Kajian Islam
Khutbah Jumat di Masjid Haji Keuchik Leumiek: Allah Tawarkan Kebahagiaan, Pilihan pada Hamba
Khatib Khutbah Jumat di Masjid Haji Keuchik Leumiek (HKL) Banda Aceh (21/1/2022) adalah Teungku Akmal Abzal, SHi, MA dan Imam Tgk H M Iqbal Hasan, SHi
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Mursal Ismail
Teungku Akmal Abzal, SHi, MA, menyampaikan hal ini saat menjadi khatib Khutbah Jumat di Masjid Haji Keuchik Leumiek (HKL) Banda Aceh (21/1/2022).
SERAMBINEWS.COM – Allah menawarkan kebahagiaan pada hamba, baik kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Namun kembali ke diri hamba tersebut memilih kebahagiaan di dunia saja, di akhirat saja atau keduanya.
Teungku Akmal Abzal, SHi, MA, menyampaikan hal ini saat menjadi khatib Khutbah Jumat di Masjid Haji Keuchik Leumiek (HKL) Banda Aceh (21/1/2022).
Sedangkan Imam Tgk H M Iqbal Hasan, SHi.
Khatib mengulas, kebahagian di akhirat seperti deposit, tidak langsung bisa dirasakan, namun akan tiba waktunya pada hari akhirat.
Sedangkan apabila seorang hamba hanya memilih kebahagiaan di dunia, maka ia adalah salah satu orang yang merugi.
“Kebahagiaan di akhirat seperti deposit, tidak dirasakan langsung karena kebahagiaan itu akan tiba pada waktunya.
Bagi orang yang hanya memilih kebahagiaan dunia, maka akhiratnya kosong,” ucap khatib.
Baca juga: VIDEO Eksklusif Ustadz Abdul Somad di Masjid HKL Mengingat Peringatan 17 Tahun Tsunami
Khatib menjelaskan kehidupan di dunia sebagaimana permainan dan hanya sebatas senda gurau.
“Tidak ada kehidupan di dunia ini kecuali sebatas permainan dan senda gurau, kehidupan yang kekal dan yang sebenarnya hanya di akhirat,” sebut khatib.
“Hidup di dunia ini hanya hura-hura dan sebagainya, pilihan hanya ada pada diri sendiri, memilih kebahagiaan di di dunia saja atau kebahagiaan di dunia dan diakhirat," tambah khatib.

Baca juga: Khutbah di Masjid HKL: Tsunami Harus Berbekas pada Warga Aceh dan Sebagai Peringatan
Kedudukan Ada Batasnya
Kebahagiaan di dunia karena kedudukan tidaklah kekal, berbatas dan bisa sekejap mata hilang berganti.
Kebahagiaan yang kekal hanya di akhirat kelak, tak terbatas dan kekal.
“Kadang manusia lalai dengan kedudukan maupun jabatan dirinya, padahal jabatan sangat cepat berubah, bisa saja dari orang dikenal baik berubah menjadi orang yang hina,” kata khatib.
“Banyak orang-orang yang jatuh, seperti orang yang kaya tiba-tiba jatuh miskin, orang-orang yang terhormat jatuh menjadi terhina dan sebagainya,” tambah khatib.
Baca juga: Khutbah di Masjid Haji Keuchik Leumiek: Orang Cerdas Adalah Orang Paham Bermuhasabah
Kehormatan dan kemuliaan adalah pemberian Allah SWT dan tidak diperjualbelikan, kedua penghargaan tersebut diberikan Allah SWT kepada orang yang dikehendaki.
“Kehormatan dan kemuliaan adalah pemberian Allah dan tidak diperjualbelikan,” ungkap khatib.
“Allah yang memuliakan manusia dan Allah pula yang memiliki kehendak untuk menghina yang Beliau inginkan,” tambah khatib.
Dalam kesempatan yang sama, khatib juga mengulas mengenai kisah Jalaluddin Rumi, yakni seorang ulama masyhur, penyair dan pemuka agama.
Khatib menceritakan, mengenai pertemuan Jalaluddin Rumi dengan guru spritualnya, yakni suatu ketika Sang Guru bertamu ke rumah Rumi.
Baca juga: VIDEO Haji Harun Keuchik Leumiek Sang Saudagar Emas Aceh Inspirator bagi Ustadz Abdul Somad
Makanan telah dipersiapkan, namun Sang Guru enggak mencicipi makanan tersebut apabila tidak ada miras di meja makan.
Beberapa kali Rumi bertanya mengenai keinginan gurunya dan ia masih bersikukuh dengan permintaannya pada Rumi, bahwa ia tidak akan makan yang disajikan Rumi apabila belum ada miras di meja.
Karena mengikuti permintaan Sang Guru, pergilah Rumi keluar dari rumah, ia membalut tubuhnya dengan selimut agar tidak diketahui oleh murid-muridnya bahwa ia akan menuju ke tempat penjual miras.
Namun, meskipun sudah berusaha menutupi indentitas, yang dilakukan Rumi diketahui muridnya, sampai Rumi diamuk oleh murid-muridnya sebab Rumi yang selama ini mengajarkan untuk menjauhi benda-benda haram, malam membelinya.
Baca juga: Abiya Jeunieb Khutbah di Masjid Haji Keuchik Leumiek: Kehidupan Yang Sebenarnya di Akhirat
Ketika keadan genting, tibalah Sang Guru ke tempat Rumi yang sedang diadili, lalu guru meminta kepada murid-murid yang mengadili Rumi untuk mengadahkan tangan, lalu diminta Rumi untuk menuangkan minuman dari botol yang dianggap mirip itu ke tangan mereka.
Sesaat dicicipi, ternyata air dalam botol yang dianggap miras adalah air putih dan tidak memabukkan.
Pelan-pelan mereka yang sempat mengadili Rumi pergi sendirinya menghilang dari lokasi.
“Banyak pelajaran yang berharga dari kejadian Jalaluddin Rumi, banyak pembelajaran yang bisa dipetik, bahwa sebesar apapun kebaikan yang kita lakukan, akan lenyap ketika kita membuat satu kesalahan yang belum tentu kesalahan itu benar atau keliru, demikianlah kehidupan,” tutup khatib. (Serambinews.com/Syamsul Azman)
Baca juga: VIDEO POPULER BAHASA ACEH, Wanita di Kebun Kopi, Boat Nelayan Hancur Hingga Rumah Wartawan Serambi
Baca juga: VIDEO POPULER BAHASA ACEH Goa Sarang Walet, Banjir Aceh Utara dan Haji Uma Salurkan Bantuan
Baca juga: VIDEO POPULER BAHASA ACEH Jalan Ekstrim, Pemerkosa Ditangkap, Haji Uma di Lokasi Mobil Masuk Jurang
Baca juga: VIDEO Begini Kesaksian Sopir Angkot Korban Selamat Kecelakaan Beruntun di Balikpapan