Opini
Pesantren Basis Ekonomi Umat
PESANTREN merupakan Lembaga Pendidikan Islam tradisional yang mana para siswanya belajar di bawah bimbingan guru atau kiai dan tinggal bersama
Oleh Prof Dr Apridar SE MSi, Guru Besar Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Syiah Kuala (USK) Aceh dan Ketua Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Aceh
PESANTREN merupakan Lembaga Pendidikan Islam tradisional yang mana para siswanya belajar di bawah bimbingan guru atau kiai dan tinggal bersama di asrama yang digunakan untuk menginap para santri.
Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya.
Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara non klasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.
(Wikipedia) Pondok pesantren yang merupakan institusi yang berbasis agama Islam memiliki peran strategis dalam menggerakkan ekonomi umat di Indonesia.
Perkembangan pondok pesantren yang begitu banyak, salah satunya merupakan antisipasi dari banyak orang tua yang sangat mengkhawatirkan anaknya dalam menjalin pergaulan.
Dengan adanya sekolah boarding, kekhawatiran para orang tua akan berkurang.
Dimana pergaulan bebas di luar sangat berpeluang terjerumus kepada berbagai tindakan tidak baik seperti halnya terjerumus kepada penggunaan narkoba serta pergaulan bebas.
Baca juga: Pengelola Pesantren Bireuen Dilatih Thematic Academy IT
Baca juga: Sempat Menangis di Awal, April Jasmine Bahagia Putranya Betah Tinggal di Pondok Pesantren
Dengan adanya pemondokan para siswa, tentu akan dapat dengan mudah dikontrol oleh pengasuh asrama serta para guru sekalian.
Kelebihan lain, mereka juga akan memperoleh pendidikan tambahan dan pembinaan akhlak yang lebih baik.
Kebersamaan yang diterapkan pendidikan, juga dapat meningkatkan rasa persaudaraan sesama siswa serta kedekatan emosional dengan para gurunya.
Di area pemondokan, tentu akan tumbuh dan perkembangan kegiatan ekonomi utamanya kegiatan jual beli barang-barang makanan serta kebutuhan pokok lainnya.
Hal ini merupakan peluang yang sangat strategis dalam membangun ekonomi keumatan.
Para siswa atau santri pada momentum ini juga dapat dibina dalam upaya untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan dalam upaya untuk mendukung percepatan pembangunan bangsa.
Dengan mendukung pesantren dibidang ekonomi tentu akan terdidik para santri agar memiliki kemampuan ekonomi yang kuat, berdaya saing, dan kompetitif dalam melakukan perubahan di tengah masyarakat dan memajukan kesejahteraan umat.
Masuknya materi kewirausahaan di kalangan pesantren tentu akan dapat membangkitkan semangat ekonomi keumatan berbasis pondok pesantren untuk terus berproses.
Oleh karena itu sangat penting disusun sejumlah program yang sistematis, konstruktif, dan berkelanjutan di setiap pesantren.
Membangun ekosistem ekonomi keumatan berbasis pondok pesantren dapat dimulai dari gerakan literasi ekonomi keumatan.
Baca juga: KEKERASAN juga Bulliying di Pesantren dan Sekolah Asrama, Merusak Citra Islam
Semangat untuk berbisnis sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah sejak beliau masih muda sudah mulai berdagang dengan meletakkan fondasi perdagangan yang islami.
Beliau meletakkan fondasi utama dunia dagang yaitu etika perdagangan, cara mengemas produk, hingga cara memasarkannya.
Dengan kejujuran, keuletan dan kegigihan beliau menjadi pedagang handal dan sukses.
Sifat mulia tersebut seharusnya diterapkan kepada kaum milenial kita, agar tidak malas dan lalai dengan berbagai aktivitas yang tidak produktif.
Teknologi informasi yang berkembang begitu cepat sekarang ini, hendaknya dapat digunakan pemakaiannya kepada kegiatan yang lebih produktif serta memiliki nilai manfaat yang tinggi.
Jangan sampai teknologi tersebut lebih banyak digunakan kepada aktivitas sosial media yang cenderung mengarah pada pergunjingan dan hoak.
Sosial media yang begitu banyak digandrungi oleh masyarakat, seharusnya dapat dijadikan sebagai pangsa pasar strategis untuk memasarkan barang dan jasa dengan bijak dan jujur.
