Kilas Balik Tsunami Aceh 2004
KILAS BALIK TSUNAMI ACEH 2004 - Penantian Seorang Ayah di Depan Masjid Raya Baiturrahman
Pria setengah baya berkulit hitam duduk di bawah pohon di seberang Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM - 26 Desember 2004 menjadi tragedi bencana alam yang paling membekas dalam ingatan masyarakat Aceh.
Gempa yang berkekuatan 9,0 SR yang disusul gelombang tsunami setinggi 30 meter menghantam dataran Aceh, menimbulkan lembaran duka dalam sejarah Indonesia.
Ratusan ribu nyawa manusia menjadi korban dari bencana mahadahsyat abad ini.
Baca juga: Diaspora Global Aceh Kenang 17 Tahun Tsunami, Testimoni Pemimpin Dunia
Arsip berita Harian Serambi Indonesia edisi Senin 3 Januari 2005, memuat tentang kisah seorang ayah yang menanti kepualangan anak semata wayangnya di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Artikel ini kami turunkan kembali menjelang peringatan 17 tahun bencana Tsunami Aceh 2004, Minggu (26/12/2021).
Penantian di Masjd Raya
Pria setengah baya berkulit hitam duduk di bawah pohon di seberang Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Di pundaknya tersandang tas hitam. Matanya lurus memandang ke depan, ke arah lalu lalang kendaraan dan pejalan kaki.
Debu-debu pekat yang menyesakkan dari kendaraan yang lewat dan bau busuk yang menyengat tak dipedulikannya.
Sudah hampir setengah hari ia tak beranjak dari tempat duduknya.
Hanya sekali-kali terlihat menghisap cigaret.
Baca juga: Tsunami Dapat Dijadikan Sumber Pembelajaran dan Daya Tarik Wisata
"Menunggu anak saya Pak,” kalimat pendek itu keluar dari mulutya ketika ditanya apa yang dilakukannya saat itu.
Namun matanya masih terus lurus memandang ke arah lalu lalang kendaraan dan pejalan kaki.
"Saya sudah mencari kemana-mana anak saya tidak ada kabarnya. Saya nunggu di sini siapa tahu anak saya lewat," tambahnya pria yang mengaku bernama M Noor ini.
M Noor tinggal di Sigli, Kabupaten Pidie. Ia mengaku sudah enam hari di Banda Aceh untuk mencari anaknya Linawati (25).
