Internasional
Para Migran Jadi Korban Kekerasan Seksual dan Pembunuhan di Libya
Konflik yang berkepanjangan di Libya telah menyebabkan terjadinya kejahatan kemanusiaan, baik ke migran maupun para tahanan perang.
Atau juga daerah yang ditinggalkan oleh pasukan yang mundur.
Ranjau, sebagian besar dibuat di Rusia, telah membunuh dan melukai warga sipil yang kembali ke rumah sejak Juni 2020.
Sejak 2015, Rusia telah memberikan dukungan militer, diplomatik, dan keuangan kepada pemerintah Libya yang berbasis di timur di Tobruk.
Bersama Tentara Nasional Libya yang dipimpin oleh panglima perang Khalifa Haftar.
Libya telah dilanda konflik sejak 2011 seusai penggulingan dan pembunuhan Muammar Qaddafi dalam pemberontakan yang didukung NATO.
“Temuan itu mengungkap situasi hak asasi manusia yang mengerikan di Libaya,” kata laporan itu.
Dikatakan, warga sipil telah membayar harga yang mahal, terutama karena serangan terhadap sekolah dan rumah sakit.
Para penyelidik PBB mengidentifikasi tersangka pelaku salah satu pelanggaran terburuk.
Baca juga: Libya Bebaskan Saadi Gadhafi, Langsung Terbang ke Istanbul
Diman pembunuhan dilakukan oleh kelompok bersenjata di kota Tarhouna dengan korban dikubur di kuburan massal.
Pembunuhan itu dilakukan oleh Mohammed Al-Kani, seorang komandan yang mereka katakan tewas pada Juli 2021, terkena selama udara Tentara Nasional Libya.
“Skala kekejaman di Tarhouna menuntut perhatian yang jauh lebih terfokus termasuk penyelidikan forensik,” kata pakar panel Robinson.(*)