Ramadhan Mubarak
Puasa dan Kewenangan Memilih Takdir
Seperti sudah dijelaskan, di antara hikmah ibadah puasa adalah sarana untuk berlatih mengendalikan emosi dan menahan diri dari berbuat salah
Oleh: Prof Dr Al Yasa’ Abubakar MA, Guru Besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Seperti sudah dijelaskan, di antara hikmah ibadah puasa adalah sarana untuk berlatih mengendalikan emosi dan menahan diri dari berbuat salah.
Dengan berpuasa, seseorang diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritualnya, menjadi lebih sabar dan lebih teguh hati, lebih kenyal, dan juga lebih sungguh-sungguh dalam menghadapi berbagai musibah dan hambatan di satu sisi, serta memanfaatakan tantangan dan peluang pada sisi yang lain.
Pelatihan ini secara langsung atau tidak, berkaitan juga dengan pemahaman tentang kebolehan memilih takdir, yang seperti akan diuraikan di bawah ini, mempunyai dua ujung ekstrim.
Pada satu ujung, manusia dianggap bebas memilih dan menjalankan pilihannya, sedang pada ujung lain, manusia tidak bebas untuk memilih atau menjalankan pilihannya.
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyatakan bahwa Allah menentukan dan mengawasi pergerakan semua yang ada di alam ini, baik benda hidup atau benda mati, termasuk yang berkaitan dengan perjalanan hidup manusia.
Allah tidak tidur, tidak silap, dan tidak pernah lalai.
Salah satu ayat tersebut adalah Al-Baqarah ayat 255 yang populer dengan sebutan AYAT KURSI.
Keyakinan bahwa Allah yang menciptakan, mengatur, menentukan, dan menjaga semua isi alam ini, termasuk perbuatan bahkan nasib manusia, dalam istilah akidah disebut sebagai keyakinan tentang takdir Allah SWT, yang lebih kurang semakna dengan qada dan qadar Allah SWT.
Baca juga: Shalat Tarawih dan Shalat Malam (2)
Baca juga: Shalat Tarawih dan Shalat Malam (3)
Maksudnya, setiap muslim wajib percaya bahwa Allah SWT yang mengatur dan menentukan segala sesuatu di atas alam ini.
Tidak ada yang terjadi di atas alam ini di luar pengetahuan dan izin Allah SWT.
Keyakinan ini menjadi rukun keenam dalam rukun iman (menurut hadis Nabi).
Tapi, muncul perbedaan penafsiran tentang apa arti takdir tersebut.
Apakah manusia mempunyai pengaruh dalam menentukannya, atau seluruhnya merupakan hak mutlak Allah SWT.
Diskusi tentang hal di atas, sering mengarah kepada “nasib.