Lingkungan
Pegiat Lingkungan: Dana Hibah Untuk Konservasi di Aceh Dikuasai LSM Luar
Bahwa dana hibah dari negara donor peduli lingkungan yang diplotkan untuk konservasi Aceh, banyak 'dirampok' oleh lembaga nasional dan internasional.
Penulis: Zubir | Editor: Ansari Hasyim
Munazir, SHI, MHI dari LSM GEPRAK, juga menyatakan bahwa pengelolaan hutan oleh kelompok masyarakat di Aceh hendaknya bagi negara-negara donor menyalurkan secara langsung kepada masyarakat Aceh.
"Karena kami mengetahui secara pasti kepedulian mereka secara global dalam mengatasi Climate Change," jelasnya.
Disamping itu, sebut Munazir, negara-negara pemberi donor langsung atau tidak langsung mempunyai kepentingan yang signifikan di Provinsi Aceh yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA).
Hasil bumi menunjukkan bahwa SDA di Aceh hampir semua ada, dari emas sampai batu giok, dari kayu yang berkualitas sampai kayu gaharu yang menghasilkan gupal terbaik, dari kopi Arabica Gayo sampai minyak nilam Aceh Selatan berkualitas terbaik di dunia.
Kemudian minyak dan gas bumi silih berganti ditemukan cadangan potensial baru yang memberi harapan besar bagi bangsa ini.
Baca juga: Kayu Masih Berserak di Rumah Warga, Terbawa Banjir Pekan Lalu
Pembina LSM Uteun Uranium, M. Adi Naser, SE, menyatakan bahwa dari hypotesa dibeberapa lokasi di Aceh memiliki cadangan hasil tambang uranium yang lebih ramah dari sisi radiasi.
Hal ini memberikan gambaran bahwa beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh disekitar loaksi uranium dapat mereduksi sebaran radiasi. Ini memang perlu penelitian lebih lanjut.
Akan tetapi masyarakat lokal di sekitar hypotesa terdapat kandungan uranium secara turun- temurun telah menandai wilayah itu sebagai kawasan yang perlu dijaga keberadaannya, terutama hutan alamnya.
Mengenai hal ini juga perlu dilakukan pengkajian Antropologo Lingkungan. Kami masyarakat Aceh telah lama diwariskan pemahaman-pemahaman untuk selalu menjaga hutan secara lestari.
Kesimpulan dari pertemuan pegiat lingkungan di Aceh ini, lanjut Iskandar Haka, mendukung pernyataan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Aceh.
Bahwa sejumlah satwa kharismatik yang berada di hutan Aceh terus terjadi konflik satwa dengan manusia, perburuan liar oleh oknum masyarakat.
"Lalu, degradasi hutan dan banyak lagi kejanggalan dan kesalahan kita dalam mengelola hutan secara bijaksana dan berkelanjutan," imbuhnya. (*)