Luar Negeri
Tesla 'Membantu' Pemerintah China Menutupi 'Genosida' dengan Membuka Showroom Mobil di Xinjiang
Perusahaan Tesla dikecam oleh anggota parlemen Amerika Serikat dan aktivis hak asasi manusia karena membuka showroom mobil di Xinjiang, China.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
Presiden AS, Joe Biden dan anggota Kongres AS telah meningkatkan tekanan pada perusahaan untuk menjauhkan diri dari Xinjiang.
Pada 23 Desember 2021, Biden menandatangani undang-undang yang melarang impor barang ke wilayah tersebut.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan dia tidak akan berkomentar langsung tentang tindakan Tesla.
Tetapi secara umum sektor swasta harus menentang pelanggaran hak asasi manusia RRT dan genosida di Xinjiang.
“Komunitas internasional, termasuk sektor publik dan swasta, tidak dapat berpaling dari apa yang terjadi di Xinjiang.”katanya.
Baca juga: Gara-gara Kicauan Elon Musk Soal Mobil Tesla, Harga Bitcoin Melonjak Nyaris 40.000 Dolar AS
Amerika Serikat telah melabeli perlakuan China terhadap etnis Uyghur dan Muslim lainnya di Xinjiang sebagai genosida.
Amerika Serikat dan beberapa negara lain merencanakan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing pada bulan Februari 2022 atas masalah ini.
China telah menolak tuduhan kerja paksa atau pelanggaran lainnya di Xinjiang.
Dengan mengatakan bahwa kamp tersebut menyediakan pelatihan kejuruan dan bahwa perusahaan harus menghormati kebijakannya.
Tesla, pembuat mobil paling berharga di dunia, mengumumkan pada 31 Desember bahwa mereka membuka showroom di ibukota regional Xinjiang, Urumqi.
Pembuat mobil AS dan Eropa lainnya atau bermitra dengan China, mereka memiliki ruang pamer di Urumqi, sebuah kota berpenduduk sekitar 3 juta orang.
Produsen mobil Jerman Volkswagen AG memiliki pabrik mobil di dekat Urumqi.
Baca juga: Jengkel Dengan Ulah Elon Musk, Investor Uang Kripto Minta CEO Tesla Berhenti Men-tweet
China juga telah menjadi pusat ekspor Tesla menuju Eropa dan pasar lainnya.
Elon Musk tahun lalu harus memuluskan hubungan dengan otoritas China setelah Teslas dilarang dari oleh pemerintah setempat karena kekhawatiran bahwa data yang dikumpulkan oleh kamera kendaraan akan ditransfer keluar dari China.
Sejumlah perusahaan asing dalam beberapa bulan terakhir telah tersandung oleh ketegangan antara Barat dan China atas Xinjiang.