip-prinsip Islam.

"Setiap hal yang bertentangan dengan Islam dalam sistem pendidikan akan dihapus," tegasnya.

Baca artikel terkait konflk di Afghanistan

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Baca juga: Tenaga Kesehatan Di Sabang Mulai Terima Vaksin Moderna

Baca juga: Irigasi Tangkueng Sakti Masih Rusak, Petani Dihadapkan tak Bisa Tanam Padi 3.000 Hektare

Baca juga: Kakan Kemenag Juniazi: Qanun Haji Celah Menambah Kuota di Subulussalam

Tribunnews.com dengan judul Sosok Hibatullah Akhundzada, Pemimpin Taliban yang Jadi Otoritas Tertinggi Afghanistan

BACA BERITA AFGHANISTAN LAINNYA

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved