Jurnalisme Warga
Grop Tamaddaroih dan Rateb Mensa di Bulan Puasa
KHANDURI tamaddaroih (Kenduri tanda tamat tadarus Al-Qur’an) adalah tradisi di bulan Ramadhan yang terus berkembang di Aceh hingga kini

"Ilahi katammat kalam beuet Quru’an ka samporeuna, le that pahla ta beuet Quru’an, Tuhan bri kandran Blang Padang Masya.
Sajan kandran na saboh payong, uroe tutong hana sapat bla!” (Ya Tuhanku, sekarang kami selesailah kalam, karena kami telah khatamkan Al- Qur’an .
Banyak pahala bagi yang membaca Qur’an; Tuhan berikan kendaraan di Padang Mahsyar-- bila hari kiamat tiba.
Pada kendaraan ada satu payung, panas terik tak ada yang terlindung).
Itulah sekadar kutipan dari salah satu lagu.
Syair tamaddaroih banyak macamnya, baik yang berbahasa Arab maupun bahasa Aceh yang dinyanyikan sambil meloncat dan lari-lari kecil.
Irama loncatan dan bunyi entakan kaki terdengar serasi, tidak sumbang karena permainan itu memang punya tata cara tersendiri yang sudah dijiwai para peserta.
Getaran lantai tidak hanya menimbulkan irama yang indah, tetapi juga sekaligus berfungsi sebagai pemberi pengumuman kepada penduduk gampong-gampong sekitar bahwa kampung mereka sedang mengadakan khanduri tamaddaroih untuk kesekian kalinya.
Peugrob linto baro Satu adegan lainnya yang kadang-kadang pernah dilakukan pada grop tamaddaroih tempo dulu, adalah peugrob linto baro (memperloncat pengantin baru).
Perbuatan ini tidaklah dilakukan terhadap semua linto baro, tetapi hanya ditujukan kepada pengantin baru yang congkak, sombong, terutama yang malas datang ke meunasah selama bulan puasa atau sebelumnya.
Linto baro dirangkul beramai- ramai, ketika itu mereka menyanyikan: Hob ala ya hob, linto baro han jitem grop.
Hai aneuk ka kalon dilee, munoe lagee kamoe grop-grop!” (Hob ala ya hob, pengantin baru nggak mau loncat.
Wahai anak lihat dulu, begini laku kami meloncat!) Karena tidak bisa mengaji Al-Qur'an termasuk salah satu alasan seorang linto baro malu dan malas pergi ke meunasah, maka para orang tua sangat hati-hati dalam “satu” hal ini.
Sejak kecil, anak-anak diantar mengaji ke bale seumeubeuet (balai pengajian) atau ke meunasah.
Rateb Mensa di Nagan Raya Tahun 1986 saya berobat kaki patah ke Rumoh Teungoh, Desa Ujong Blang, Mukim Bungong Taloe, Kecamatan Beutong, Kabupaten Aceh Barat (sekarang: Nagan Raya).