Opini

Mengurai Kemiskinan Aceh Melalui Penguatan Wilayah Belakang

Wilayah belakang (hinterland) sering dimaknai sebagai daerah yang terletak di pedalaman (inland) atau di belakang pesisir (coast)

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Mengurai Kemiskinan Aceh Melalui Penguatan Wilayah Belakang
FOR SERAMBINEWS.COM
Dr. Ishak Hasan, M. Si, Dosen USK Ditugaskan sebagai Wakil Rektor II UTU Meulaboh

Demikian juga di Pantai Barat Selatan Aceh telah tersedia beberapa pelabuhan dengan kondisi yang bagus mulai dari Calang Aceh Jaya, Meulaboh Aceh Barat, Labuhanhaji, dan Tapaktuan di Aceh Selatan.

Di Aceh Singkil dan Sinabang, Kabupaten Simeulu juga bisa mengkoneksikan antarpelabuhan ke pelabuhan yang lebih besar.

Pelabuhan-pelabuhan tersebut bisa dikategorikan sebagai pelabuhan utama, pelabuhan pengumpul, pelabuhan pengumpan, dan pelabuhan pengumpul regional.

Pelabuhan sebagai pintu keluar dari wilayah belakang yang ada di Aceh saat ini harus bisa difungsikan secara maksimal, misalnya untuk ekspor CPO dan produk olahan lainnya.

Dilansir dari Harian Serambi Indonesia, Kamis 4 November 2021, Fadhli Ali selaku Sekretaris Umum APKASINDO (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) Wilayah Aceh saat ini ada 35 PKS di Aceh.

Dari jumlah tersebut baru beberapa saja yang mengekspor menggunakan pelabuhan di Aceh.

Ini tentu menjadi memomentum yang baik bagi Aceh untuk memfungsikan pelabuhan yang sudah ada.

Apalagi menurut harian ini juga memberitakan bahwa Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh mengatakan bahwa luas areal tanaman sawit di Aceh yang dimiliki perusahaan perkebunan mencapai 226.

100,82 hektar dan sawit milik rakyat seluas 242.819 hektare.

Total produksi tandan buah segar (TBS) per tahun 1.809.616,57 ton dan menjadi CPO mencapai 361.923,31 ton per tahun.

Jika potensi sumberdaya dari sawit ini dioptimalkan untuk pintu keluar yang ada maka aktivitas ekonomi di pelabuhan akan memberi dampak besar bagi wilayah belakang.

Hinterland Aceh yang sangat luas dan kaya dengan berbagai potensi sumberdaya yang sangat besar tentu akan mampu menumbuhkan ekonomi baru di berbagai kawasan yang bisa meningkatkan kemakmuran bagi masyarakat.

Produk wilayah belakang selain sawit relatif banyak, hanya saja belum diusahakan secara profesional, terintegrasi dan terukur.

Hasil-hasil perkebunan yang masih memiliki potensi besar untuk diusahakan di wilayah belakang ini di antaranya produk minyak atisiri, seperti nilam, pala, dan serai wangi merupakan komoditas yang bernilai ekonomis tinggi jika dikembangkan dalam skala yang lebih luas.

Pinang, kelapa, rotan, kopi, karet dan rempah lainnya seperti lada, vanili, kulit manis bisa terus didorong secara besar-besaran agar pintu-pintu keluar yang ada bisa terus beraktivitas secara rutin tanpa henti.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved