Jurnalisme Warga
Ngopi Juga Ngaji
ACEH dikenal sebagai salah satu sentral produksi kopi arabika terbesar. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia. Kopi hasil produksi dari Aceh
Ngopi sudah hampir menjadi rutinitas wajib bagi mayoritas masyarakat Aceh.
Baca juga: Kadisdukcapil Se-Aceh Raker dan Ngopi Bareng di Disdukcapil Aceh Tengah, Miliki Pelayanan Memadai
Sering kita lihat mereka akan melontarkan pertanyaan kaleuh jep kupi? (sudah minum kopi?) ketika berjumpa dengan teman yang sudah lama tidak berjumpa, ataupun teman dari luar daerah.
Sehingga, ngopi bisa menjadi salah satu tradisi yang bisa mempererat ukhuwah.
Tidak ada sekat pembatas umur dan pekerjaan.
Semua pihak dari berbagai kalangan telah menjadikan ngopi sebagai aktivitas mereka.
Dari generasi ke generasi ngopi dijadikan tradisi.
Tidak hanya masyarakat luar saja yang menikmati minuman kopi tersebut.
Ngopi juga begitu erat kaitannya dengan para santri dalam dunia pemondokan.
Bahkan, sering terdengar frasa “Ngaji, ngopi, ngabdi”.
Paduan yang begitu unik, sungguh menarik bukan? Ngopi juga ngaji Dewasa ini bisa kita lihat di berbagai daerah bahwa kedai kopi begitu banyak peminatnya.
Tren ngopi kian menjamur seperti menjamurnya tren bunga saban hari.
Beberapa waktu ini, ada beberapa tempat kedai kopi yang berinisiatif untuk melaksanakan program “Ngopi juga ngaji”, seperti yang digelar di Kupi Nanggroe di Banda Aceh.
Secara tidak langsung, program ini memberi begitu banyak dampak positif.
Ini merupakan langkah efektif untuk menyebarluaskan syiar agama.
Dakwah dengan jalan merangkul masyarakat.
Pemanfaatan waktu dan tempat yang tepat.
Gebrakan kecil seperti inilah yang akan membawa dampak positif yang luar biasa.
Hal ini dapat dijadikan sebagai contoh kepada yang lainnya.
Dengan begitu, rutinitas ngopi tidak hanya sebatas mengobrol dan membuang- buang waktu saja, tapi juga bisa menjadi ladang amal kebajikan untuk mendapatkan manfaat ukhrawi.
Yakni, dengan saling mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan sesama.
Pun demikian dengan adanya program-program seperti ini diharapkan secara perlahan akan mempererat ukhuwah dan menciptakan kader-kader yang paham akan ilmu agama.
Tentunya juga akan menjadikan masyarakat Aceh yang taat beragama dan melestarikan julukan bumi “Serambi Mekkah”.
Di zaman yang begitu canggih ini begitu banyak hal yang bisa dilakukan untuk berbuat baik dan menyiarkan agama.
Kita hanya perlu bersikap bijak dan cermat, serta pandai memanfaatkan kesempatan yang sudah ada.
Sehingga dengan demikian, kita akan bisa menjadi masyarakat yang bermanfaat untuk agama dan negara, serta masyarakat yang membumikan syariat dan melestarikan adat dan budaya.
Amin.
Waallahu a’lam… <211004021@student.arraniry.ac.id>
Baca juga: Ngopi Pagi di Solong Ulee Kareng, Sandiaga Uno Racik Sendiri Kopinya
Baca juga: “Ngopi Bareng” Agen BRILink, BRI Insurance Sosialisasi BRINS Agent