Sudah saatnya sekarang ini kita membangun platform digital berbasis pesantren, dimana pada tahap awal pemerintah atau organisasi profesi yang peduli terhadap kebangkitan umat seperti Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) membuat pilot project percontohan di beberapa daerah, serta melakukan sinergisitas dengan berbagai stakeholder.
Program cerdas yang dapat membangkitkan perekonomian umat sangat perlu digagas serta diimplementasikan dalam kehidupan nyata.
Sebagai mana yang dilakukan oleh Pengasuh Pondok pesantren Al Mizan Jatiwangi dalam mendorong program ‘inkubator’ pondok pesantren yang sekarang ini dijadikan prioritas program Majelis Pemberdayaan Pesantren dan Masjid (MPPM-ICMI), terbukti dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi berbasis keumatan.
Penyebaran pondok pesantren yang tumbuh dan berkembang di berbagai pelosok daerah, harus dijadikan sebagai lokomotif pengembangan ekonomi umat nusantara.
MPPM ICMI harus dapat terus mendorong pesantren dan masjid untuk bersinergi, berkompetisi dan bergerak maju membangun ekonomi keumatan menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, dan maju.
Para cendekiawan yang banyak bercokol di ICMI sudah saatnya untuk terjun langsung sebagai pengayom ekonomi umat, agar masyarakat kita dapat hidup tentram dan nyaman dengan terpenuhi kebutuhan hidupnya.
Membangun ekonomi yang sesuai dengan ketentuan syariah, menjadi suatu keharusan.
Namun yang lebih penting harus diperhatikan dengan seksama yaitu jangan sampai memberikan label secara syariah, namun pelaksanaan di lapangan justru jauh dengan tuntutan syariah sehingga tidak mampu menggapai keberkahan.
Seharusnya bila mengadopsi sistem syariah, tentu transaksi yang dibangun akan memperoleh kebajikan yang dapat menyejahterakan umatnya di dunia maupun akhirat.
Konsep keumatan sudah mulai dilakukan oleh Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI) Bireuen Aceh yang memiliki pesantren kampus.
Di bawah payung hukum koperasi kampus tersebut melaksanakan aktivitas bisnisnya yang berbasis kepada pesantren kampus sebagai modal utamanya.
Perilaku jujur dengan kegigihan untuk membangun usaha sudah mulai terlihat perkembangan yang menjanjikan.
Pola mulia yang dikembangkan oleh yayasan kebangsaan tersebut digunakan sebagai tempat praktik bagi kaum intelektual milenial yang sedang menimba ilmu pengetahuan dengan tekun.
Bireuen sebagai kota juang yang pernah dijadikan sebagai tempat menyusun strategi pengusiran penjajah dari tanah air Indonesia oleh presiden Soekarno, harus menjadi pelopor dalam berbagai aktivitas pembangunan bangsa dan negara.
Kehidupan masyarakat yang banyak bergerak di bidang bisnis, merupakan salah satu profesi yang dilaksanakan secara turun menurun di daerah tersebut.
Penobatan Bireuen sebagai kota santri, merupakan bahagian dalam melanjutkan perjuangan untuk membangun bangsa dan negara yang lebih tinggi peradabannya.
Untuk dapat menguasai suatu bangsa, maka langkah utama yang harus dikuasai adalah perekonomiannya.
Sehingga tidaklah berlebihan, apabila pesantren besar yang berada di kota juang tersebut dijadikan sebagai pusat kegiatan ekonomi keumatan.
Dengan menerapkan sistem syariah yang baik dan bijak, tentu akan memperoleh keberkahan usaha yang baik dan berkelanjutan.
Menjadikan pesantren sebagai pusat ekonomi umat, merupakan langkah tepat dalam memerangi berbagai perilaku kecurangan kegiatan muamalah masyarakat.
Pesantren yang di dalamnya terdapat generasi milenial yang sedang ditempa sebagai penerus pemimpin bangsa, harus dibekali dengan berbagai strategi perdagangan yang mumpuni agar memiliki ketangguhan untuk mengarungi kehidupan keras dalam berkompetisi.
Kemampuan ekonomi merupakan benteng yang baik dalam mengawal keselamatan iman menuju ketakwaan.
Moga dengan dijadikan pesantren sebagai lokomotif ekonomi umat, akan semakin mudah kita menggapai kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Baca juga: KUA Pulo Aceh tak Miliki Kantor, Numpang di Pondok Pesantren
Baca juga: Dayah Benteng Penyakit Masyarakat, Bupati Aceh Singkil Ajak Warganya Sumbang Pembangunan Pesantren