Investasi

Dorong Iklim Investasi, Nova Minta DKP Desain Benefit Sharing Pengelolaan Perikanan Pusat dan Aceh

Nova mengatakan, selaras dengan tujuan Sustainable Developmen Goals (SDGs) ke 14, dimana terdapat kesepakatan bahwa ekosistem samudera, laut dan sumbe

Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBI/HERIANTO
Kadis Kelautan dan Perikanan Aceh, Aliman dan Kepala UPTD PPMHP DKP Aceh, T Nurmahdi, melihat tes formalin sampel ikan, di PPS Kutaradja Lampulo, Banda Aceh, Kamis (17/2/2022). 

Keeanam, nilai ekspor hasil perikanan Aceh dari tahun ke tahun, berfluktuasi. Pada tahun 2017 angkanya cukup besar mencapai 3,9 juta dollar AS, tahun 2020 turun menjadi 1,8 juta dollar AS dan tahun 2021 naik lagi mencapai 2 juta dollar AS.

Kondisi dan gambarana tersebut di atas tadi, kata Nova, sektor kelautan dan periknan Aceh, masih membeiliki ruang pertumbuhan yang cukup besra, karena itu, kita perlu membangun koordinasi dan kerjasama yang terintegrasi antara Pemerintah Aceh, Kabupaten/Kota dengan pusat.

Sebagai upaya untuk memajukan wilayah kepulauan, Pemerintah Aceh terus melakukan peningkatan aksessibilitas, salah satunya melalui program pengadaan kapal Aceh Hebat 1, 2 dan 3.

Cita-cita membangun industri maritim, kata Gubernur Aceh, Nova Iriansyah menjadi upaya penuh Pemerintah Aceh, dengan menjadikan Pelabuhan Perikanan Samudera PPSD Kutaradja Lampulo sebagai kawasan terpadu industri perikanan, dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan ekspor hasil perikanan.

Pemerintah Aceh, kata Nova, dalam berbagai kesempatan senantiasa mengajak para investor agar mau berinventasi di Aceh, termasuk dalam memanfaatkan potensi sektor keluatan dan perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya di bidang pengolahan hasil perikanan.

Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, Ir Aliman mengatakan, acara rakor ini dilaksanakan selama dua hari dan menghadirkan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Prof Dr Rokhmin Dahuri MS, saat ini beliau sebagai Ketua Dewan Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan RI dan ia juga sebagai Ketua Dewan Pakar Aspekindo.

Selain itu, NGO keluatan dan perikanan, akademisi dan pakar kelauatan dan perikanan, serta lainnya.
Kehadiran Prof Dr Rokhmin Dahuri MS, dalam acara ini, kata Aliman, untuk memberikan pencerahan dan menyegarkan wawasan tentang potensi kemaritiman yang dimiliki, prospek pemanfaatan dan pengembangannya, serta strategusd dan terobosan yang dapata dilakukan dalam rangka menjadikan sektor kemaritiman, kelautan dan perikanan menjadi salah satu pendorong ekononomi utama bagi Aceh kini dan akan datang.

Prof Dr Rokchmin Dahuri MS dalam paparannya menyatakan, potensi perikanan tangkap laut di Aceh masih sangat besra yang belum dimanfaatkan. Sampai tahun 2020, yang baru dimanfaatkan sekitar 46,97 persen. Masih ada 53,03 persen lagi.

Hal ini disebabkan, Kapal Motor Tangkap Ikan di Laut yang dimiliki nelayan tangkap di Aceh, yang berkapasitas antara 30 – 100 GT persentasenya masih sedikit baru sebesar 2,5 persen, dari kapal tangkap yang ada sekarang ini sebanyak 14.313 unit.

Aceh memiliki potensi ikan tangkap yang berda di wilyah laut tangkapnya, bernilai ekonomi tinggi, baik untuk pasar lokal maupun ekspor. Diantaranya, ikan tuna, cakalang, kakap, kerapu, cumi-cumi, bawal, tongkol, tenggiri, pari, hiu dan lainnya.

“Tapi, karena kapal tangkap ikan di lautnya masih terbatas, yang berukuran besar, membuat potensi perikanan tangkapnya yang sangat besar itu, belum dimanfaatkan sebaik mungkin, bagi peningkatan kesejahteraan nelayan. Ini juga sebagai salah satu faktor membuat angka kemiskinan Aceh masih tetap tinggi sebesra 15,5 persen, berada di atasa rata-rata nasional 10,5 persen,” ujar Rokhmin Dahuri.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved