Breaking News

Jurnalisme Warga

Kiprah IPI Aceh di Tahun Pertama, Melawan Stigma Negatif

Kepenggurusan Pengurus Daerah Ikatan Pustakawan Indonesia (PD IPI) Aceh di bawah kepemimpinan Dr Nazaruddin Musa genap satu tahun

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Kiprah IPI Aceh di Tahun Pertama, Melawan Stigma Negatif
FOR SERAMBINEWS.COM
ARKIN, S.IP., Wakil Sekretaris Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Aceh, melaporkan dari Banda Aceh

“Saya ucapkan terima kasih atas kerja sama dan kebersamaan dengan semangat gotong royong selama satu tahun ini untuk memperkenalkan profesi pustakawan Aceh agar sejajar dengan profesi lainnya,” kata Nazar dalam keterangan tertulis, Kamis (7/4/2022).

Melawan stigma negatif Satu tahun pertama, Nazar bersama pengurus lainnya fokus kepada program memperkenalkan profesi pustakawan dan mengubah stigma negatif bagi profesi ini dengan berbagai keterbatasan yang ada.

Merujuk pada Musyawarah Daerah (Musda) XIII PD IPI Aceh tahun lalu, sudah 39 tahun profesi ini hadir di Aceh.

Namun, keberadaan profesi ini masih belum mendapat tempat di hati para pengambil kebijakan di negeri ini, khususnya Aceh.

Menurut Nazaruddin, mungkin profesi ini masih belum banyak dilirik dan dipandang sebelah mata akibat stigma negatif "sebagai orang buangan" yang masih melekat.

Wajar saja, ketika pejabat yang dipindahkan ke perpustakaan dianggap tak berkompeten dan terkesan “diarsipkan”.

Lantas kenapa profesi pustakawan tidak sepopuler profesi lain di Indonesia yang notabene sama-sama memberikan layanan kepada masyarakat? Menanggapi hal tersebut, Nazaruddin dalam pernyataanya menjelaskan bahwa kenyataannya tidak ada anak-anak yang berminat untuk memilih profesi pustakawan.

Beberapa profesi yang paling digemari adalah dokter, TNI/Polri, dosen/guru dan pilot.

Umumnya alasan mereka menyukai profesi tersebut adalah karena faktor finansial dan penampilan.

Jika memang benar kedua alasan ini yang membuat profesi tersebut digemari, maka sebenarnya tidak sulit untuk membuat profesi pustakawan juga digemari.

Permasalahan akan selesai dengan meningkatkan finansial dan penampilan pustakawan juga.

Namun, pada hakikatnya bukan itu yang menjadi alasan yang sebenarnya.

Alasan yang sebenarnya adalah kebermanfaatan profesi tersebut bagi masyarakat.

Hal ini sebagaimana konsep Islam di mana indikator manusia yang baik adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.

Indikator manfaat dapat diukur dengan mudah.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved