Sebelum ke Gayo, Ulama Mekkah Habib Syarif Menetap di Ie Leubeu Pidie, Begini Sejarahnya
Said Lidansyah saat ini menetap di Aceh Tengah bersama sejumlah turunan Habib Syarif lainnya.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail
Keduanya juga datang bersama istri. Seorang lagi penghafal Quran, Syech Mahmud juga didampingi istri.
Said Lidansyah menyebutkan, Habib Syarif adalah orang Arab, berasal dari Mekkah, bukan berasal dari Yaman atau Hadramaut.
Awalnya rombongan kecil ini menetap di Ie Leubeu, Pidie. Setelah menguasai bahasa Aceh, dari Pidie, Habib Syarif dan rombongan ke Ulim, Paya Tui, Pidie Jaya.
Kemudian, meneruskan perjalanannya sampai ke Peudada, lalu mengikuti aliran sungai Peudada, sampai ke Pantan Lah.
Dari Pantan Lah, lanjutnya, Habib Syarif ke Jalung (sebelumnya bernama Kala Ali-Ali), sampai ke Serempah, Ketol.
“Di Serempah, Habib Syarif lama menetap, sempat bercocok tanam, bersawah.
Karena ada warga dan pemukiman, Habib Syarif kemudian membangun masjid, untuk lebih menyiarkan Islam.
Akibatnya, orang berdatangan ke Ketol, dari Bebesen, Tunyang, dan lain-lain. Orang ingin tahu kesosokkan Habib Syarif dan mendalami agama Islam,” sebutnya.
Di antara jemaah yang datang dari Bebesen, aku Lidansyah, ada yang mengajak Habib Syarif untuk ke Bebesen.
“Habib Syarif pun kemudian mengiyakan ajakan jamaah asal Bebesen tersebut dan pindah ke Bebesen.
Sampai di Bebesen, Habib Syarif awalnya tinggal di Pejebe.
Dari Pejebe, Habib Syarif pindah ke Kampung Bebesen. Baru kemudian Habib Muhammad, Syech Mahmud, dan keluarga menyusul dari Ketol ke Bebesen.
Karena melihat aliran air yang bagus di sebelah utara masjid sekarang, Habib Syarif membuat sumur untuk kebutuhan masyarakat Bebesen dan sekitarnya, dikenal dengan Telege Monyeng (Monyeng atau Munyang dalam Bahasa Gayo, merujuk ke Habib Syarif).
“Habib Syarif juga membawa tiga buah Alquran. Yang satu dibawa Habib Yusuf. Yang dua tinggal di Bebesen, satu dipegang oleh cucu Habib Syarif, yaitu anak Habib Muhammad, Syarifah Nurullah (kuburannya di Bur Ucak, Bur ni Kercing).
Syarifah Nurullah mengajar ngaji khusus kaum perempuan di Bebesen. Dari situ lah asal mula joyah.