Kupi Beungoh
ISTRI Itu RATU Atau PEMBANTU; Tergantung Kwalitas Iman, Ilmu Dan Akhlak Suami
Padahal sesungguhnya PENAMPILAN ISTRI MENUNJUKKAN WIBAWA, KEDUDUKAN, DAN MARTABAT SUAMI.
Oleh: Ainal Mardhiah, S.Ag. M.Ag*)
Jumhur ulama seluruhya sepakat bahwa akad nikah yang dilakukan oleh wali dan calon suami adalah akad kehalalan persetubuhan, juga merupakan akad yang mewajibkan suami untuk menanggung beban kehidupan istri dan anak-anaknya nanti.
Seorang anak perempuan ketika belum menikah kewajiban orang tuanya memberikan nafkah, memberi perhatian, dan kasih sayang, sepenuhnya di tanggung oleh orang tuanya.
Sesudah menikah, kewajiban menafkahi, memberi perhatian, menjaga, melindungi, menyayangi, menghormati, memuliakan, mencukupi segala kebutuhan anak perempuan tersebut berpindah sepenuhnya kepada suaminya, sesuai kemampuan suami.
Kewajiban suami memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya, sebagaimana janji, sumpah yang diucapkan dengan nama Allah dihadapan orang banyak, pada sa'at akad nikah.
Tentu ini ada konsekuensi, jika tidak dilaksanakan, jika tidak ditunaikan, ada hisab yang tidak akan bisa di elak, nanti di hari akhirat. Selain konsekuensi di dunia tidak mendapati RUMAH NYA, umpama SYURGA DUNIA buat diri dan keluarganya. Melainkan seperti NERAKA.
Kalaupun merasa bahagia, karena pekerjaan, karena kawan, karena hobi, atau lainnya, itu hanya sementara. Kawan, pekerjaan, hobi tidak akan mengikuti, tidak akan menemani, ketika sakit, ketika susah atau dalam keadaan kesulitan, kecuali keluarga, istri dan anak-anak.
Seperti yang disebutkan Dalam surat An Nisa ayat 34, Allah SWT berfirman,
"Kaum laki-laki itu pemimpin wanita. Karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan harta mereka.
NAFKAH SUAMI kepada ISTRI dalam hal ini dapat diartikan :
PERTAMA, Nafkah lahir dalam bentuk materi (makanan dan pakaian) sesuai kemampuan suami, sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut ini;
“Dan kewajiban ayah (suami) memberi makan dan pakaian kepada para ibu (istri) dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.” (QS Al-Baqarah 233).
Berdasarkan ayat tersebut, tidak ada kewajiban bagi perempuan (istri) dalam hal ini harus menyiapkan makanan untuk suaminya, melainkan sebaliknya, kewajiban suami menyiapkan makanan dan pakaian untuk istri dan anaknya, sesuai kemampuan suami.
Namun tidak salah, tidak dilarang jika istri ingin melakukannya, untuk saling membantu, atau sebagai ucapan terima kasih kepada suami yang sudah mencari rezeki, atau sebagai upaya mendekatkan hati, menambah rasa cinta diantara suami dengan istri, atau untuk memuliakan suami.
KEDUA, nafkah bathin dari suami dalam hal perhatian, kasih sayang, sikap yang baik, kata kata yang baik, perlakuan yang baik, rasa aman, rasa nyaman, perlindungan, waktu berdua untuk mendiskusikan berbagai masalah dalam rumah tangga, masalah anak, komunikasi yang baik diantara keduanya.
Bantuan ketika istri repot dengan anak dan bantuan lain dalam hal mengurus rumah tangga, sehingga istri merasa bahagia tidak kelelahan sendiri karenanya.
Ini harus diupayakan oleh suami karena seorang perempuan yang tadinya bahagia dengan orang tuanya, merdeka kemana mana, bebas, lalu dinikahi, kemudian perempuan ini harus melahirkan, dengan bertaruh nyawa, menyusui, menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengabdi kepada pasangannya, seluruh waktu, pikiran, tenaga, dan kebebasannya untuk mengurus rumah, dan anak-anaknya.
Terlebih lagi mengurus dan melayani suami, tanpa ada gaji yang ia harapkan setiap bulannya, tulus, ikhlas. Jika setiap bulan suami memberikan uang, yang terkadang tidak mencukupi, tapi di cukup cukupkan oleh istri, atau ditutupi oleh istri. Uang tersebut untuk belanja keperluan rumah tangga dan anak, dan itu kewajiban suami.
