Berita Pidie
Pedagang Kue Semakin Terjepit di Pidie, Harga Minyak Goreng Naik, Pemasaran Menurun
Sementara permintaan kue menurun secara drastis sehingga kehidupan pedagang kue kian melarat.
Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Saifullah
Laporan Muhammad Nazar I Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Pedagang kue di Pidie semakin terjepit lantaran harga bahan baku melambung tinggi.
Sementara permintaan kue menurun secara drastis sehingga kehidupan pedagang kue kian melarat.
"Kita mengeluhkan minyak ģoreng curah naik, dari Rp 10 ribu per kg, kini menjadi Rp 18.000 hingga 20.000 per kg," kata Zainuddin Salam (58), warga Peukan Baro Rawa, Kecamatan Pidie kepada Serambinews.com Minggu (19/12/2021).
Ia mengatakan, saat ini dirinya membuka usaha memproduksi kue bawang di pinggir ruas jalan nasional di kawasan Kecamatan Grong-Grong.
Zainuddin menjajalkan kue bawang di kiosnya dan menjual kepada kios-kios lain dengan mengantarnya memakai sepeda motor.
Ia menyebutkan, sejak plastik mengalami kenaikan dari Rp 30 ribu menjadi Rp 40 ribu dan tepung cap Payung dari Rp 150.000 menjadi Rp 180.000 per sak ukuran 25 kg, kondisi usahanya kian sulit.
Baca juga: Respon Keluhan Soal Harga Migor Tinggi, Airlangga Gelar Operasi Pasar Kendalikan Harga Minyak Goreng
“Tentunya sangat membunuh usaha kecil milik kami, lebih-lebih harga minyak goreng curah masih bertahan Rp 18 ribu hingga 20 ribu per kg,” ucapnya.
Ia menyebutkan, naiknya harga minyak goreng curah membuat usaha kuenya macet karena omsetnya menurun.
"Biasanya kebutuhan minyak goreng 30 kg per minggu menghabiskan dana Rp 300 ribu, tapi sekarang harus mengeluarkan dana Rp 600 ribu per minggu," jelasnya.
Ia menyebutkan, saat ini, penjualan kue bawang miliknya pun turun drastis. Dari Rp 300 ribu turun menjadi 100 ribu per hari.
"Sebelum adanya Covid-19, kue bawang saya mampu terjual Rp 300 ribu per hari,” sebut Zainuddin.
“Tapi, saat ini kue bawang saya hanya laku Rp 100 ribu per hari. Bahkan, kadang-kadang cuma mampu terjual di bawah Rp 100 ribu," ujarnya.
Baca juga: Ironis, Pabrik CPO Relatif Banyak, Aceh tak Punya Satu pun Pabrik Minyak Goreng
Menurut dia, saat ini omset jualannya cukup menurun sehingga menyebabkan dirinya tidak bisa bangkit dari usaha yang telah dilakoninya itu.
“Bahkan, untuk biaya anak sekolah saja tidak cukup dengan kondisi harga barang naik dan permintaan kue menurun,” beber dia.
“Kami berharap pemerintah turun tangan supaya harga minyak goreng turun lagi harganya. Kita sangat susah dengan kondisi seperti ini," tukasnya.(*)