Berita Lhokseumawe
Puluhan Mahasiswa Unimal Ikut Pelatihan Menulis Siaran Pers
Tujuan pelatihan ini kata Ketua Panitia, untuk memberikan pengetahuan, meningkatkan skill dalam menulis siaran pers atau menulis berita.
Penulis: Jafaruddin | Editor: Nurul Hayati
“Dalam membuat banyak berita tersebut, bisa menjawab 5W+1H, dan menganut kode etik jurnalistik,” ujar Kamaruddin yang juga Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Unimal.
Karena ada media online sekarang ini, ketika menulis berita, tidak menjawab unsur how atau bagaimana. Bahkan kadang media online yang hanya memuat empat unsur W.
“Karena jurnalis menginginkan pembaca itu menunggu, sebab berita online itu bisa dirilis kembali dalam waktu 10 menit,” ujar Kamaruddin.
Tapi secara ilmu komunikasi, berita yang lengkap itu harus ada unsur 5W+1H, kalau belum lengkap, tentu saja itu belum termasuk berita yang memenuhi kaidah jurnalistik.
“Saya yakin semua mampu menulis, buktinya kalau kita print hasil chattingan di media sosial setiap mahasiswa itu bisa mencapai 10 lembar halaman setiap harinya,” ujar Kamaruddin.
Baca juga: AJI Lhokseumawe Bekali Mahasiswa BJI dan Lembaga Pers Kampus dengan Pemahaman Kode Etik Jurnalistik
Sehingga tidak mungkin, kalau ada mahasiswa mengaku tidak bisa menulis berita.
Sebab, hanya butuh kemauan saja untuk menulis berita.
“Dulu kita di FISIP, berkomitmen setiap kegiatan mahasiswa dan dosen harus membuat siaran pers,” ujar Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (Aspikom) Aceh periode 2021-2024.
Selain itu, mahasiswa tidak harus menggunakan laptop untuk membuat siaran pers, tapi juga bisa menggunakan HP Android atau sejenisnya.
Karena itu, pengurus UKM, dituntut selain harus mampu menulis siaran pers, juga harus mampu mengambil video dan juga foto.
Bahkan juga harus mampu melaporkan secara langsung (live).
“Karena di era digital ini, keberhasilan sebuah organisasi dapat dilihat dari jejak digitalnya,” kata Kamaruddin.
Kemudian yang harus dipahami, berita dalam konteks ilmu komunikasi itu harus menghibur dan menyenangkan.
Poin penting yang harus dipahami lanjut Kamaruddin, landasan filosofis di konteks era digital, komunikasi itu adalah mengharmonisasi.
Selain itu yang harus dibedakan berita dan hoaks.
Karena hoaks bukan berita, tapi informasi.
Sebab kalau berita tersebut, sudah pasti melewati proses jurnalistik dan kode etik jurnalistik. (*)
Baca juga: Ini Daftar Juara Lomba Menulis Hari Santri yang Diselenggarakan Rabithah Thaliban Aceh