Opini

Israk-Mikraj; Inspirasi Pembangunan Indonesia

Di antara sekian banyak persoalan itu adalah bahwa manusia pada dasarnya ingin berjaya, tetapi dalam keinginan tersebut seringkali nafsu kejayaan

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Israk-Mikraj; Inspirasi Pembangunan Indonesia
FOR SERAMBINEWS.COM
Munawir Umar, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Tafsir Alquran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh Munawir Umar, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Tafsir Alquran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

“Bila kita ingin berjaya, maka jadikanlah Nabi Muhammad sebagai teladan kehidupan, dan sebaliknya bila kita ingin tenggelam nestapa dalam indahnya tipuan dunia belaka maka tinggalkan Muhammad sebagai teladan”.

Demikian ungkapan yang ingin penulis utarakan sebagai permulaan tulisan sederhana ini.

Sekaligus penulis ingin mengajak untuk memperhatikan dua premis dan ungkapan tersebut yang saling bertentangan secara seksama dan tentunya Nabi Muhammad sebagai role model dalam konteks pembahasan Israk dan Mikraj.

Ada persoalan mendasar mengapa ungkapan tersebut perlu kami utarakan.

Di antara sekian banyak persoalan itu adalah bahwa manusia pada dasarnya ingin berjaya, tetapi dalam keinginan tersebut seringkali nafsu kejayaan kontra produktik dan bertabrakan dengan aturan yang telah ditetapkan Tuhan kepada mereka.

Bila penulis boleh berpendapat, bahwa dewasa ini pembangunan yang ingin dilaksanakan hampir saban hari tidak membuahkan keberhasilan yang nyata dan bahkan cenderung gagal, meskipun tidak total.

Hal itu bisa dipotret dari berbagai sudut.

Dalam bernegera misalnya, negara kita sebagai bangsa yang berpenghuni muslim hampir 100 % belum mampu menerapkan nilai karakter keislaman secara utuh.

Para pejabat, belum mampu menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat ditedani oleh rakyat dan bawahannya.

Bahkan cenderung eforia dengan sifat hedonnya dan bangga dengan kekuasaan yang sementara.

RIBUAN jamaah menghadiri tablig akbar Ustaz Abdul Somad dalam rangka memperingati Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW 1440 Hijriah di Stadion Haji Syahadat, Kutacane, Aceh Tenggara, Rabu (3/4).
RIBUAN jamaah menghadiri tablig akbar Ustaz Abdul Somad dalam rangka memperingati Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW 1440 Hijriah di Stadion Haji Syahadat, Kutacane, Aceh Tenggara, Rabu (3/4). (SERAMBI/ASNAWI)

Demikian pula rakyat, selalu berkata bahwa pemimpin kita itu zhalim, sedang mereka pada saat yang sama telah melakukan kezhaliman yang berbeda sehingga mengundang murka Allah Swt.

Role model

Nabi Muhammad sebagai Nabi sekaligus sebagai pemimpin telah menunjukkan keberhasilan pembangunan secara berkesinambangan.

Baca juga: Pemko Langsa Peringati Israk Mikraj di Masjid Darul Falah, Ini Pesan Wakil Wali Kota Marzuki Hamid

Baca juga: Peringati Israk Mikraj, Pelajar SMP 2 Baca Yasin Bersama

Bahkan non-muslim pun mengakui terhadap keberadaan pengaruh tersebut, meskipun pada sisi lain mereka tidak beriman dengan apa yang dibawa Muhammad.

Tentu itu bukan pada persoalan pengakuan saja tetapi boleh kita berkata bahwa itu adalah pada persoalan manifestasi hidayah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dalam konteks ini Allah berfirman, ‘Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat member petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Ia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.’ (QS.Al-Qashash: 56).

Ayat ini memberi informasi bahwa petunjuk adalah hak preriogatif Tuhan.

Peristiwa Israk-Mikraj haruslah menjadi salah satu di antara sekian banyak contoh yang dihadirkan kepada kita sebagai model pembangunan bagi kita.

Literatur sejarah menyebutkan, bahwa peristiwa Israk-Mikraj terlebih dahulu diawali dengan peristiwa hijrah Rasulullah Saw dari Makkah ke Madinah diikuti oleh beberapa sahabat ketika itu.

Dimulai dari Madinahlah Rasulullah Saw berhasil membangun sebuah lanskap dan tatanan peradaban baru yang lebih baik, mulia dan terhormat.

Disebutkan pula, bahwa di Madinah Nabi membangun sebuah peradaban baru yang demokratis, beradab dan juga egaliter.

Bahkan lebih dari itu, Rasulullah berhasil membangun kehidupan masyarakat yang adil, aman, tenteram, makmur, dan sejahtera.

Peradaban masyarakat itulah yang kemudian sering diberi nama disebut dengan ‘khairal ummah’, yaitu umat terbaik dan utama dari semua sisi kehidupan.

Lebih mendalam, mari kita cermati firman Allah Swt secara seksama sebagai dalil dari peristiwa agung tersebut, ‘Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Majidil Aqsa yang telah Kami Berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.

