Konflik Rusia vs Ukraina
Sanksi Ekonomi Tak Hentikan Invasi Rusia, Para Pemimpin Dunia Hubungi Presiden Xi Jinping, Ada Apa?
Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman, Olaf Scholz dijadwalkan akan mengadakan panggilan telepon bersama dengan Presiden Xi Jinping
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
Sanksi Ekonomi Tak Hentikan Invasi Rusia, Para Pemimpin Dunia Hubungi Presiden Xi Jinping, Ada Apa?
SERAMBINEWS.COM – Sejumlah negara di dunia telah menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Namun, sanksi ekonomi tersebut tak menyurutkan Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Sejumlah kepala negara tampaknya telah dibuat ‘pusing’ oleh strategi dan keiinginan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Bahkan, sidang Majelis Umum di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga tidak bisa menghentikan invasi Rusia ke Ukraina.
Oleh karena itu, beberapa kepala negara mulai mendekati Presiden China, Xi Jinping.

Baca juga: Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (IV), Georgia dan Kegagalan Barat Menjegal Putin
Baca juga: Apakah Kami Budak Anda? Jawaban Perdana Menteri Pakistan Saat Didesak Barat untuk Mengecam Rusia
Mereka menilai, China dan Rusia memiliki kedekatan hubungan, dengan harapan China mampu meredam Putin untuk menghentikan serangannya ke Ukraina.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman, Olaf Scholz dijadwalkan akan mengadakan panggilan telepon bersama dengan Presiden China, Xi Jinping pada hari ini, Selasa (8/3/2022).
Dilansir dari BBC, panggilan ini tak lain sebagai peningkatan tekanan oleh para pemimpin Eropa terhadap China atas konflik Rusia-Ukraina.
Pada Senin (7/3/2022) kemarin, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell berbicara dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi untuk kedua kalinya sejak invasi Rusia di mulai.
Menurut pendengar telepon mereka, Borrell bertanya kepada Wang tentang kesiapan China untuk mendukung penghentian permusuhan dan melakukan dialog.
Mereka juga membahas dukungan untuk membangun koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil dari Ukraina dengan aman.
Baca juga: China Beri Bantuan Kemanusiaan ke Ukraina, namun Jamin Hubungan dengan Rusia Tetap Solid
Baca juga: Rusia Tolak Persidangan di Mahkamah Kejahatan Internasional Den Haag, Ukraina Tetap Ajukan Tuntutan
China telah menyatakan "penyesalan" atas serangan itu, tetapi tidak berbuat banyak untuk mengutuk atau menentang Moskow, sejalan dengan prinsip-prinsip kebijakan luar negerinya.
Sebulan yang lalu, Presiden China Xi Jinping menyatakan "tidak ada batasan" dalam hubungan Beijing dengan Rusia.
Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah bertemu tatap muka di Beijing, untuk berbicara terkait hubungan kedua negara.
Beberapa hari setelah Olimpiade berakhir, Rusia menginvasi Ukraina yang di mulai pada Kamis (24/2/2022).
Pemerintah China tidak mengutuk atau memaafkan serangan itu dan bahkan menahan diri untuk tidak menyebutnya sebagai "invasi".
China selalu mengatakan bahwa ia tidak ikut campur dalam urusan internal orang lain, prinsip inti dari kebijakan luar negerinya.
Baca juga: Hari Ke-11 Serangan Rusia di Ukraina, 4.300 Warga Rusia Ditahan, Erdogan Desak Gencatan Senjata
Baca juga: Operasi Militer di Ukraina Akan Hentikan Jika Target Selesai, Ini yang Ingin Dicapai Rusia
Namun awal pekan ini, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengisyaratkan bahwa pihaknya siap memainkan peran dalam menengahi gencatan senjata.
Media pemerintah China melaporkan bahwa Wang menegaskan kembali dukungan China untuk kedaulatan Ukraina.
Negeri Tirai Bambu itu juga meyakinkan mitranya tentang kesiapan China untuk melakukan segala upaya untuk mengakhiri perang Rusia ke Ukraina melalui jalur diplomasi.
Di samping India, China adalah salah satu dari 34 negara yang abstain dari pemungutan suara pada resolusi PBB yang mengutuk invasi Rusia.
Itu sesuatu yang menurut para analis mengejutkan. Banyak yang mengharapkan China untuk memilih bersama Rusia. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)