Akad nikah bukanlah akad kerjasama antara suami dan istri untuk menanggung nafkah rumah tangga bersama-sama atau istri harus membantu suami dalam urusan nafkah.
Akad nikah, bukan akad perjanjian istri bersedia menjadi pelayan dan pembantu di rumah suaminya sebagaimana yang sering kita lihat dan terjadi di masyarakat.
Sebelum menikah, seorang anak perempuan tampil chantik, rapi, menarik, setelah menikah menjadi dekil, tidak terawat, tidak terurus.
Apalagi kalau sudah punya anak, dari pagi sampai pagi kembali dengan daster kumuh yang gak sempat di ganti, karena dari pagi sampai pagi kembali sibuk dengan anak, dengan rumah, belanja keperluan rumah, sibuk dengan baju kotor, piring kotor, memasak, mengurus dapur kotor, kasur, ditambah lagi ada yang harus mencari rezeki ke kebun, ke ladang, atau kesawah.
Berganti hari, minggu, bulan, dan tahun, masih dengan rutinitas yang sama, ritinitas yang sangat berat, tidak jelas waktu makan, tidak jelas waktu istirahat, tidak ada waktu menghibur diri, merawat diri, sangat berat jika tidak dilaksanakan dengan sepenuh cinta, dan ikhlas.
Beda dengan yang ke kantor, pada jam kantor dah tampil rapi, sampai di rumah sudah dekil lagi dengan duster yang gak sempet di ganti ganti.
Padahal sesungguhnya PENAMPILAN ISTRI MENUNJUKKAN WIBAWA, KEDUDUKAN, DAN MARTABAT SUAMI.
Sementara itu sebagian suami, hanya fokus dengan pekerjaannya, ngopi, sibuk dengan kawan kawannya, hobinya, handphone (hp) nya.
Ngopi dengan teman, hobi, bukan suatu hal yang salah menurut saya, namun itu dilakukan untuk hiburan setelah lelah bekerja, lelah ikut membantu istri di rumah. Jauh lebih baik lagi jika hobi atau ngopi itu mengajak anggota keluarga ikut serta, dan Istri harus mendukung, jika itu baik bagi suaminya.
Atau sebagian suami yang lainnya tidak ada kerja, pagi, siang, malam di warung kopi. Ketika istri minta uang belanja, dengan mudah mengatakan tidak ada uang atau marah marah. Sementara makanan harus disediakan.
Jika demikian memperlakukan istri, sungguh laki-laki itu tidak ada martabat tidak mulia dihadapan Allah SWT.
Karena sebaik-baik suami yang yang paling baik akhlak terhadap istrinya, sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut ini:
خيركم خيركم لأهله، وأنا خيركم لأهلي
“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik sikapnya terhadap keluarga. Dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR Ibnu Majah).
Sementara itu, istri kelimpungan sendiri tidak dipedulikan apakah sudah makan, sudah istirahat, sehatkah atau sakit?
Sebagian suami tidak peduli, sibuk dengan urusan sendiri, sibuk dengan pekerjaannya, sibuk dengan handphone (hp), sibuk dengan hobi. Ketika istri mengeluh kepadanya capek, lelah, dijawab suami "itu aja capek", atau " mengeluh saja kerjaannya".
Bisa dihitung jari alias sedikit sekali, para suami yang perhatian, peduli, dan bersedia membantu istrinya di rumah, ini mungkin disebabkan sebuah KEYAKINAN YANG SELAMA INI SUDAH MENGAKAR DI MASYARAKAT, BAHWA TUGAS SUAMI HANYA MENCARI NAFKAH (UANG), TUGAS ISTRI MENGURUS RUMAH, MENGURUS SUAMI, MELAYANI SUAMI, MENGURUS ANAK, MENYIAPKAN MAKANAN UNTUK KELUARGANYA.
Padahal tidak demikian aturan dalam Islam, melainkan, seorang istri harus fokus mengurus suami dan anak-anak, serta melayani suami. Suami fokus mencari rezeki, sampai di rumah suami-istri saling membantu, saling memperhatikan, agar tumbuh kasih sayang, jadilah rumah tangga itu kuat SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH, sampai ke syurga, Insya Allah.