Baca juga: Pemkab Nagan Raya Peringati Israk Mikraj

Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat’.(QS.Al-Isra’: 1).

Surah ini bernama Al-Israk yang berarti ‘perjalanan’ yang diawali dengan kata ‘Subhana’ berarti ‘Maha Suci’.

Maka Maha Suci dalam konteks ini adalah dipersembahkan kepada Allah Maha Agung dengan segenap kebesaran yang Ia miliki di alam ini, selalu member rahmat kepada seluruh hamba-Nya, meskipun mereka ingkar kepada-Nya.

Karena telah disebut oleh Al-Qur’an, maka bagi yang ingkar ‘kafir’.

Kunci pembangunan dari peristiwa mulia ini adalah Rasulullah Saw melakukan perjalanan diawali dengan Israk sebagai perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha.

Kemudian setelahnya dilanjutkan dengan Mikraj, yaitu perjalanan dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha untuk menerima sebuah kewajiban, yaitu ‘Shalat’.

Ada banyak sisi pembangunan yang diajarkan dalam sebuah praktik ibadah bernama ‘Shalat’.

Di antaranya adalah mengajarkan manusia selalu konsisten antara perbuatan dan perkataan.

Hal itu tercermin dalam ikrar dalam doa iftitah bahwa, ‘Susungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanya kepada Allah semata’.

Begitu pula dengan pembangunan kareakter yang berkomitmen dengan waktu.

Bukankah shalat mengajarkan manusia untuk menjadi hamba yang disiplin dengan waktu? Dan ini adalah sebuah awal pembangunan karakter yang diajarkan oleh Tuhan.

Pembangunan karakter

Israk-Mikraj mengajarkan kita tentang arti sebuah pengorbanan dan perjuangan untuk mencapain peradaban pembangunan yang berkarakte.

Baca juga: Nilai Shalat Tercermin pada Perilaku, Ceramah Peringatan Israk Mikraj di Masjid Raya

Artinya, ada sisi vertikal yang wajib dilakukan oleh seorang manusia kepada Pencipatnya, yaitu Allah Swt dengan menyandarkan segala sesuatu kepada-Nya.

Hal ini sebagaimana diungkap oleh Al-Buthi dalam Fikih Sirahnya, bahwa Israk-Mikraj menjadi stasuin akhir bagi Rasulullah Saw dan kaum Muslimin ketika itu setalah mengalami banyak cobaan berat dari kaum musyarikin.

Dengan segala peristiwa yang dialami oleh baginda Nabi, sampai pada akhirnya beliau memanjatkan doa dan meminta pertolongan kepada Allah Swt dengan penuh harap dengan segala keterbatasan dan kelemahan sebagaimana lazimnya manusia biasa lainnya.

Maka setelah itu, datanglah undangan Israk-Miraj dari Allah untuk menghadap-Nya.

Dalam menafsirkan Al-Isra’ ayat 1, M.Quraish Shihab berkata, bahwa jangan sampai kita meniru kegagalan Bani Israil dalam membangun diri mereka menjadi bangsa yang bermartabat sebagai kebalikan cerita setelah pembahasan peristiwa Isra-Mikraj dalam surah tersebut.

Maka selain Al-Isra’, surat tersebut juga diberi nama oleh Allah dengan ‘Bani Israil’, karena pada surah ini menceritakan secara spesifik tentang penghancuran dan pembinasaan Bani Israil.

Bahkan diceritakan dalam literatur tafsir, para ulama mengatakan bahwa penghancuran atau ‘azab’ yang menimba Bani Israil adalah karena disebabkan pembangkangan yang dilakukan kepada Allah Swt dan Rasul-Nya.

Akibatnya, segala tatanan pembangunan yang telah dicita-citakan sirna begitu saja, padahal puluhan Nabi dan Rasul telah diutus kepada mereka untuk memberi peringatan baik secara lembut maupun secara lugas.

Maka secara munasabah ayat akan ditemukan kesinambungan antara pembangunan dan Israk-Mikraj, dalam tanda kutip pembangunan norma dan karakter haruslah dikedepankan untuk menyongsong sebuah pembangunan peradaban yang mulia, bukan justeru menjadi manusia penentang Tuhan belaka.

Mustahil pembangunan apapun yang dicitakan akan terlaksana bila pembangunan karakter dan hubungan vertikal dengan Tuhan Maha Kuasa diabaikan.

Karena bila itu terselesaikan maka secara haqqul yakin, apa saja yang diharapkan akan terwujudkan, meskipun didahului oleh perjuangan.

Karena hal itu telah dicontohkan oleh baginda mulia Nabi Muhammad Saw.

Pada akhirnya, kami pun berkata, bahwa bila anda mengabaikan Tuhan maka Tuhan pun akan mengabaikan anda.

Wallahu A’lam.

Baca juga: Peringati Israk Mikraj, Pegawai, Siswa, Santri, dan Masyarakat Zikir Bersama di Masjid Agung

Baca juga: Masrul Aidi LC Penceramah Israk Mikraj di Pijay, Fahmi Sofyan LC MA Beri Tausiah di Pidie

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved