Internasional

Musim Dingin Terpa Uni Eropa, Aturan Masker Covid-19 Kembali Diperketat

Warga Uni Eropa diwajibkan memakai masker kemanapun pergi, seiring musim dingin sudah datang. Memakai masker atau tidak menjadi pertanyaan di awal

Editor: M Nur Pakar
AFP
Sejumlah warga yang memakai masker berjalan melewati jalan yang dipenuhi salju di London, Inggris. 

Di Prancis, mandat masker luar ruangan sebagian diterapkan kembali pada bulan Desember 2021 di banyak kota, termasuk Paris.

Usia anak-anak untuk mulai memakai masker di tempat umum diturunkan menjadi 6 dari 11 tahun.

Kanselir Austria, Karl Nehammer mengumumkan orang harus memakai masker FFP2 di luar ruangan jika tidak dapat menjaga jarak setidaknya dua meter.

Di Italia, lebih dari 2 juta orang saat ini positif terkena virus Corona dari 60 juta jumlah penduduk.

Warga harus membatasi perjalanan kereta dan bus, pemerintah juga melihat masker sebagai cara membuat masyarakat berfungsi lebih penuh.

Orang dengan suntikan booster atau dosis vaksin kedua baru-baru ini dapat menghindari karantina, jika memakai masker FFP2 selama 10 hari.

Pemerintah telah memerintahkan toko-toko untuk menyediakan masker FFP seharga 75 sen euro (85 sen AS).

Pada tahun pertama pandemi, FFP2 berharga hingga 10 euro ($11,50), kapan pun dapat ditemukan.

Orang Italia memakainya dalam palet warna.

Di Inggris, di mana Perdana Menteri Boris Johnson berfokus pada vaksinasi, masker tidak pernah diperlukan di luar ruangan.

Namun bulan ini, pemerintah mengatakan siswa sekolah menengah harus mengenakan penutup wajah di kelas.

Tetapi Menteri Pendidikan Nadhim Zahawi mengatakan aturan itu tidak akan berlaku satu hari lebih lama dari yang diperlukan.

Baca juga: Musim Dingin Datang, Uni Eropa Harus Siap Menghadapi Omicron

Ketika pemerintah Inggris mencabut pembatasan pandemi pada Juli 2021, mengubah penggunaan masker dari keharusan menjadi anjuran, penggunaan masker turun drastis.

Nino Cartabellotta, presiden yayasan GIMBE yang berbasis di Bologna, yang memantau perawatan kesehatan di Italia, mengatakan Inggris menunjukkan apa yang bisa terjadi ketika tindakan seperti mengenakan masker tidak dihargai.

“Situasi di Inggris menunjukkan vaksinasi saja tidak cukup untuk mengatasi pandemi," jelasnya.

Inggris menjadi salah satu negara pertama yang memulai vaksinasi, katanya dalam sebuah wawancara video.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved