Opini

Putro Neng, Ratu Muslim Tangguh

LEGENDA Putro Neng (Legend of Lady Niang) di abad pertengahan dua puluh Samudra Pasai banyak beredar dengan berbagai versi kontroversi

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Putro Neng, Ratu Muslim Tangguh
FOR SERAMBINEWS.COM
Prof Dr Apridar SE MSi, Guru Besar Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Syiah Kuala (USK) dan Ketua Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Aceh

Oleh Prof Dr Apridar SE MSi, Guru Besar Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Syiah Kuala (USK) an Ketua Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Aceh

LEGENDA Putro Neng (Legend of Lady Niang) di abad pertengahan dua puluh Samudra Pasai banyak beredar dengan berbagai versi kontroversi dan salah kaprah, terutama setelah redupnya sastra hikayat oleh generasi baru.

Dengan minimnya penulis dari kalangan muslim khususnya di Lhokseumawe, membuka peluang bagi kalangan yang ingin mengaburkan sejarah kejayaan Islam kepada halhal yang dapat mencoreng peradaban muslim.

Berkembangnya legenda palsu yang aneh dan rancu secara historis terjadi ketika kuburan “Putro Neng dan Syech Hudam” ditemukan kembali ketika pelebaran wilayah kompleks migas Arun, dekatkompleks Kampus Unimal Bukit Indah yang sekarang telah dipugar.

Legenda Putri Neng banyakdisadur oleh aneka pihak via media dan akibatnya, banyak fakta historisnya mulai membias.

Kuburan Putri Niang yang terletak di pinggir Jalan Nasional Banda Aceh-Medan, tepatnya di dekatpintu utama masuk kilang pencairan gas PT Arun NGL hasil riset secara mendalam dengan mengaitkan berbagai kejadian pada masa tersebut menemukan berbagai keganjilan yang memangsengaja dilakukan agar peradaban Islam menjadi buram.

Prestasi yang begitu baik dan luar bisadipelesetkan, seolah-olah beliau bagaikan penjahat yang merusak tatanan bangsa.

Kisah muslim China era Dinasti Ming yang begitu bersinar serta menguatkan Kerajaan Islam Pasedialihkan dengan membuat cerita dongeng yang kebalikan dari fakta.

Putri terhormat yang dibekalidengan ilmu bela diri mumpuni dipelesetkan sebagai wanita pelaku syirik seperti komunitas yangmengamalkan ilmu hitam.

Ia digambarkan bagaikan sosok moster yang rutin mengambil korban para lelaki perjaka dinikahi kemudian dikorbankan sebagai sembahan kepada setan agar ia memiliki kekuatan.

Baca juga: Iran Kecam Arab Saudi, Eksekusi Massal Muslim Syiah, Batalkan Pembicaraan Lanjutan Sunni dan Syiah

Baca juga: Setelah 2 Tahun Dibatasi, Arab Saudi Kini Membuka Kembali Ibadah Haji bagi Seluruh Umat Muslim

Narasi yang dibuat seolaholah sebagai cerita dongeng untuk hiburan belaka, namun kemudiandijadikan rujukan agar peran mulia dari ratu yang sangat konsisten menerapkan syariah tersebut, agar dibenci oleh generasi berikutnya akibat cerita keji tersebut.

Peran yang sangat  menarik ketika Pasai diperintah oleh para wanita seperti Ratu Nahrisyah dan didukung oleh Dinasti Ming, akibat kurangnya penulis jujur serta penyelamat benda-benda sejarah, membuka peluang bagi kaummunafik dan kafir untuk memutar balik legenda mulia kepada dongeng penistaan yang sangat keji.

Kisah mulia wanita ksatria dan istimewa serta memesona tersebut merupakan ahli silat wushu menjadi protektor salah satu pemerintahan wanita pertama di dunia kala itu, agar tidak diganggu oleh para macho dan anti wanita pada masa tersebut.

Kemandirian serta sikap kesatriaan para wanita Aceh yang begitu gigih, sangat ditakuti oleh para musuh.

Ketidakmampuan untuk menerobos benteng yang begitu kuat, sehingga untuk menutupi aib kegagalan penjajah yaitu dengan membuatcerita dongeng untuk melecehkan putri kesatria tersebut.

Garis keturunan dari putri yang bermata sipit Ma Yue yang juga istrinya Tengku Bullah yang hidup pada tahun 1900-an kerap disudutkan oleh golongan munafik yang menjadi antek-antek para penjajah.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan beliau berhijrah ke pedalaman Pase yaitu Kampung Maddan Gedong Pase dan membangun Masjid Madan sebagai pusat kegiatan masyarakat setempat.

Jiwa patriot yang tertanam kuat dalam diri beliau selalu memperjuangkan syariah di lingkungan Pase untuk melawan kaum munafik yang ingin mengembalikan masyarakat kepada budaya Hindu.