Kelelahan jiwa dan raga, akan membuat istri stres, sakit sakitan, yang punya penyakit bawaan, akan bertambah lagi sakitnya, jika sudah lelah dengan pekerjaan rumah, lalu tidak mendapat perhatian dan penghargaan dari suami, melainkan sikap cuek, sikap tidak perhatian maka istri bisa mengalami psikosomatik.
Kata ahli, psikosomatik adalah keluhan fisik yang timbul atau dipengaruhi oleh pikiran atau emosi, bukannya oleh alasan fisik yang jelas, seperti luka atau infeksi.
Kata ahli, Gangguan psikosomatik juga bisa berupa memburuknya penyakit fisik yang sudah ada akibat pengaruh kondisi psikis, emosi, atau pikiran. Penyakit fisik yang bisa diperparah oleh faktor psikis seperti sakit maag, tekanan darah tinggi, sakit jantung, cemas, gelisah tidak menentu, tidak bisa tidur, lemas tidak bersebab, sakit kepala dan lainnya.
DENGAN DEMIKIAN, AKAD NIKAH BUKAN AKAD PERJANJIAN UNTUK SALING MEMENUHI KEBUTUHAN RUMAH TANGGA ANTARA SUAMI DAN ISTRI, melainkan, akad janji seorang laki-laki (suami), akan menafkahi, menyayangi, memperhatikan, melindungi, menjaga, membahagiakan istri dan anak-anaknya.
Dengan bahagianya istri dan anak-anak, akan menjadi energi untuk suami dalam bekerja mencari nafkah. Karena suami sudah lelah dengan pekerjaan, pulang ke rumah harus mendapat energi baru dengan melihat istri dan anak-anaknya sehat dan bahagia.
Sementara kewajiban istri adalah:
1. Ta'at Kepada Suami
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada seseorang, niscaya aku perintahkan kepada istri untuk sujud kepada suaminya”. (HR. Abu Daud).
Jika seorang istri melakukan shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, memelihara kemaluannya dan menta'ati suaminya, niscaya dia akan memasuki syurga Allah SWT." ( HR. Ahmad).
2. Memelihara Diri Ketika Suami Tidak Ada Di Rumah.
Maka istri-istri yang shaleh itu ialah yang taat kepada Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada. Oleh karenanya Allah telah memelihara (menjaga) mereka,” (QS. An Nisa: 34
3. Berhias Untuk Suaminya.
Sebaik-baik istri ialah yang menyenangkan jika engkau (suami) melihatnya, ta'at jika engkau menyuruhnya..." (HR. Ath Thabrani).
Menyenangkan suami sangat relatif, tergantung masing masing suami. Jika suami senang melihat istri terawat, maka berikanlah istri biaya (uang) dan waktu untuk merawat diri, berbelanja, membeli baju, kosmetik dan perawatan lainnya atau ajaklah istri ke salon.
Jika suami senang melihat istri manja, maka berkata lah dan bersikap lah yang baik, lagi manja kepada istri, niscaya akan dibalas dengan kemanjaan pula oleh istri. Atau lainnya sesuai kesenangan suami masing-masing, tinggal di komunikasikan
4. Menjaga Harta Suami
Sebaik-baik istri ialah yang menyenangkan jika engkau (suami) melihatnya, ta'at jika engkau menyuruhnya, serta menjaga dirinya dan hartamu di saat engkau pergi." (HR. Ath- Thabrani).
5. Melayani Suami
Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki..." (QS. Al Baqarah: 223).
Tugas istri melayani suami, melahirkan dan bersama suami mendidik dan menjaga anak anaknya.
Yang terjadi, sebagian suami malah lebih tertarik dengan perempuan diluar rumah yang katanya lebih terawat ketimbang istri sendiri. Istri sendiri tidak menarik katanya.
Gimana istrisendiri bisa menarik, bisa cantik dan menggoda gak pernah mendapatkan perawatan dan tidak pernah lepas dari pekerjaan mengurus rumah, mengurus anak.
Cantik, menarik bagi sebagian laki-laki diukur dari penampilan. Maka untuk para istri yang memiliki suami seperti ini, paksakan, sempatkan untuk merawat diri, apapun alasannya, apapun caranya.
Bagi sebagian laki-laki lainnya , chantik itu di ukur dari kepribadian, dari bagaimana seorang istri menjaga rumah tangga suaminya, dari bagaimana istri menjaga diri untuk suaminya, mengurus rumah dan anak anaknya, dari pelayanan kepada suami, sehingga mengalahkan penilaian terhadap penampilan.
