Jurnalisme Warga

Halua Bluek, Kuliner Pidie yang Mirip Dodol

Rasa-rasanya, semakin menyelami Pidie, semakin banyak hal unik yang kiranya patut kita bagikan kepada masyarakat luas

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Halua Bluek, Kuliner Pidie yang Mirip Dodol
IST
MUHAMMAD SYAWAL DJAMIL, Guru Sekolah Sukma Bangsa Pidie, Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Pidie, dan aktif di Komunitas Beulangong Tanoh, melaporkan dari Sigli

Mengolah halua bluek tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang. Ini karena dalam prosesnya membutuhkan keterampilan khusus juga. Makanya, untuk memasak halua bluek haruslah orang yang sudah berpengalaman. Halua bluek dimasak dalam bejana yang besar, kemudian diaduk secara berpola dengan durasi waktu dan tempo kurang lebih delapan jam. Sembari diaduk, ditambahkan juga santan dan manisan dengan takaran yang sudah ditentukan.

Tak jarang, karena dimasak oleh bukan ahlinya atau orang belum berpengalaman, halua bluek menjadi makanan yang gagal, tak bisa dimakan. Kemudian, ada juga kejadian, meskipun dimasak lengkap dengan bahan bakunya, tapi halua muncul dengan wujud yang tidak sesuai harapan, karena teksturnya keras. Ini terjadi karena dalam proses memasaknya dijalankan tidak sesuai.

Untuk itu pula, lazimnya seorang ahli masak halua bluek, jauh-jauh hari mereka akan mencari kelapa tua khusus untuk diparut lalu diambil santannya. Mereka menyebutnya dengan istilah ‘u  bungong jeumpa’. Setelah didapati kelapanya akan disimpan dulu, sampai kemudian pada waktu tertentu baru kelapanya dibelah dan diparut untuk diambil santannya.

Dalam memasak halua bluek memang boleh di sembarang waktu, misalnya tanpa terikat sanksi atau adat tertentu. Namun demikian, bagi masyarakat Pidie memasak halua bluek punya hari-hari khusus. Seperti pada hari-hari besar dalam Islam dan hari pekan rakyat. Namun demikian, masyarakat Pidie umumnya memasak halua bluek saat tibanya hari meugang puasa dan meugang Lebaran.

Keterampilan warisan

Uniknya lagi, skill memasak halua bluek ini ternyata hanya dimiliki oleh sekelompok masyarakat yang ada di Pidie saja, yaitu masyarakat yang berada di Kemukiman Bluek. Sedangkan yang di luar teritorial Kemukiman Bluek sangat jarang didapati yang mampu memasak halua bluek. Kecuali memiliki hubungan keluarga dekat dengan warga mukim Bluek.

Konon, menurut beberapa tetua gampong di Bluek, skill memasak halua bluek yang dimiliki oleh masyarakat di Kemukiman Bluek merupakan sebuah warisan yang didapatkan secara turun-temurun. Jauh sebelum nusantara ini merdeka dari penjajahan bangsa kolonial, masyarakat di Kemukiman Bluek sudah memiliki aktivitas memasak halua bluek. Sehingga, kebanyakan masyarakat di Pidie juga menyebut halua bluek dengan nama halua bluek ada nama daerah pembuatnya di ujung.

Namun sayangnya, eksistensi halua bluek semakin tergerus oleh masa. Di samping teknik produksi halua bluek masih bersifat tradisional dan kecintaan masyarakat terhadap makanan daerah lokalnya yang semakin menipis, eksistensi halua bluek kini semakin tenggelam. Untuk itu pula, peran pemerintah melalui dinas terkait sangat dibutuhkan dalam menjaga salah satu warisan budaya ini, agar terus berkembang dan menjadi kebanggaan daerah. Nyan ban!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved