Berita Aceh Timur
Puluhan Desa di Aceh Timur Masih Terendam Banjir
Berdasarkan data dari Pusat Pengendalaian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Timur, tujuh kecamatan yang masih banjir
IDI - Sebanyak 27 gampong dalam tujuh kecamatan di Aceh Timur, hingga Selasa (1/3/2022) masih terendam banjir.
Sebelumnya, 18 kecamatan di kabupaten itu dilanda banjir sejak Sabtu (26/2/2022) akibat hujan deras kawasan tersebut.
Berdasarkan data dari Pusat Pengendalaian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Timur, tujuh kecamatan yang masih banjir adalah Kecamatan Julok (satu desa), Ranto Peureulak (satu desa), Nurussalam (10 desa), Idi Timur (satu desa), Pante Bidari (lima desa), Peureulak (lima desa), dan Peureulak Barat (empat desa).
Kepala BPBD Aceh Timur, Ashadi SE MM, mengatakan, dari 27 desa yang masih terendam tersebut ada 2.384 Kepala Keluarga (KK) atau 9.031 jiwa yang terdampak .
"Namun, warga yang mengungsi hanya 71 KK atau 276 jiwa.
Sedangkan yang tidak mengungsi sebanyak 2.313 KK atau 8.755 jiwa," jelas Ashadi.
Amatan Serambi, di lintas Peureulak-Peunaron, tepatnya pada badan jalan dan jembatan terjadi penurunan genangan banjir setinggi lutut orang dewasa.
Menurut warga, banjir naik ke badan jalan itu sejak Senin (28/2/2022) sore akibat meluapnya Krueng Peureulak, setelah menerima banjir kiriman dari hulu sungai.
Di bagian hilir khususnya kawasan Desa Kabu, Kecamatan Peureulak Barat, persawahan yang terendam banjir tampak seperti lautan.

Meluas Banjir di Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang, pada Selasa (1//3//2022), semakin meluas dan sejauh ini sudah merendam 13 kampung.
Menurut Camat Bendahara, Fakhrurrazi, banjir mulai meluas pada Senin (28/2/2022) malam.
Baca juga: Banjir yang Merendam Tujuh Kecamatan di Aceh Utara Mulai Surut
Baca juga: Tujuh Kecamatan di Aceh Timur Masih Banjir, Jalan Peureulak-Peunaron Terendam
Secara perlahan, luapan air sungai yang awalnya hanya merendam tiga kampung, terus meningkat hingga menyentuh 13 kampung.
“Sudah mencapai 13 kampung, potensinya terus meningkat karena hujan masih turun,” kata Aji--sapaan akrab Fakhrurrazi--kepada Serambi, kemarin.
Disebutn, ke 13 kampung tersebut adalah Marlempang, Balai, Lubuk Batil, Lambung Blang, Raja, Mesjid BDH, Teluk Kepayang, Teluk Halban, Rantau Pakam, Cinta Raja, Mesjid Sungai Iyu, Seuneubok Dalam, Mesjid, dan Bandar Baru.
Aji mengatakan, tak hanya rumah, banjir juga merendam beberapa kantor pemerintahan dan tempat layanan kesehatan.
“Di Teluk Halban, kantor datok penghulu dan polindesnya sudah terendam, otomatis pelayanan terhambat,” sambungnya.
Aji khawatir jangkauan banjir semakin meluas mengingat curah hujan masih tinggi dan kondisi tanggul di wilayah itu semakin kritis.
“Warga sempat mau gotong royong benahi tanggul, tapi kondisinya sudah parah, mesti pakai alat berat,” ungkap Aji.
Hadi, warga Teluk Halban berharap Pemerintah Aceh merealisasikan janjinya untuk membenahi tanggul dan sheet pile.
Dia memastikan, selama dinding sungai tidak dibenahi, maka kampungnya akan terus dilanda banjir.
“Sudah capek kami memohon, tapi sepertinya gubernur memang tidak mau tahu,” kata Hadi.
Mulai surut Sementara itu, banjir yang merendam tujuh kecamatan di Aceh Utara pada Selasa (1/3/2022) malam mulai surut.
Baca juga: Soroti Banjir di Tamiang, Haji Uma Minta Pemerintah Atasi Tanggul dan Penebangan Hutan
Baca juga: Ruas Jalan Peureulak-Lokop di Desa Beurandang Terendam Banjir
Sehingga, sebagian warga sudah dapat membersihkan rumahnya.
Selain itu, warga di Kecamatan Lhoksukon dan Baktiya yang sebelumnya sempat mengungsi juga sudah kembali ke rumah masing-masing.
Seperti diberitakan sebelumnya, seribuan rumah warga dalam tujuh kecamatan di Aceh Utara sampai, Senin (28/2/2022) sore, masih terendam banjir yang meluap dari sungai setelah hujan deras.
Ketujuh kecamatan itu adalah Matangkuli, Pirak Timu, Lhoksukon, Tanah Luas, Langkahan, Seunuddon, dan Kecamatan Baktiya.
“Hanya dua rumah yang masih terendam sampai malam ini (tadi malam-red) di desa kami.
Sedangkan rumah lain sudah surut, dan air hanya tersisa di halaman saja,” ujar Keuchik Lawang Kecamatan Matangkuli, Muhammad Gade, kepada Serambi, Selasa (1/3/2022).
Ketinggian di halaman rumah rata-rata sekitar 40 centimeter atau di bawah lutut orang dewasa.
“Kalau desa kami sudah surut, desa lain sudah pasti surut.
Sebab, kalau banjir di Matangkuli, desa kami lebih duluan terendam,” ujar Keuchik Lawang.
Sementara itu, Camat Lhoksukon, Hanifza Putra, kepada Serambi menyebutkan, berdasarkan informasi dari keuchik, warga yang sebelumnya mengungsi sudah pulang untuk membersihkan rumahnya karena banjir sudah surut.
“Untuk kerugian yang ditimbulkan banjir belum diketahui karena masih dalam proses pendataan.
Kemungkinan dalam beberapa hari ke depan sudah selesai prosesnya,” ujar Camat Lhoksukon.
Baca juga: Banjir di Bendahara Aceh Tamiang Meluas, Kantor Pemerintahan Terendam
Kabag Humas Pemkab Aceh Utara, Hamdani, kepada Serambi, kemarin, mengatakan, berdasarkan data dari camat, banjir yang merendam tujuh kecamatan sebelumnya sudah surut.
Warga yang sebelumnya mengungsi di Kecamatan Lhoksukon dan Baktiya juga sudah pulang kembali ke rumahnya.
Saat terjadi banjir di Aceh Utara, sebut Hamdani, dirinya langsung turun ke sejumlah titik pengungsi di Lhoksukon dan Baktiya untuk melihat kondisi mereka.
“Banjir kali ini tidak begitu parah, karena sumber air dari hujan lokal saja, tidak termasuk dari Bener Meriah,” katanya.
Karena biasanya kalau hujan di Bener Meriah kondisi banjir lebih parah, seperti kejadian sebelumnya.
“Namun, demikian, kita harapkan masyarakat tetap waspada, apalagi jika terjadi lagi hujan deras,” pungkasnya. (c49/mad/jaf)
Baca juga: Banjir Bertambah Lagi di Aceh Utara, Warga Masih Mengungsi
Baca juga: Banjir Mulai Surut di Aceh Timur, 3.766 Jiwa Mengungsi, Distanpan Data Lahan Pertanian Terdampak