Molnupiravir Dinilai Ampuh Jadi Obat Covid-19, Pemerintah Upayakan Segera Ada di Indonesia

Obat Covid-19, Molnupiravir buatan perusahaan farmasi Merck & Co digadang-gadang menjadi obat unggulan setelah terbukti mengurangi hingga 50 persen

Editor: Faisal Zamzami
Sumber: France24/Merck
Kapsul obat Covid-19 bernama Molnupiravir, yang diujicoba ke 775 pasien terinfeksi Covid-19. (Sumber: France24/Merck) 

Saat ini, Merck memang sudah melaporkan hasil uji klinis fase 3 terkait obat molnupiravir. Akan tetapi, lanjut Zullies, sebetulnya uji klinis ini belum selesai dilakukan.

“Dimulainya (uji klinis) pada 19 Oktober 2020 dan perkiraan selesainya 8 November 2021. Jadi sebetulnya sekarang belum selesai," ujarnya menerangkan.

Baca juga: Corona Melonjak, Presiden Jokowi Sebut Pemerintah akan Bagi Gratis 2 Juta Paket Obat Covid-19

Baca juga: Jual Obat Covid 5 Kali Lipat Harga Eceran Tertinggi, Pemilik Apotek Global dan Karyawan Ditangkap

Molnupiravir Dinilai Bisa Jadi Harapan Baru Penanganan Covid-19

Obat Covid-19 Molnupiravir besutan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Merck & Co tengah ramai jadi perbincangan. 

Mengingat obat tersebut diklaim mampu mengurangi risiko kematian pada pasien hingga 50% dan perawatan inap di rumah sakit akibat covid-19.

Obat yang berpotensi menjadi obat antivirus Covid-19 pertama di dunia ini juga dilirik banyak negara, termasuk Malaysia dan Indonesia. 

Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Fakultas Farmasi UGM Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt mengatakan Molnupiravir dapat menjadi harapan baru untuk dapat mengobati orang yang terpapar Covid-19 dan mencegah gejala buruk. 

"Kalau dari segi obat, saya kira bagus, sebuah harapan," kata Zullies dikutip dari Kompas.com, Rabu (6/10/2021). 

Hal ini, kata dia, merujuk dari data di laman Merck, menunjukkan bahwa hasil penelitian klinisnya sejauh ini memang baik.

Adanya hasil yang sudah baik ini juga yang membuat Merk tidak harus melakukan uji klinis terhadap obat tersebut sampai akhir.

"Karena (rencana awal melibatkan) 1.850 responden, sementara ini baru melibatkan 762 subyek dan hasilnya baik, kemudian mereka akan melanjutkan sampai 1.500 orang tapi FDA (Food and Drug Administration AS) sudah menyarankan untuk tidak perlu melanjutkan karena hasilnya sudah baik," ujarnya.

Sebab itu, lanjut Zullies pihak Merck tengah bersiap mengajukan EUA (emergency use authorization) atau persetujuan penggunaan darurat. 

Zullies kemudian optimistis bahwa molnupiravir dapat membantu para tenaga medis dalam menangani Covid-19.

"Ini (molnupiravir) bisa jadi alternatif lain dari favipiravir. Kalau hanya mengandalkan favipiravir kan juga jumlahnya terbatas karena seluruh dunia membutuhkan," ujarnya. 

Sementara terkait cara kerjanya, dia menjelaskan obat molnupiravir mirip dengan favipiravir, yakni menghambat reproduksi virus.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved