Kajian Islam

Khutbah Jumat di Masjid Haji Keuchik Leumiek: Allah Tawarkan Kebahagiaan, Pilihan pada Hamba

Khatib Khutbah Jumat di Masjid Haji Keuchik Leumiek (HKL) Banda Aceh (21/1/2022) adalah Teungku Akmal Abzal, SHi, MA dan Imam Tgk H M Iqbal Hasan, SHi

Penulis: Syamsul Azman | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/SYAMSUL AZMAN
Khatib Khutbah Jumat di Masjid Haji Keuchik Leumiek (HKL) Banda Aceh (21/1/2022) adalah Teungku Akmal Abzal, SHi, MA dan Imam Tgk H M Iqbal Hasan, SHi. 

“Kadang manusia lalai dengan kedudukan maupun jabatan dirinya, padahal jabatan sangat cepat berubah, bisa saja dari orang dikenal baik berubah menjadi orang yang hina,” kata khatib.

“Banyak orang-orang yang jatuh, seperti orang yang kaya tiba-tiba jatuh miskin, orang-orang yang terhormat jatuh menjadi terhina dan sebagainya,” tambah khatib.

Baca juga: Khutbah di Masjid Haji Keuchik Leumiek: Orang Cerdas Adalah Orang Paham Bermuhasabah

Kehormatan dan kemuliaan adalah pemberian Allah SWT dan tidak diperjualbelikan, kedua penghargaan tersebut diberikan Allah SWT kepada orang yang dikehendaki.

“Kehormatan dan kemuliaan adalah pemberian Allah dan tidak diperjualbelikan,” ungkap khatib.

“Allah yang memuliakan manusia dan Allah pula yang memiliki kehendak untuk menghina yang Beliau inginkan,” tambah khatib.

Dalam kesempatan yang sama, khatib juga mengulas mengenai kisah Jalaluddin Rumi, yakni seorang ulama masyhur, penyair dan pemuka agama.

Khatib menceritakan, mengenai pertemuan Jalaluddin Rumi dengan guru spritualnya, yakni suatu ketika Sang Guru bertamu ke rumah Rumi.

Baca juga: VIDEO Haji Harun Keuchik Leumiek Sang Saudagar Emas Aceh Inspirator bagi Ustadz Abdul Somad

Makanan telah dipersiapkan, namun Sang Guru enggak mencicipi makanan tersebut apabila tidak ada miras di meja makan.

Beberapa kali Rumi bertanya mengenai keinginan gurunya dan ia masih bersikukuh dengan permintaannya pada Rumi, bahwa ia tidak akan makan yang disajikan Rumi apabila belum ada miras di meja.

Karena mengikuti permintaan Sang Guru, pergilah Rumi keluar dari rumah, ia membalut tubuhnya dengan selimut agar tidak diketahui oleh murid-muridnya bahwa ia akan menuju ke tempat penjual miras.

Namun, meskipun sudah berusaha menutupi indentitas, yang dilakukan Rumi diketahui muridnya, sampai Rumi diamuk oleh murid-muridnya sebab Rumi yang selama ini mengajarkan untuk menjauhi benda-benda haram, malam membelinya.

Baca juga: Abiya Jeunieb Khutbah di Masjid Haji Keuchik Leumiek: Kehidupan Yang Sebenarnya di Akhirat

Ketika keadan genting, tibalah Sang Guru ke tempat Rumi yang sedang diadili,  lalu guru meminta kepada murid-murid yang mengadili Rumi untuk mengadahkan tangan, lalu diminta Rumi untuk menuangkan minuman dari botol yang dianggap mirip itu ke tangan mereka.

Sesaat dicicipi, ternyata air dalam botol yang dianggap miras adalah air putih dan tidak memabukkan.

Pelan-pelan mereka yang sempat mengadili Rumi pergi sendirinya menghilang dari lokasi.

“Banyak pelajaran yang berharga dari kejadian Jalaluddin Rumi, banyak pembelajaran yang bisa dipetik, bahwa sebesar apapun kebaikan yang kita lakukan, akan lenyap ketika kita membuat satu kesalahan yang belum tentu kesalahan itu benar atau keliru, demikianlah kehidupan,” tutup khatib. (Serambinews.com/Syamsul Azman)

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved