Berita Bireuen
Gelar Seminar Moderasi Beragama, IKAT Aceh Undang Pakar Lulusan Timur Tengah
Ikatan Keluarga Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, pada Selasa (23/11/2021), mengadakan seminar tentang moderasi beragam di Bireuen
Penulis: Subur Dani | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Subur Dani | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dalam rangka menangkal pemikiran radikal di tengah masyarakat, terutama kalangan remaja, Ikatan Keluarga Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, pada Selasa (23/11/2021), mengadakan seminar tentang moderasi beragam di Bireuen.
Kegiatan yang didukung oleh Kementerian Agama Republik Indonesia itu mengangkat tema “Moderasi Beragama di Era Covid-19 (Menyemai Nilai-nilai Moderasi Islam Sebagai Solusi Pencegahan Konflik)”. Kegaiatan itu diikuti para siswa dari sejumlah sekolah di Bireuen.
“Acara ini kita laksanakan untuk menyebar nilai-nilai washatiyah Islam sebagai solusi bentuk pencegahan konflik.
Kita sengaja mengundang para peserta dari sejumlah pondok pesantren dan SMA sederajat, kerena mereka merupakan generasi penerus dalam menyebarkan risalah Islam yang washastiah atau moderat. Tidak berat ke kiri dan juga tidak berat ke kanan,” ujar Ketua IKAT Aceh, Ustaz Muhammad Fadhillah.
Baca juga: Disdik Aceh Umrahkan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi, Ini Nama-nama Pemenang Lomba
Seminar moderasi yang diadakan di aula utama Hotel Djarwal Bireuen ini diisi oleh ulama muda dari Timur Tengah dan ulama dari kalangan dayah Aceh.
Dr. Amri Fatmi yang merupakan ulama muda Aceh lulusan dari Timur Tengah berbicara tentang “Deskripsi dan Implementasi Moderasi Beragama dalam Pendidikan”.
Sedangkan dari kalangan ulama muda dayah, hadir Tgk. Helmi Imran, MA (Abah Nisam) yang berbicara tentang “Moderasi di Masa Pandemi dan Pencegahan Covid-19 dalam Tinjauan Islam”.
Sejanjutnya tema “Penerapan Fikih dan Akhlak dalam Penggunaan Media Sosial Sebagai Bentuk Pencegahan Konflik” diisi oleh Dr. Syarifah Rahmi, yang merupakan anggota tuha peut Wali Nanggroe Aceh.
Dr. Amri Fatmi menjelaskan bahwa moderasi disebut washati, yaitu berada tengah-tengah dan tidak terlalu berlebihan dalam melakukan sesuatu.
Ia menjelaskan bahwa moderasi dalam agama Islam adalah adil dalam bersikap dan mengamalkan Isalam atau biasa disebut dengan Islam Washatiyyah.
“Maka dalam mengamalkan ajaran Islam tidak boleh ghuluw dalam artian berlebihan dalam beragama.
Sebagaimana ghuluw-nya para umat terdahulu layaknya Yahudi dan Nasrani dalam beragama, karena agama pada dasarnya tidak didasari oleh logika semata,” ungkap Dr. Amri.
Baca juga: Longsor di Bener Meriah, Siswa SD dan SMP Libur Sekolah Akibat Guru tak Bisa Datang
Aceh seperti kata Abah Nisam merupakan provinsi yang menganut moderasi dalam beragama, sebagaimana yang tercantum dalam literasi yang dipelajari oleh orang Aceh.
“Dalam fikih, (Aceh) bermazhab Syafii, yaitu mazhab yang berada di tengah-tengah antara mazhab Ahlurra’yi (logika) sebagaimana mazhab Abu Hanifah dan Ahlulhadis sebagaimana Imam Malik.