Internasional

Penguasa Taliban Larang Perempuan Bepergian Sendiri Naik Pesawat, Puluhan Wanita Disuruh Pulang

Penguasa Afghanistan, Taliban menolak mengizinkan puluhan wanita naik pesawat, termasuk beberapa keluar negeri.

Editor: M Nur Pakar
AFP/Karim SAHIB
Anggota Taliban berdiri di pos pemeriksaan dekat gerbang bandara Kabul, Afghanistan, Minggu (12/9/2021) 

Khawatir mereka akan kembali ke aturan keras mereka pada 1990-an.

Penolakan Taliban untuk membuka pendidikan bagi semua anak Afghanistan juga membuat marah sebagian besar penduduk Afghanistan.

Pada Sabtu (26/3/2022) puluhan gadis berdemonstrasi di ibukota Afghanistan menuntut hak untuk pergi ke sekolah.

Setelah larangan Taliban pada pendidikan anak perempuan di luar kelas enam, aktivis hak-hak perempuan Mahbouba Seraj pergi ke TV TOLO Afghanistan untuk bertanya:

“Bagaimana kami sebagai bangsa mempercayai Anda dengan kata-kata Anda lagi?

"Apa yang harus kami lakukan untuk menyenangkan Anda?

"Haruskah kita semua mati?”

Baca juga: Afghanistan Jadi Negeri Paling Tidak Bahagia di Dunia, Posisi Terakhir dari 149 Negara

Sebuah badan amal Afghanistan bernama PenPath, yang mengelola lusinan sekolah "rahasia' dengan ribuan sukarelawan, berencana menggelar protes di seluruh negeri.

Mereka ingin menuntut Taliban membatalkan perintahnya, kata Matiullah Wesa, pendiri PenPath.

Pada Sabtu (26/3/20220 di Forum Doha 2022 di Qatar, Roya Mahboob, seorang pengusaha Afghanistan yang mendirikan tim robotika khusus perempuan di Afghanistan mendapat penghargaan.

Dalam sebuah wawancara setelah menerima penghargaan, Mahboob meminta banyak pemimpin global dan pembuat kebijakan untuk menekan Taliban agar membuka sekolah bagi semua anak Afghanistan.

Tim robotika melarikan diri dari Afghanistan ketika Taliban kembali berkuasa.

Tetapi Mahboob mengatakan dia masih berharap pusat sains dan teknologi yang dia harapkan untuk dibangun di Afghanistan untuk anak perempuan masih bisa dibangun.

Baca juga: Bank Pembangunan Islam Setujui Dana Perwalian Kemanusiaan Afghanistan

“Saya berharap komunitas internasional, komunitas Muslim tidak melupakan Afghanistan dan tidak meninggalkan kami,” katanya.

“Afghanistan adalah negara miskin," ujarnya.

"Tidak memiliki sumber daya yang cukup, dan jika Anda mengambil pengetahuan kami, saya tidak tahu apa yang akan terjadi," jelasnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved