Update Covid 19 Aceh

Lagi, 35 Warga Aceh Terinfeksi Covid-19 Varian Delta

Sebanyak 35 orang lagi warga Aceh positif terinfeksi Covid varian Delta, varian yang lebih berbahaya dan lebih mematikan dibandingkan Covid-19.

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Taufik Hidayat
dr Hanif 

Laporan Yarmen Dinamika | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Sebanyak 35 orang lagi warga Aceh positif terinfeksi Covid varian Delta, varian yang lebih berbahaya dan lebih mematikan dibandingkan Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19.

Kabar buruk lainnya adalah persentase sampel yang terinfeksi varian Delta itu sangatlah tinggi. Dari 39 sampel yang diperiksa, 35 di antaranya positif terinfeksi Covid varian Delta. Bila dipersentasekan angkanya mencapai 89,74 persen.

Informasi penting ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Aceh, dr Hanif, kepada Serambinews.com di Banda Aceh, Minggu (26/9/2021) malam.

Menurut Hanif, pihaknya baru menerima laporan tentang pasien positif terinfeksi varian Delta tersebut dari Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Provinsi Aceh yang dipimpin Dr Fahmi Ichwansyah SKp MPH.

Pihak Balitbangkes Aceh mendapat laporan hasil pemeriksaan itu dari Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI di Jakarta.

Dalam laporan itu disebutkan bahwa Balitbangkes Aceh telah mengirimkan 39 sampel spesimen hasil swab PCR pasien yang positif Covid-19 di jumlah kabupaten/kota di Aceh ke Jakarta.

Sampel tersebut adalah sampel yang hasil tes PCR-nya mencurigakan, lalu dikirimkan ke Jakarta untuk diperiksa dan dikonfirmasi ulang.

Setelah diperiksa di Laboratorium Whole Genome Sequencing (WGS) Covid-19 Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI ternyata 35 dari 39 sampel yang diperiksa itu pasiennya positif terinfeksi varian Delta.

Data terbaru ini sampelnya diambil antara tanggal 29 Juni hingga 12 Juli 2021 di sejumlah kabupaten/kota di Aceh. Meliputi: Aceh Selatan, Nagan Raya, Aceh Barat, Simeulue, Aceh Jaya, Aceh Besar, Kota Sabang, Kota Banda Aceh, dan Aceh Tamiang.

Adapun jadwal penerimaan sampel di Jakarta antara tanggal 1 hingga 13 Juli 2021.

Setelah diperiksa, hanya empat dari 39 sampel yang mencurigakan itu yang bukan terinfeksi Covid varian Delta. Selebihnya positif pasien Delta.

Sejauh ini Hanif tak ingin berspekulasi tentang kondisi para pasien Covid varian Delta itu, apakah sudah sembuh, masih dalam perawatan, atau ada yang sudah meninggal.

“Kita harus verifikasi dulu satu per satu, baru kita tahu hasil akhirnya,” kata Hanif.

Baca juga: Kemenkes RI Sebut Vaksinasi tak Berhubungan dengan Pembelajaran Tatap Muka, Ini yang Harus Dilakukan

Baca juga: Muhammad Ali Derita Sakit Kulit sudah 8 Tahun, Dinkes Nagan Akan Rujuk ke RSUD

Sebelumnya 17 orang

Dengan terdeteksinya 35 orang pasien Covid varian Delta di Aceh pada akhir September ini berarti total warga yang terinfeksi varian Delta di Aceh sejak Mei hingga Juli lalu mencapai 52 orang.

Angka ini merupakan penggabungan dari jumlah warga Aceh yang sebelumnya terinfeksi varian Delta sebanyak 17 orang, sebagaimana diinformasikan Kadis Kesehatan Aceh kepada Serambinews.com, Sabtu (28/8/2021) malam.

Saat itu, untuk pertama kalinya Dinkes Aceh mengumumkan ada 17 orang warga Aceh yang positif terinfeksi Covid varian Delta.

Jumlah sampel mencurigakan yang diperiksa saat itu 27 dan ternyata 17 di antaranya positif terpapar varian Delta.

