Berita Banda Aceh
Nelayan Boat Tep-tep Alue Dayah Teungoh Tak Melaut Akibat Ketiadaan BBM Subsidi
Padahal keberadaan SPBUN untuk membantu nelayan mendapatkan bahan bakar berubsidi, tapi kenyataannya tidak demikian.
Penulis: Misran Asri | Editor: Ibrahim Aji
Padahal keberadaan SPBUN untuk membantu nelayan mendapatkan bahan bakar berubsidi, tapi kenyataannya tidak demikian.
Laporan Misran Asri | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Nelayan tradisional boat tep-tep, Gampong Alue Dayah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, mengeluhkan sulitnya mereka mendapatkan bahan bakar dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Nelayan (SPBUN) setempat.
Padahal keberadaan SPBUN untuk membantu nelayan mendapatkan bahan bakar berubsidi, tapi kenyataannya tidak demikian.
Diduga justru kapal-kapal besar bermesin di atas 30 gross tonnage (GT) yang mendapatkannya, sehingga stok BBM di SPBUN setempat selalu habis dengan cepat.
Demikian diungkapkan Ketua DPC Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Aceh, Nahrawi Noerdin, kepada Serambinews.com, Sabtu (12-2/2022) yang mendapat laporan dari para nelayan Alue Dayah Teungoh.
Toke Awi, sapaan untuk Nahrawi mengaku kecewa sekaligus marah mendapat laporan dari nelayan tradisional yang menggunakan boat tep-tep itu.
Baca juga: Jalani Ritual di Pinggir Pantai Saling Bergandengan Tangan, 24 Orang Terseret Ombak; 11 Tewas
Baca juga: Disomasi Susi Air, Bupati Malinau Tolak Ganti Rugi Rp 8,9 Miliar
Pasalnya, bahan bakar di SPBUN itu, jelas peruntukkannya bagi para nelayan, bukan untuk kapal-kapal bermesin di atas 30 GT.
Akibat ketiadaan BBM, para nelayan tradisional itu tidak tidak bisa melaut.
"Kondisi ini miris! Ini harus segera diselesaikan. Bayangkan saja masih ada orang-orang yang tega mengambil hak orang kecil, hak-hak nelayan tradisional," ujar Toke Awi, yang baru terpilih dan dilantik Ketua DPC Hiswana Migas Aceh, pada Kamis (10/2/2022).
Menurutnya, PT Pertamina (Persero) sudah mengamanahkan setiap SPBUN agar mendistribusikan bahan bakar bagi nelayan tradisional yang menggunakan mesin di bawah 30 GT, bukan untuk kapal bermesin di atas 30 GT.
Hal itu untuk memastikan setiap nelayan boat tep-tep mendapatkan bahan bakar bersubsidi.
Menurut Toke Awi, peran dan fungsi SPBUN sama dengan SPBU.
Baca juga: Begini Kondisi Masjid Rahmatullah Lampuuk Kini, Masjid yang Tetap Kokoh Saat Dihantam Tsunami Aceh
Baca juga: Korban Salah Sasaran di Bukit Tempurung Alami Luka Serius, Keluarga Minta Pelaku Ditangkap
Hanya saja, SPBUN dibuat khusus untuk perahu nelayan berkapasitas mesin di bawah 30 GT dan lokasinya juga berada di dekat pantai atau muara sungai yang menjadi tempat mangkal perahu-perahu nelayan sebelum dan sesudah melaut.
Para nelayan itu terang Toke Awi mengeluhkan SPBUN sering kehabisan stok bbm karena sudah duluan boat-boat penangkap tuna yang ukuran mesin lebih besar yang mengisi BBM.
"Laporan dan informasi ini tentu mengundang keprihatinan kami. Karena, perlu diketahui nelayan kecil ini sangat menggantungkan hidupnya pada hasil tangkapan sehari-hari yang mereka bawa pulang.”