Dosen FKP Universitas Syiah Kuala Rancang Rumpon+ untuk Nelayan Tradisional di Pulau Aceh
Selain sebagai pengundang ikan, juga berfungsi sebagai rumah ikan dan substrat bagi larva-larva biota lainnya.
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dalam rangka mendukung peningkatan ekonomi masyarakat nelayan di Pulau Aceh, dosen FKP Universitas Syiah Kuala (USK) merancang rumpon+ (disebut unjam dalam bahasa Aceh) yang akan ditempatkan di beberapa lokasi di Pulau Aceh.
Rianjuanda, S.Kel., M.Si sang dosen perancang mengatakan bahwa rumpon+ ini merupakan hasil modifikasi dari rumpon tradisional yang menggunakan attraktor (pemikat ikan) alami yang biasanya menggunakan daun kelapa atau daun iboh, ditambah dengan pemikat sintesis (buatan) dan fishdome (rumah ikan) sebagai pengganti pemberat utama sehingga memiliki manfaat ganda.
Selain sebagai pengundang ikan, juga berfungsi sebagai rumah ikan dan substrat bagi larva-larva biota lainnya, sehingga menjadikan area rumpon+ memiliki keanekaragaman hayati tinggi.
Baca juga: DKP Aceh Susun Ranpergub Rumpon di Perairan Aceh, Ini Aturan soal Pasang Alat Bantu Tangkap Ikan Itu
Baca juga: Nelayan Tuntut Ganti Rugi, Terkait Rumpon Rusak
Baca juga: PT Mifa Bangun Rumpon Laut di Wilayah Pesisir Lhok Meureubo.
Menindaklanjuti rancangan rumpon+ ini, 3 lembaga panglima laot (Pulau Nasi, Lhok Sane, Pulau Breuh Utara) bersama mukim setempat telah membentuk tim pokja pembuatan dan penempatan rumpon ini.
Pada Kamis 11 November 2021 mereka telah mengadakan FGD terkait realisasi pembuatan dan penempatan rumpon ini bertempat di Balai Pertemuan Gampong Deudap, Pulau Nasi, Kec. Pulau Aceh, Aceh Besar.
Narasumber FGD, Rianjuanda, S.Kel., M.Si yang juga merupakan dosen di prodi PSP FKP USK memaparkan secara teori dan teknis bagaimana proses rumpon+ ini akan dibuat dan ditempatkan di 15 lokasi yang sudah disurvei sebelumnya, targetnya dalam 4 bulan sudah selesai direalisasikan.
Kegiatan ini sepenuhnya mendapat dukungan dari masyarakat nelayan setempat dengan dukungan teknis dan pendampingan dari Koperasi Mitra Utama Bahari, tim ahli dari FKP USK, Lembaga Panglima Laot Pulau Nasi, dan DKP Aceh Besar.
Baca juga: Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Dimulai
“Kita akan melibatkan masyarakat nelayan setempat dari awal sampai rumpon+ ditempatkan di laut, termasuk pengawasan dan keberlanjutan rumpon ini nantinya.
Selain itu, nilai-nilai kearifan lokal juga harus kita pertahankan dalam pengelolaannya, ujar Musliadi selaku ketua tim pokja,” katanya.
Menutup kegiatan FGD tersebut Hasyim selaku mukim Pulau Nasi berharap program ini bisa berjalan dengan baik dan lancar, sehingga betul-betul bisa bermanfaat bagi masyarakat nelayan dan bisa dinikmati dalam jangka panjang.(*)