Luar Negeri
Dollar AS Hadapi Risiko Runtuh, India-Rusia Jajaki Pembayaran Transaksi Energi tak Pakai Dollar AS
Perusahan itu mengatakan bahwa Dollar AS akan menghadapi beberapa tantangan, sama seperti yang dihadapi Poundsterling Inggris di awal 1900-an.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Mursal Ismail
"Kebijakan yang memungkinkan defisit transaksi berjalan yang tidak berkelanjutan untuk bertahan, menyebabkan akumulasi utang luar negeri AS yang besar,
dan/atau mengakibatkan inflasi AS yang tinggi, dapat berkontribusi untuk substitusi ke mata uang cadangan lainnya," kata analis bank.
Di sisi lain, India-Rusia baru-baru ini tengah menjajaki mekanisme pembayaran transaksi energi antara kedua negara dengan tidak menggunakan dollar AS.
Laporan Bloomberg dikutip dari Kompas menyebut, Moskwa dan New Delhi juga sudah menjajaki mekanisme pembayaran untuk transaksi energi menggunakan SPFS, sistem pengolah transaksi yang dikembangkan bank sentral Rusia sejak 2014.
Data IMF menunjukkan, penggunaan dollar AS dalam transaksi internasional terus berkurang. Dari 70 persen menjadi 60 persen dalam 20 tahun terakhir.
Sementara mata uang lain terus naik porsinya dalam transaksi internasional.
Beberapa hari lalu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengumumkan Rusia hanya akan menerima rubel untuk pembayaran komoditas energinya. AS dan sekutunya menolak memenuhi permintaan itu.
Baca juga: Bank-bank Pemerintah Turki Jual Dolar AS, Cegah Mata Uang Lira Terjun Bebas
Mantan Wakil Direktur Pelaksana IMF, Hung Tran, memahami apabila sejumlah negara semakin menjauhi dollar AS dan euro sebagai alat pembayaran dalam transaksi mereka.
China, Rusia, dan sejumlah negara lain akan memilih mata uang sendiri dalam perdagangan di antara mereka.
Tran, yang juga peneliti pada Atlantic Council, menyebut bahwa ada 41 negara menyepakati penggunaan yuan sebagai alat pembayaran transaksi. Nilainya setara 550 miliar dollar AS.
ASEAN telah membentuk Chiang Mai Initiative untuk menggunakan mata uang sendiri dalam perdagangan dengan China, Korea Selatan, dan Jepang.
Nilainya bisa setara 380 miliar dollar AS per tahun. Nilai itu melebihi separuh perdagangan ASEAN-China yang mencapai 685 miliar dollar AS pada 2020.
Adapun nilai total perdagangan ASEAN-AS hanya 362 miliar dollar AS.
Sejumlah negara terus memangkas dollar AS dalam cadangan devisanya.
Baca juga: Mafia Nigeria Susupi Pemerintahan dan Gencarkan Operasi Penipuan Global, Jutaan Dolar AS Diraup
Indonesia mengurangi 2,53 miliar dollar AS dari cadangan devisa 2020. Indonesia memilih menambah cadangan devisa dalam mata uang lain.