Berita Banda Aceh
Kisah Nakhoda Kapal Elpiji, Melawan Maut, Mengantar Tabung Gas ke Pulau Paling Barat Indonesia
Di saat warga lainnya masih terlelap di peraduannya, Zainuddin sudah di dermaga memanaskan mesin kapal.
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Muhammad Nasir I Sabang
Jarum jam masih menunjukkan pukul 04:00 WIB, udara dingin menusuk hingga ke tulang, suara gemuruh ombak samudera terdengar sayup-sayup.
Tangan keriput Zainuddin tampak cekatan mengutak-atik mesin kapal. Di saat warga lainnya masih terlelap di peraduannya, Zainuddin sudah di dermaga memanaskan mesin kapal.
Pak Din—sapaan akrab Zainuddin adalah Nakhkoda KM Raseuki Berkat. Kapal milik agen resmi Pertamina, PT Gas Aneuk Meugah, yang saban hari bertugas mengantar tabung LPG dari daratan Aceh ke pulau paling barat Indonesia, Sabang.
Setelah azan berkumandang dan shalat subuh usai, kapal yang penuh dengan tabung gas berbagai ukuran bergerak keluar dari muara Krueng (Sungai) Aceh di tengah gelapnya malam.
Baca juga: Rahmat Maulizar Terobos Pedalaman Aceh agar Anak Bibir Sumbing Dapat Tersenyum
Setiap berlayar, ia ditemani dua ABK dan rata-rata membawa 1.450 tabung gas, yang didominasi tabung 3 kg.
“Saya jam setengah empat sudah bangun, jalan kaki ke dermaga, lakukan persiapan, setelah subuh langsung berangkat, gabisa telat untuk menghindari ombak tinggi,” ujar pria 58 tahun ini.
Menurut Pak Din, mereka harus berangkat sebelum matahari terbit, untuk menghindari kapal kandas di mulut muara akibat air laut surut.

Selain itu, juga untuk menghindari cuaca buruk di tengah perjalanan. Untuk mengantar LPG ke Sabang, mereka menempuh perjalanan sejuah 24 mil, melewati perairan pertemuan Selat Melaka dan Samudera Hindia.
Berada di Pintu Selat Melaka, perairan sabang memang sering dilanda cuaca buruk, yang gelombangnya bisa mencapai 4 meter, bahkan tak jarang jika transportasi kedua pulau terputus.
Baca juga: Kisah Sukses Nahrawi Noerdin, Ditempa Jadi Pengusaha Sejak Kelas 2 SD Hingga Cuci 600 Tabung LPG
Saat laut tak bersahabat, ia harus jalan melingkar, menghindari maut, supaya tiba dengan selamat di Sabang.
“Kalau dihempas ombak tinggi sudah sering, Alhamdulillah masih diberi keselamatan,” ujar kakek lima cucu ini.
Pak Din dulunya nelayan, yang berlayar berminggu-minggu mencari ikan hingga ke dekat perbatasan India dan Thailand. Saat bencana tsunami 2004 silam, ia ikut kehilangan istri dan tiga anaknya.
Kemudian, ia jadi ABK kapal pengangkut tabung gas. Hingga kemudian dipercaya sebagai nakhoda kapal itu.
Para awak kapal PT Gas Aneuk Meugah (GAM) Sabang, selaku agen tunggal penyalur LPG dari PT Pertamina untuk Pulau Weh (Sabang) tak selalu berjalan mulus dalam mengantar LPG.