Ramadhan Mubarak
Puasa dan Kewenangan Memilih Takdir
Seperti sudah dijelaskan, di antara hikmah ibadah puasa adalah sarana untuk berlatih mengendalikan emosi dan menahan diri dari berbuat salah
” Apa makna Allah menciptakan dan menentukan nasib atau peruntungan manusia.
Untuk itu, ada dua ujung yang ekstrim.
Sebagian ulama yang disebut jabariah (fatalis) berpendapat bahwa hubungan antara usaha dan kehendak manusia tidaklah efektif, sehingga antara berusaha dan tidak berusaha boleh jadi akan mempunyai ujung yang sama, karena yang menentukan hasilnya adalah Allah SWT.
Allah mengatur semuanya kasus per kasus satu persatu, bukan melalui hukum alam yang ajeg (teori atom).
Sebagian yang lain, yang disebut qadariah (free will) berpendapat bahwa kehendak dan usaha manusia tetap efektif.
Nasib mereka ditentukan oleh usaha dia sendiri.
Allah yang Maha Kaya dan Maha Pemurah akan memberikan takdir sesuai dengan sunnatullah.
Maksudnya, nasib seseorang ditentukan oleh usaha yang sungguh-sungguh, meliputi perencanaan yang baik, dilanjutkan dengan pelaksanaan yang sesuai dengan sifat dan tuntutan perbuatan tersebut.
Bagi kelompok qadariah, pengaturan dan pengetahuan Allah dilakukan melalui dan sunnatullah yang relatif sangat ajeg (teori hukum alam).
Yang sering luput dari perbincangan, takdir baru akan diketahui setelah terjadi.
Manusia tidak akan mengetahui takdirnya sebelum terjadi.
Seseorang tidak pernah tahu kapan dia mati, dimana akan mati, dan dengan cara apa dia akan mati.
Pengetahuan tentang takdir sebelum terjadi adalah hak mutlak Allah yang tidak dapat dicampuri oleh siapapun.
Orang yang mengaku mengetahui takdir sebelum terjadi seperti sebagian tukang ramal, dianggap menyaingi Allah, mengaku seperti Allah dan orang yang meminta jasanya untuk mengetahui (meramal) masa depan dianggap melakukan syirik.
Karena tidak ada manusia yang mengetahui takdirnya sebelum terjadi, maka Allah memberi hak bahkan kewajiban kepada manusia untuk memilih takdirnya, dan lantas berusaha dan berdoa sesuai dengan pilihannya itu.