Tempat pemeriksaan sampel itu juga sama, yakni di Laboratorium Whole Genome Sequencing (WGS) Covid-19 Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Temuan itu, kata Hanif, semakin mengonfirmasi bahwa virus corona varian Delta yan g lebih berbahaya  daripada Covid-19, dipastikan sudah ada di Aceh sejak Mei 2021.

Virus jenis ini juga masih bersirkulasi di Aceh hingga medio Juli, sebagaimana masa pengambilan sampel yang terakhir dilakukan pada 12 Juli 2021.

Setelah itu, kata Hanif, tentu saja ada sampel mencurigakan lainnya yang diambil dari berbagai kabupaten/kota di Aceh, tapi hasilnya belum diketahui.

“Soalnya, pemeriksaan menggunakan metode  Whole Genome Sequencing (WGS) ini memang lama keluar hasilnya. Antara dua hingga tiga minggu,” kata Hanif.

Awalnya sempat muncul asumsi bahwa adanya belasan warga Aceh yang terinfeksi Covid varian Delta sejak bulan Mei lalu diperkirakan Hanif faktor itulah memicu tingginya angka kematian di Aceh belakangan ini di kalangan pasien Covid-19.

Namun, setelah seminggu kemudian dilakukan verfikasi di lapangan, ternyata ke-17 pasien Covid varian Delta itu semuanya masih hidup (survive). Berbeda sekali faktanya dengan di India. Di sana, angka kematian pasien Covid-19 sangat tinggi tiga bulan lalu, setelah banyak pasien yang terjangkit virus varian Delta. Sampai-sampai di India saat itu muncul istilah tsunami Covid-19.

Sebagaimana diinformasikan Kepala Litbangkes Aceh, Dr Fahmi Ichwansyah, dr Hanif tak menampik bahwa ada ratusan sampel lagi sudah dikirim dari Aceh ke Jakarta untuk diperiksa dengan metode sequencing.

“Kita tunggu hasilnya, semoga tidak lebih mengagetkan dengan hasil yang baru kita terima ini,” kata Hanif.

Ia juga mengimbau kalangan medis dan masyarakat luas di Aceh agar benar-benar meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya Covid yang varian Delta-nya ternyata sudah  banyak menginfeksi pasien di Aceh sejak bulan Mei lalu.

"Patuhi protokol kesehatan dan jangan lengah. Ancaman varian Delta di Aceh semakin nyata. Tetap penting memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir meski kita telah divaksinasi,” ujarnya.

Bagi warga Aceh yang layak vaksin, tapi belum vaksinasi, dianjurkan Hanif, segeralah minta divaksin. “Ini ikhtiar kita bersama untuk memutus rantai penularan Covid yang variannya semakin banyak, juga untuk mengurangi tingkat keparahan jika terinfeksi Covid," demikian Hanif.

Baca juga: Presiden China Xi Jinping Peringatkan Taiwan, Situasi Makin Suram, Segera Penyatuan Negara

Baca juga: Legasi Teungku di Yan, dari Tgk Muhammad Irsyad, Tgk Chik Umar Bin Auf, Hingga Abu Hasan Krueng Kale

Bahaya varian Delta

Studi terkait Covid-19 yang dilakukan di India, Amerika, dan Finlandia belum lama ini menunjukkan bahwa dalam kasus infeksi terobosan (infeksi ulang), Covid-19 varian Delta mampu tumbuh di hidung orang yang divaksinasi pada tingkat yang sama seolah-olah mereka belum divaksinasi sama sekali.

Virus corona yang tumbuh di hidung itu sama menularnya dengan orang yang tidak divaksinasi. Artinya, orang yang divaksinasi dapat menularkan Covid dan menginfeksi orang lain.

Menurut laporan National Geographic, studi yang dilakukan di rumah sakit di India; Provincetown, Massachusetts; serta Finlandia juga telah menunjukkan bahwa setelah infeksi terobosan varian Delta, mungkin ada tingkat virus yang tinggi di hidung orang baik mereka yang sudah divaksinasi maupun yang belum.

Infeksi terobosan atau infeksi ulang adalah infeksi Covid yang dapat terjadi meski seorang individu telah divaksinasi atau pernah terinfeksi sebelumnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved