Kesehatan
Mengenal Obsessive-Compulsive Disorder (OCD), Jenis Gangguan Mental Suka Berbuat Sesuatu Berulang
obsessive-compulsive disorder (OCD) gangguan kesehatan mental yang membuat seseorang terjebak dalam siklus obsesi dan kompulsi.
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM - Obsessive-compulsive disorder atau dikenal dengan OCD, adalah jenis gangguan mental yang menyebabkan penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan berulang-ulang.
Jika tidak dilakukan, penderita OCD akan diliputi rasa cemas dan ketakutan.
OCD dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menyebabkan penderitaan yang signifikan.
Penderitanya mungkin mencoba untuk mengabaikan atau menghentikan pikirannya, tetapi hanya meningkatkan tekanan dan kecemasan.
Pada akhirnya, mereka merasa terdorong untuk melakukan tindakan kompulsif untuk mencoba meredakan stres.
Meskipun ada upaya untuk mengabaikan atau menyingkirkan pikiran atau dorongan yang mengganggu, gejala itu terus datang kembali.
Berikut selengkapnya penjelasan mengenai penyakit gangguan mental OCD.
Baca juga: Jaksa Sebut Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie Alami Gangguan Mental, Direkom Jalani Rehabilitasi
Baca juga: Waspada! Ini 10 Dampak Media Sosial Bagi Penggunanya, Menganggu Siklus Tidur hingga Gangguan Mental
Apa itu OCD?
Dilansir dari iocdf.org, obsessive-compulsive disorder (OCD) gangguan kesehatan mental yang membuat seseorang terjebak dalam siklus obsesi dan kompulsi.
Obsesi adalah pikiran, gambaran, atau dorongan yang tidak diinginkan dan mengganggu yang memicu perasaan yang sangat menyusahkan.
Sedangkan kompulsi adalah perilaku yang dilakukan individu untuk mencoba menyingkirkan obsesi atau mengurangi kesusahannya.
Setiap orang pasti pernah memiliki pemikiran obsesis dan perilaku kompulsif.
Namun bukan berarti mereka mengidap OCD.
Pada penderita OCD, obsesi biasanya disertai dengan perasaan yang intens dan tidak nyaman seperti ketakutan, jijik, keraguan, atau perasaan bahwa segala sesuatunya harus dilakukan dengan cara yang "tepat".
Baca juga: Kenali 10 Gejala Umum Penyakit Liver, Gangguan Kesehatan Mematikan yang Kadang Muncul Tanpa Gejala
Baca juga: Cara Cegah Gangguan Tidur atau Insomnia Ala dr Zaidul Akbar, Rutin Minum Ini Sebelum Tidur
Siklus obsesi dan kompulsi yang sangat ekstrem membuat penderitanya menghabiskan banyak waktu dan menghalangi aktivitas penting yang dihargai orang tersebut.
Sebagai contoh, seseorang dengan OCD memiliki ketakutan berlebihan akan terkontaminasi oleh kuman.
Untuk meredakan ketakutan atyau kecemasannya itu, dia dapat mencuci tangan secara kompulsif (berulang) sampai terasa sakit dan pecah-pecah.
Penyebab
Menurut Mayo Clinic, penyebab gangguan obsesif-kompulsif tidak sepenuhnya dipahami.
Dilansir dari laman resminya, beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab seseorang mengidap penyakit gangguan mental ini meliputi:
- Biologi. OCD mungkin merupakan hasil dari perubahan kimia alami tubuh atau fungsi otak.
- Genetika. OCD mungkin memiliki komponen genetik, tetapi gen spesifik belum diidentifikasi.
- Sedang belajar. Ketakutan obsesif dan perilaku kompulsif dapat dipelajari dari melihat anggota keluarga atau secara bertahap dipelajari dari waktu ke waktu.
Baca juga: Bisa Berbeda Tergantung Jenis, Ini Gejala Gangguan Kesehatan Organ Kewanitaan dan Cara Mengobatinya
Sementara faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko mengembangkan atau memicu gangguan obsesif-kompulsif meliputi:
- riwayat keluarga
- pernah mengalami peristiwa traumatis atau stres
- gangguan kesehatan mental lainnya seperti gangguan kecemasan, depresi, penyalahgunaan zat atau gangguan tic.
Ciri-ciri orang memiliki OCD
Gangguan OCD biasanya mencakup pemikiran yang tidak diinginkan berulang (obsesi) atau dorongan untuk melakukan sesuatu secara berulang (kompulsi).
Namun menurut Mayo Clinic, penderita OCD juga mungkin hanya memiliki salah satu diantaranya, yaitu gejala obsesi atau gejala kompulsi.
Penderita OCD dengan gejala obsesi seringkali merujuk pada kebiasaan pemikiran:
- takut kontaminasi atau kotoran
- keraguan dan kesulitan menoleransi ketidakpastian
- membutuhkan hal-hal yang teratur dan simetris
- pikiran agresif atau mengerikan tentang kehilangan kendali dan melukai diri sendiri atau orang lain
- pikiran yang tidak diinginkan.
Contoh tanda dan gejala obsesi meliputi:
- takut terkontaminasi dengan menyentuh benda-benda yang telah disentuh orang lain
- rasa ragu telah mengunci pintu atau mematikan kompor
- stres berlebihan ketika melihat objek tidak teratur atau menghadap ke arah tertentu
- menghindari situasi yang dapat memicu obsesi, seperti berjabat tangan.
Sementara penderita OCD dengan gejala kompulsi seringkali merujuk pada kebiasaan perilaku:
- mencuci dan membersihkan
- memeriksa
- perlu menghitung sesuatu
- ketertiban
- mengikuti rutinitas yang ketat
- menuntut kepastian
Contoh tanda dan gejala kompulsi meliputi:
- mencuci tangan sampai kulit menjadi berkerut
- memeriksa pintu berulang kali untuk memastikan pintu terkunci
- menghitung dalam pola tertentu
- melakukan tugas atau menata barang dalam urutan tertentu
Baca juga: Ini Tanda-Tanda Prediabetes, Gangguan Kadar Gula Darah Tinggi dari Normal tapi belum Dianggap DM
Kapan harus ke dokter?
OCD biasanya dimulai pada masa remaja atau awal masa dewasa.
Tetapi mungkin juga muncul sejak masa kanak-kanak.
Gejala biasanya mulai secara bertahap dan cenderung bervariasi dalam tingkat keparahan sepanjang hidup.
Jenis obsesi dan kompulsi yang dialami juga dapat berubah seiring waktu.
Gejala umumnya memburuk ketika penderitanya mengalami stres yang lebih besar.
OCD, biasanya dianggap sebagai gangguan seumur hidup, dapat memiliki gejala ringan hingga sedang atau menjadi sangat parah dan memakan waktu sehingga melumpuhkan.
Seseorang dengan OCD mungkin tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsinya berlebihan atau tidak masuk akal.
Ada perbedaan antara menjadi perfeksionis dengan kebutuhan hasil atau kinerja yang sempurna dan gejala OCD.
Pikiran OCD bukan sekadar kekhawatiran berlebihan tentang masalah nyata dalam hidup atau keinginan untuk membersihkan atau mengatur sesuatu dengan cara tertentu.
Jika obsesi dan kompulsi sampai memengaruhi kualitas hidup, temui dokter atau ahli kesehatan mental. (Serambinews.com/Yeni Hardika)