Kupi Beungoh
Mutu Pendidikan Aceh Rendah, di Bawah Papua, Siapa yang Harus Mengundurkan Diri?
Mutu pendidikan Aceh saat ini sangat memprihatinkan. Indikatornya sangat jelas, yaitu nilai (kualitas, bukan kuantitas)
Oleh: Hasan Basri M. Nur
Ancaman bagi kepala sekolah yang tidak mampu melakukan vaksinasi anak-anak didik di Aceh untuk segera mengundurkan diri dari jabatannya yang dilontarkan oleh kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs Alhudri, menjadi perbincangan paling viral dalam masyarakat Aceh, baik di dunia maya maupun di dunia nyata di warung kopi.
Berbagai tanggapan dari publik muncul, ada yang memuji ketegasan Alhudri, tidak sedikit pula yang mengecam karena sikapnya yang dinilai arogan dan tak paham duduk masalah sebenarnya.
Saya sendiri, selaku alumnus fakultas keguruan, cenderung sepakat dengan pernyataan tegas Kadisdik Aceh dalam menyukseskan vaksinasi di kalangan pelajar. Apalagi tingkat vaksinasi di Aceh adalah terendah di Indonesia, bahkan dunia, sehingga menjadi perhatian khusus dari Presiden Haji Joko Widodo.
Agaknya, pernyataan dan sikap tegas sudah langka dalam masyarakat elite Indonesia. Mochtar Lubis, wartawan legendaris Indonesia, dalam bukunya Manusia Indonesia (1977) merinci ciri-ciri orang Indonesia, tentu termasuk Aceh di dalamnya, yang tidak tegas.
Baca juga: Sekda Ajak Semua Pihak yang Terlibat di Bidang Pendidikan Sukseskan Vaksinasi Siswa
Menurut Mochtar Lubis, manusia Indonesia banyak yang berpura-pura, penjilat, lain di muka lain di belakang atau disebut hipokrit alias munafik. Ciri lainnya, lanjut Mochtar Lubis, manusia Indonesia enggan bertanggungjawab.
Dalam konteks ini, Kadisdik Aceh sudah berbicara secara terbuka agar para kepala sekolah yang tidak mampu melakukan vaksinasi di sekolahnya untuk mengundurkan diri dari jabatannnya. Batas waktu yang diberikan adalah 30 September 2021. Sangat tegas bukan?
Barangkali Alhudri menganggap inilah wujud tanggung jawab dalam jabatan yang diemban seseorang. Jika tak mampu, ya mundur sajalah, sebagaimana tradisi pejabat di Jepang, Eropa dan terakhir fenomena di Malaysia saat Muhyiddin Yassin mengundurkan diri dari Perdana Menteri.
Dalam kondisi Aceh yang carut marut dalam hampir segala bidang saat ini, tentu kita membutuhkan banyak pemimpin yang tergas, lugas alias hana meungom-ngom
Baca juga: Subsidi Upah juga Diberikan kepada Guru & Tenaga Kependidikan Non-PNS, Termasuk untuk RS Pendidikan
Kadisdik Aceh Kapan Mundur?
Mutu pendidikan Aceh saat ini sangat memprihatinkan. Indikatornya sangat jelas, yaitu nilai (kualitas, bukan kuantitas) kelulusan siswa-siswi asal Aceh pada Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun 2021.
Sebagaimana dilansir Wawancara Khusus Harian Serambi Indonesia edisi 26 Juni 2021, Rektor Universitas Syiah Kuala Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng membeberkan data dan fakta yang menyesakkan dada orang tua murid di Aceh, yaitu mutu pendidikan Aceh adalah terjelek di Pulau Sumatera dan rangking 25 nasional.
Nilai UTBK anak-anak Aceh untuk ujian di jalur sains dan teknologi (saintek) berada di peringkat 24 dengan nilai rata-rata 486,67. Sementara nilai untuk jalur sosial dan humaniora (soshum), Aceh berada pada peringkat 26 dengan nila rata-rata 472,86.
Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) mengumumkan mutu pendidikan Aceh berada di bawah Papua Barat yang menempati rangking 22 dan Bengkulu yang masuk 17 besar. Sehubungan dengan itu, ada baiknya para pejabat Disdik di Aceh untuk melakukan studi banding ke Papua dalam rangka mengejar ketertinggalan dalam dunia pendidikan di masa mendatang.
Adapun tingkat kuantitas (banyaknya diterima di PTN), Aceh berada di rangking 8 nasional. Ini disebabkan Aceh memiliki lebih banyak PTN, mulai dari Aceh Timur, Tengah hingga Barat Selatan, dan mereka rata-rata lulus di PTN di daerah masing-masing. Artinya nyaris tidak ada persaingan nasional dalam hal ini.
Baca juga: Live Score BKN Aceh di 8 Titik Lokasi Ujian, Nonick Raih Skor Tertinggi di Sesi I 21 September 2021
Dari segi mutu atau daya saing pendidikan di level nasional (apalagi internasional), Aceh jauh tertinggal dari provinsi lain. Anak-anak Aceh kesulitan tembus ke PTN ternama di Pulau Jawa, seperti UI, ITB, ITS, Undip, Unpad, bahkan banyak yang kesulitan lulus pada prodi-prodi favorit di USK yang di depan mata orang Aceh.
Duh! Fakta ini seharusnya mampu membuat para pejabat pada Dinas Pendidikan Aceh memiliki rasa malu tampil di depan publik Aceh, apalagi dengan mengendarai mobil dinas yang mewah disertai ajudan dan sopir segala. (baca https://aceh.tribunnews.com/2021/03/17/pendidikan-aceh-di-zona-merah-pejabat-masih-lambong-lambong-kupiah)