Internasional
Taliban Bantai Mantan Anggota Pasukan Afghanistan dan Internasional, Usai Gulingkan Pemerintahan
Seratusan mantan pasukan Afghanistan dan pasukan internasional tewas seusai Taliban menggulingkan pemerintahan yang sah.
SERAMBINEWS.COM, NEW YORK - Seratusan mantan pasukan Afghanistan dan pasukan internasional tewas seusai Taliban menggulingkan pemerintahan yang sah.
Sekjen PBB Antonio Guterres menyatakan telah menerima laporan itu sebagai dapat dipercaya sejak Taliban mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus 2021.
Dalam sebuah laporan yang diperoleh The Associated Press (AP) pada Senin (31/1/202), Guterres mengatakan lebih dari dua pertiga korban diduga akibat pembunuhan.
Dikatakan, mereka dibunuh di luar proses hukum oleh Taliban atau afiliasinya.
Padahal, Taliban telah mengumumkan "amnesti umum" bagi mereka yang berafiliasi dengannya, baik mantan pasukan pemerintah dan koalisi pimpinan AS.
Misi politik PBB di Afghanistan juga menerima tuduhan kredibel atas pembunuhan di luar proses hukum terhadap 50 orang yang diduga berafiliasi dengan ISIL-KP.
Sebuah kelompok ekstremis ISIS yang beroperasi di Afghanistan, kata Guterres dalam laporannya kepada Dewan Keamanan (DK) PBB.
Baca juga: Jurnalis Selandia Baru Yang Sedang Hamil Minta Bantuan Taliban, Pulang Kembali ke Negaranya
Dia menambahkan terlepas dari jaminan Taliban, misi politik PBB juga telah menerima tuduhan yang kredibel tentang penghilangan paksa dan pelanggaran lain.
Sehingga, berdampak pada hak hidup dan integritas fisik dari mantan anggota pemerintah dan koalisi.
Guterres mengatakan para pembela hak asasi manusia dan pekerja media juga terus diserang.
Seperti diintimidasi dilecehkan, ditangkap secara sewenang-wenang, bahkan perlakuan buruk dan pembunuhan.
Delapan aktivis masyarakat sipil tewas, termasuk tiga oleh Taliban dan tiga oleh ekstrimis Negara Islam.
Sementara, 10 orang menjadi sasaran penangkapan, pemukulan dan ancaman oleh Taliban, katanya.
Dua wartawan juga tewas, satu oleh ISIS dan dua terluka oleh pria bersenjata tak dikenal.
Gutteres mengatakan misi PBB mendokumentasikan 44 kasus penangkapan sementara, pemukulan dan ancaman intimidasi, 42 di antaranya oleh Taliban.