Panen Padi
Mesin Potong Padi Minim, Petani di Geumpang Masih Gunakan Cara Lama Saat Panen
Ia menjelaskan, saat musim panen padi, tenaga lokal yang biasanya bekerja sebagai di mesin perontok padi, tapi mereka memilih pergi mencari emas secar
Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Muhammad Nazar I Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Petani di Kecamatan Geumpang masih menggunakan cara lama saat memanen padi.
Petani masih menumpuk padi, dalam Bahasa Aceh peuphui pade di areal sawah, mengingat masih minimnya mesin pemotong padi di dataran tinggi tersebut.
Menumpuk padi di areal merupakan warisan nenek moyang yang dilakukan tempo dahulu saat memanen padi.
"Petani masih menumpuk padi di areal sawah dua hingga tiga malam, sembari menunggu mesin perontok padi," jelas Imum Mukim Geumpang, Nyak Cut kepada Serambinews.com, Senin (4/10/2021).
Baca juga: Disprindagkop UKM Subulussalam Sidak Agen Elpiji 3 Kg Terkait Kelangkaan dan Harga Tinggi
Ia menjelaskan, saat musim panen padi, tenaga lokal yang biasanya bekerja sebagai di mesin perontok padi, tapi mereka memilih pergi mencari emas secara tradisional di pegunungan Geumpang.
Sehingga musim panen padi dilakukan petani di Geumpang yang menyita waktu lama.
"Mulai dari memotong pakai sabit, angkut padi dan harus menunggu mesin perontok," jelasnya.
• Sidang Kasus Tiga Pria Selundupkan Sabu 31 Kg dari Thailand Sudah Lima Kali Ditunda, Ini Sebabnya
Menurutnya, hampir 90 persen petani di Geumpang memotong padi menggunakan tangan yang memakai sabit, dengan luas areal tanam mencapai 720 hektare.
Kondisi tanah, kata Nyak Cut, tidak mungkin bisa dilintasi mesin pemotong, mengingat tanah masih liat.
Sehingga hanya 10 persen tanaman padi bisa dipotong menggunakan mesin.
Ia menambahkan, padi yang dipanen dengan mesin dijual dengan harga Rp 4.500 pet kg dan dipotong dengan tangan dijual dengan harga Rp 4.900 kg.
"Padi dipotong dengan tangan lebih bersih dan kering sehingga harga penjualan lebih tinggi," jelas Nyak Cut. (*)