Banjir Aceh Utara
Belasan Desa di Aceh Utara Kembali Terendam Banjir
Karena itu air meluap cepat dari Krueng Pirak dan Krueng Keureuto ke pemukiman warga, apalagi kawasan itu belum ada tanggul sungai.
Penulis: Jafaruddin | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Jafaruddin I Aceh Utara
SERAMBINEWS.COM,LHOKSUKON – Belasan desa di Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara pada Kamis (10/3/2022) pagi kembali terendam banjir akibat air meluap dari Krueng Keureuto dan Krueng Pirak.
Ini adalah banjir keenam yang terjadi di kawasan itu dalam dua bulan terakhir tahun 2022, dan termasuk parah dari sebelumnya.
Banjir terakhir terjadi di kawasan Matangkuli itu pada 3 Maret 2022. Saat itu, selain di Matangkuli juga beberapa desa di Kecamatan Lhoksukon.
Banjir kali ini juga terjadi setelah kawasan Aceh Utara dan sekitarnya diguyur hujan deras pada Rabu (9/3) petang sampai malam, serta di kawasan Bener Meriah.
Karena itu air meluap cepat dari Krueng Pirak dan Krueng Keureuto ke pemukiman warga, apalagi kawasan itu belum ada tanggul sungai.
Bahkan, air terus naik sampai tadi siang (kemarin red), sehingga di lokasi tertentu ketinggian air setinggi dada orang dewasa atau sekitar 1.5 meter.
• Waspada Banjir! Hujan Masih Akan Mengguyur Sebagian Aceh Hingga 3 Hari Kedepan, Begini Data BMKG
Sedangkan dalam rumah masyarakat bervariasi 800 sampai 100 sentimeter.
Masing-masing desa yang terendam, Desa Lawang, Siren, Tanjong Haji Muda, Leubok Pirak, Pante Pirak, Meunye Pirak, Desa Hagu, Alue Tho, Kemudian Tumpok Barat, Desa Alue Tho, kemudian Desa Alue Entok dan sejumlah desa lainnya.
“Tadi pagi pukul 06.00 WIB air sudah mulai masuk ke pekarangan rumah,” ujar Keuchik Lawang Muhammad Gade, kepada Serambinews.com, Kamis (10/3/2022).
Banjir kali ini juga merendam rumah panggung, sehingga bila air tidak surut sampai malam hari, atau bertambah, warga terpaksa harus mengungsi karena tak bisa tinggal di rumah.
Sementara itu Bakhtiar warga Desa Hagu kepada Serambimengaku, dirinya mengetahui banjir karena terbangun sekitar pukul 05.00 WIB. Sebab tempat tidur terasa lebih dingin dari sebelumnya.
“Ketika saya bangun ternyata air sudah masuk ke dalam rumah, lalu saya buka pintu rumah, ternyata sandal sudah dibawa air banjir,” katanya.
Menurut Bakhtiar banjir kali ini juga lebih parah dibandingkan dengan sebelumnya, sehingga lintasan jalan penghubung di kawasan itu tak bisa dilintasi lagi dengan kendaraan roda dua dan empat.
“Kami berpikir ketika dibangun waduk, tidak sering terjadi banjir, tapi ternyata dalam bulan ini sudah enam kali terjadi banjir,” ujar Bakhtiar.(*)