Internasional
Ankara-Abu Dhabi Buka Hubungan Baru, Akhiri Krisis Regional dan Gas Mediterania Timur
Ankara, Turki dan Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) kembali membuka hubungan baru. Kunjungan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menandai era baru
Tetapi, jika kunjungan Erdogan berjalan sesuai rencana.
Samuel Ramani, rekanan di Royal United Service Institute, berpikir Turki dan UEA sama-sama berusaha mengurangi persaingan regional yang melibatkan mereka.
“Upaya Turki mengurangi eskalasi dengan UEA mencerminkan pendekatannya terhadap Arab Saudi dan Israel," jelasnya kepada ArabNews, Selasa (15/2/2022).
Dikatakan, UEA telah berusaha menampilkan dirinya sebagai kekuatan regional yang mengandalkan diplomasi.
Bahkan, lebih mengandalkan kekuatan ekonomi daripada kekuatan militer yang keras untuk mencapai tujuannya.
Menurut Ramani, ada risiko meningkatnya ketegangan di Laut Hitam dan Mediterania Timur untuk Turki.
Selain itu, ada ancaman baru dari Houthi di Yaman ke UEA.
Baca juga: Turis Asing di Uni Emirat Arab Abaikan Serangan Rudal Balistik Houthi
Dia menjelaskan mungkin waktu langkah de-eskalasi, meskipun mereka telah bekerja selama beberapa waktu.
Menjelang kedatangan Erdogan ke Dubai, fasad Burj Khalifa menyala dengan warna bendera Turki, dengan lagu kebangsaan Turki diputar di latar belakang.
Para ahli juga mengantisipasi potensi yang belum dimanfaatkan untuk kerjasama bilateral di Suriah dan di Libya.
Yang terakhir melewati masa transisi politik setelah bertahun-tahun konflik internal.
“Meskipun penyelarasan kebijakan di Suriah dan Libya tidak akan muncul sebagai prasyarat untuk normalisasi hubungan," jelas Aydin Sezer, analis politik di Ankara
"Dua topik ini akan menjadi bagian dari agenda bilateral,” ujarnya.
“Saya pikir Turki akan segera memberikan lampu hijau untuk kerja sama semacam itu," jelasnya.
Dimana, akan membebaskannya dari beban serius dan memberinya kesempatan untuk mendapat manfaat ekonomi dari kehadirannya di Suriah.