Seperti ini fenomena dimasyarakat, tentunya rumah tangga itu lemah, tidak heran jika setiap hari bertambah angka perceraian, tidak ada kerja sama yang baik antara suami istri untuk sama sama saling menjaga dan menguatkan.
KEPADA PARA WANITA MUSLIMAH TERUSLAH MEMANTASKAN DIRI, AGAR DIRIMU BERARTI DISISI PASANGANMU. MARI JAGA TUGAS UTAMA KITA SEBAGAI ISTRI DAN IBU.
Dengan demikian, akad nikah hanya membebani suami saja dalam hal nafkah, dan tidak ada beban apa pun di pihak istri. Dari "KEWAJIBAN NAFKAH, DISITULAH DATANGNYA KEPEMIMPINAN SUAMI ATAS ISTRI"
Jadi bagaimana seharusnya?
Seharusnya, ISTRI adalah RATU DI RUMAH SUAMI, BUKAN PEMBANTU" sebagaimana kita lihat realita di masyakarat kita saat ini.
Istri bantu cuci baju,
bantu cuci piring
bantu beresin rumah
bantu nyari duit
bantu pel rumah
bantu nyeterika baju
bantu belanja
bantu masak
bantu beresin kamar
bantu siapin pakaian suami.
bantu semir sepatu suami.
dan lainnya..
Ditambah tugas utama, mengurus, melayani suami, Melahirkan, Mengurus dan mendidik anak.
Begitu banyak pekerjaan yang harus dikerjakan oleh istri, dan itu terus dikerjakan oleh istri dengan ikhlas tanpa bayaran, tanpa berharap imbalan, semua dikerjakan dengan ikhlas sebagai sebuah penghargaan, penghormatan KEPADA SUAMI yang telah memilihnya menjadi "RATU DI RUMAH DAN IBU UNTUK ANAK ANAK"
SELAYAKNYA LAH, ISTRI HARUS DIBANTU DALAM PEKERJAAN RUMAHMYA, DISAYANGI, DIMULIAKAN, DIHARGAI, DIPERHATIKAN, DICUKUPI SEMUA KEBUTUHAN SESUAI KEMAMPUAN EKONOMI SUAMI MASING MASING YANG BERBEDA BEDA. SETELAH IA LELAH MENGURUS RUMAH DAN ANAK, DITAMBAH TUGAS UTAMA MELAYANI SUAMI.
Jika pendapatan suami terbatas, suami istri bisa saling membantu dalam mengurus rumah tangga.
Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw:
“Aku pernah bertanya kepada Aisyah: Apa yang dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam di rumahnya? Aisyah berkata: Beliau membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, maka apabila telah masuk waktu shalat beliau keluar untuk shalat.” (HR. Al-Bukhari)
Jika pendapatan suami lebih, beberapa pekerjaan rumah tangga dapat diwakilkan kepada asisten rumah tangga (pembantu), atau dengan cara lainnya sehingga istri bisa fokus mengurus, melayani suami, mendidik mengurus anak, dan mengurus diri agar tetap cantik dan sehat.
Namun semua kembali kepada kwalitas ilmu, iman dan akhlak seorang suami yang dapat dilihat dari bagaimana ia memperlakukan istrinya sebagai RATU DI RUMAHNYA dan MENJAGA DIRINYA DARI ISTRI ORANG LAIN.
Begitu juga kwalitas ilmu, iman dan akhlak seorang istri dapat dilihat dari bagaimana ia menghormati suaminya dan memperlakukannya SEBAGAI RAJA DIRUMAH NYA dan MENJAGA DIRINYA DARI SUAMI ORANG LAIN.
Moga bermanfaat.
*) PENULIS Ainal Mardhiah, S.Ag. M.Ag adalah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar Raniry Banda Aceh.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca juga: Juragan Kontrakan di Siantar Cabuli Gadis Remaja, Terpaksa Rayakan Ulang Tahun ke 59 di Penjara
Baca juga: Pasukan Keamanan Suriah Gagalkan Penyelundupan Narkoba Jenis Amfetamin Menuju Arab Saudi
Baca juga: Qatar Lanjutkan Membayar Gaji Pegawai Hamas dan Mengirim Bahan Bakar ke Jalur Gaza