Sejarah ekonomi pertengahan abad dua puluh di Pasai Sumatra ketika era jalan sutra Dinasti Ming yang mayoritas muslim (expedisi Cheng Ho) beberapa kali singgah dan berdagang membuat Pase tumbuh dan berkembang yang diikuti bersamaan dengan redupnya Kerajaan Sriwijaya.

Cheng Ho dan Ma Huan beberapa kali singgah dan berdagang di Pase, sehingga “Putro Neng” tercatat sebagai pelopor kesetaraan gender pertama di Asia Tenggara.

Sejarawan polyhistor Maidar PhD saat pulang kampung, beliau sering memapar beberapa fakta hasil temuan riset sporadis dan arsip Tiongkok, yaitu percikan arsip Dinasti Yuan & Dinasti Ming saat Tiongkok dipimpin oleh para tokoh berlatar muslim.

Kumpulan historiografi monumental Tiongkok yang selamat dari pemusnahan pihak komunis, seperti serial sejarah kumpulan ilmuan muslim era dinasti Ming, seperti "Ershisi Shi = Twenty Four Histories” serta survey Expedisi Duta Agung Antar- Bangsa Tiongkok terbesar di Asia-Arabia-Afrika, yakni Cheng Ho.

Dengan bantuan sejarawan agung Ma Huan (marga Ma yang muslim), yang menulis buku besar seperti "Yingya Shenglan" (Servey Umum tentang Wilayah Perdagangan Maritim Asia Tenggara), ditambah aneka analisis model dan kaligrafi komplex di Sumatra, termasuk makam Putro Neng di Blang Pulo, Kota Lhokseumawe yaitu aneka hikayat dan legenda serta kisah lisan turun temurun di sekitar Kecamatan Samudra dan Aceh Utara setelah kolonial sampai kini, maka setelah direkonstruksi tentang legenda sebenarnya versi terlihat jelas pengaburan sejarah yang telah terencana secara sistematis.

Berdasarkan penuturan Ma Yue (dipanggil Mayeu) istri Tengku Bullah di Kecamatan Samudra, kerap bercerita dongeng Putro Neng dan kisah marga Ma (marga Tionghoa yang mayoritas muslim) di sekitar Aceh Utara, dan cucunya bernama Janniah (yang meninggal diterpa tsunami di pantai Banda Aceh).

Janniah adalah cucu dari Nenek Mayue mampu mengingat kisah Putri Neng yang diceritakan neneknya.

Hasil paduan informasi dan riset tentang Putri Neng dalam konteks sejarah Samudra Pasai Raya, ketika Pasai diperintah oleh para wanita (1405-1428), seperti Sultanah Nahrisyah (wafat 1428) dengan makam pualam termegah di Asia, dan munculnya aneka tokoh wanita agung di Pasai sesuai paparan cerita tersebut, sehingga terbuka tabir sejarah sebenarnya.

Begitu halnya penuturan Naina Hishamuddin, Putri Nurul A'la sampai kepada Cut Muetia, dan lain sebagainya.

Kisah kaum matriachat di Samudra Pasai sangat membekas.

Hikayat yang tersusun dengan alur cerita yang indah tersebut (For Grandma Ma Yue & her Granddaughter Jannia, by Mai Da'r).

Ketangguhan dari Putro Neng keturunan Muslim China yang sudah melegenda merupakan bukti sejarah terhadap tangguhnya seorang putri dalam memimpin bangsa dengan menerapkan syariah Islam secara konsisten.

Karya positif yang telah membentuk karakter kaum hawa di Aceh yang begitu tangguh, perlu diberikan apresiasi dengan cara membangun pusara beliau sebagai tonggak peletakan kesetaraan gender pertama di Asia Tenggara.

Agar tidak lagi dipelesetkan terhadap karya mulia yang telah beliau ukir dengan cerita dongeng yang menyesatkan, maka Lhokseumawe sangat penting dibangun museum lengkap dengan ‘teater audio visual’ yang dapat memudahkan kaula muda dalam memahami sejarah bangsanya.

Sejarah bangsa sangat menarik apabila disajikan dalam bentuk cerita serial dengan menyelipkan berbagai edukasi menarik, agar penerus bangsa mampu memahami sejarah secara benar.

Menjamurnya cerita hoaks di era digitalisasi sekarang ini sangat efektif ditangkal dengan film atau visual.

Setiap kita punya kewajiban untuk meluruskan sejarah, agar tidak melenceng jauh sehingga merugikan agama, bangsa dan negara.

Semoga ketangguhan Putro Neng dapat dijadikan ikon kebangkitan kaum hawa Aceh.

Baca juga: Digunakan untuk Melawan Pasukan Muslim Chechnya, Batalyon Azov Ukraina Olesi Peluru Pakai Lemak Babi

Baca juga: Diskriminasi Terhadap Muslim Prancis Juga Terjadi di Universitas

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved