Wisata

Paya Tumpi Baru, Gerbang Kota Siap dengan Jembolang

Singahmata, salah satu bagian terpenting Paya Tumpi Baru, kampung yang sedang berbenah hebat menciptakan gerbang keindahan menuju Takengon.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Deklarasi di Paya Tumpi Baru 

Sampai saat ini, Paya Tumpi Baru dikenal sebagai kawasan perkebunan kopi Arabika Gayo dan lokasi pembibitan. Di kampung ini juga terdapat pusat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) untuk wilayah kerja di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

Luas wilayah Paya Tumpi Baru 3, 5 KM2 atau 350 hektar berada di sisi jalan lintas nasional Bireuen-Takengon.

Kampung Paya Tumpi Baru memiliki daerah perkebunan 305 hektar, luas pekarangan 30 hektar, luas kolam 3 hektar dan Tegalan 12 Hektar. Jumlah penduduk 1015 jiwa dengan 245 Kepala Keluarga (KK).

Masyarakat Kampung Paya Tumpi Baru adalah masyarakat heterogen dengan berbagai suku, dengan mayoritas Suku Gayo dan Suku Jawa serta Suku Aceh. Sisanya Batak dan Padang.

Sebagaimana desa-desa yang ada di Aceh Tengah, unsur pemerintahan desa, terdiri dari Sarak Opat, yakni Reje (Kepala Desa) Imem (Imam Kampung) Petue (Tokoh Adat) dan Rayat Genap Mupakat (BPD) serta tiga Kepala Urusan (Kaur) dan tiga Pengulu (Kepala Dusun) serta satu Oprator.

Berbagai prestasi telah diraih oleh kampung ini, salah satunya adalah dinobatkan sebagai juara pertama lomba Perpustakaan Umum Terbaik (Desa/Kelurahan) Tingkat Nasional pada tahun 2017.

Prestasi ini didapatkan setelah mendapatkan nilai tertinggi dalam penilaian yang dilakukan oleh Tim Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada saat itu.

Sejak menjadi desa defenitif pada 2004, Kampung Paya Tumpi Baru telah dipimpin oleh tiga orang Kepala Desa. Dimulai sejak kampung inj lahir Defenitif tahun 2004-2013 dipimpin Usman.

Selanjutnya 2013-2018 dipimpin oleh Sabri Rusli, SH dan saat ini priode 2018-2024 dipimpin oleh Reje Kampung, Idrus Saputra, S.Pd.

"Sebagai gerbang, kami ingin memberi kesan mendalam bagi pelancong yang datang ke Dataran Tinggi Gayo," kata Idrus yang juga mengembangkan usaha rumah tangga berupa kerajinan jembolang, yaitu kain penutup kepala khas pria Gayo.

Reje Idrus selalu mengenakan jembolang dan dalam berbagai kesempatan ia juga menggelar dagangan jembolang yang dia beri harga Rp 150 ribu per pcs.

Ia ingin pria di Gayo atau siapa saja yang datang ke Gayo mengenakan jembolang, sehingga memberi kesan sangat khas.

"Usaha seperti ini terus kita dorong dan kembangkan,sehingga masyarakat punya usaha nasing-masing selain kebun kopi. Banyak hal yang dapat kita kembangkan secara kreatif, dan kami tentu butuh dukungan," katanya menyudahi percakapan.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved