Berita Bireuen

Mesjid Sulu Bayung Peusangan Dibangun Sebelum Indonesia Merdeka, Kini Semakin Indah

Kayu Sulu Bayung yang dijadikan tiang utama masjid tersebut dianggap keramat oleh masyarakat, banyak yang melepaskan nazar di masjid tersebut.

Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Taufik Hidayat
Serambinews.com
Masjid Jamik Sulu Bayung di Kemukiman Cot Bada, Peusangan Bireuen. 

Laporan Yusmandin Idris | Bireuen

SERAMBINEWS.COM, BIREUEN – Di Peusangan, Bireuen tepatnya di Kemukiman Cot Bada, terdapat satu masjid yang telah ada sejak sebelum Indonesia merdeka  atau di era kolonial dan sekarang setelah beberapa kali renovasi masjid tersebut semakin indah, masjid tersebut adalah Masjid Jamik Sulu Bayung.

Menurut keterangan dari Tgk Ismail yang didampingi Keuchik Cot Bada Barat, M Jafar MSi kepada Serambinews.com, Jumat (19/11/2021) mengatakan, masjid Sulu Bayung memiliki sejarah dan cerita panjang.

Berdasarkan penuturan beberapa  orang tua desa, masjid tersebut telah ada sebelum Indonesia merdeka.  Bila tidak salah, kata Tgk Ismail (51), masjid ini dibangun sejak lama atau semasa kolonial.

Kemudian pada suatu waktu beberapa orang tua melalui mimpinya tentang ada dua kayu besar hanyut di kuala Jangka. Kayu tersebut seakan diminta untuk diambil dibawa pulang, kayu tersebut menjadi salah satu tiang utama masjid, kayu tersebut setelah dilihat adalah Sulu Bayung.

“Penuturan orang tua, waktu itu ada dua kayu bulat besar, orang menyebutkan kayu Sulu Bayung, satu batang diambil untuk masjid di Cot Bada dan satu lagi diambil untuk masjid Asan Biduen, Peusangan,” ujarnya.

Kayu bulat tersebut dibawa pulang dan dijadikan tiang utama tembus ke puncak masjid yang awalnya bernama Masjid Jamik Cot Bada. 

“Kayu itu masih ada sampai sekarang dipindahkan ke pojok bagian depan masjid dan memancang dipasang atap,” ujarnya. 

Mesjid Jamik Sulu Bayung, tambah Tgk Ismail, meliputi enam desa dalam wilayah Kemukiman Cot Bada yaitu Desa  Cot Bada Baroh, Cot Bada Barat, Cot Bada Tunong, Cot Keumude, Cot Girek dan Desa Sagoe.

Baca juga: Wanita yang Disiram Air Keras Suaminya Meninggal, Pelaku Ditangkap Saat Hendak Kabur ke Luar Negeri

Baca juga: Daftar Provinsi yang Sudah Umumkan Besaran UMP 2022, Cek Berapa Besaran UMP di Daerah Kamu

Tgk Ismail menagatakan, waktu ia masih berusia 20 tahun,  kayu Sulu Bayung yang dijadikan tiang utama masjid tersebut dianggap keramat oleh masyarakat, banyak yang melepaskan nazarnya di masjid tersebut.

Sejak waktu itu ramai masyarakat yang bernazar pada sulu bayung. Sebagian warga meyakini tiang sulu bayung dapat menyembuhkan penyakit. Perjalanan waktu terus berubah dan masjid direnovasi dan berganti nama menjadi Masjid Jamik Sulu Bayung pada tahun 2018 lalu.

Masjid tersebut  sudah beberapa kali renovasi, renovasi terakhir sekitar tahun 2016
lalu. Saat ini, luas masjid 25 x 25 meter terlihat sangat indah. Bagian dalam telah dipasang keramik indah, bagian dalam atas juga ditata sedemikian rupa.

Kayu Sulu Bayung yang telah diukir dengan tulisan kaligrafi dipindahkan dan didirikan ke depan masjid serta ditutupi bagian atas dengan atap. “Tiang dari kayu sulu bayung sekarang masih berdiri megah di pojok depan masjid,” ujarnya.

Baca juga: Prabowo dan Megawati Gelar Pertemuan di Istana, Petinggi Demokrat: Apa Sudah Dapat Izin Presiden?

Baca juga: VIDEO - Tangis Haru Korban Kebakaran Rumah di Juli Bireuen

Terlepas dari berbagai cerita membangun masjid tersebut semasa kolonial, masjid yang berada di lahan seluas hampir satu hektar antara desa Cot Bada Barat dan Desa Cot Keumude tersebut semakin indah, ornamen masjid juga menarik, namun bagian pagar dan halaman belum selesai dibangun.

Lokasi masjid ini sekitar 1 KM arah utara kawasan Desa Cot Bada, jalan Medan-Banda Aceh. Menyangkut sumber dana pembangunan masjid kata Keuchik Cot Bada Barat, utamanya adalah dari sawah tanah wakaf masjid  tersebar di enam desa, setiap musim panen masing-masing imam desa mengumpulkan padi dari sewa tanah wakaf masjid  sebagai sumber dana pembangunan masjid. Selain itu sumbangan warga, masyarakat,  para dermawan dan juga bantuan pemerintah.

Menyangkut siapa imum syikh pertama dan siapa tokoh masyarakat waktu itu memulai membangun masjid tersebut, Tgk Ismail juga imam rawatib di masjid tersebut tidak mengetahui pasti sejarahnya, jelasnya adalah para tetua desa dari sejumlah desa di kemukiman Cot Bada.

Tentang imum syikh yang masih diingatnya, antara lain almarhum Tgk Hasan Hamzah, almarhum Tgk Ramli Bitai, Tgk Baharuddin Yusuf sekarang pimpinan salah satu pesantren di Teupin Siron, Gandapura, Bireuen.

Sedangkan imum syikh sekarang adalah Tgk A Thaleb Tausi, dan ketua panitia pembangunan masjid Drs Baktiar.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved